Bab 27

437K 18.6K 497
                                    

Vano melihat jam tangannya. Memang dia tidak memberitahukan secara pasti kepada Celin jam berapa mereka harus bertemu, tapi melihat malam yang semakin larut mungkin Celin memang tidak akan pernah datang.

Vano tahu dirinya memang bodoh. Tanpa ingin mengetahui semua kebenarannya dia langsung melarikan diri dan memutuskan semua komunikasi.

Pasti semua orang akan memandangnya egois, gampang pasrah atau apa tapi bukan itu maksudnya. Jika Vano merasa waktu itu Celin menghilang karena diculik, dirinya pasti adalah orang pertama yang akan mencarinya bahkan rela begadang hanya untuk menemukan setitik informasi.

Tapi kenyataannya tidak begitu, Vano telah memerintahkan banyak penjaga, satpam dan bodyguard di setiap sudut rumah orang tuanya. Mereka sebelumnya telah diberitahu siapa saja dan bagaimana tampang tamu yang diundang, jika ada orang yang mencurigakan atau tidak sesuai dengan daftar undangan maka mereka akan langsung menangkapnya. Bisa disimpulkan keamanan saat itu sangat ketat. Dengan keadaan seperti itu, Vano tidak yakin Celin akan diculik.

Pasti para penjaganya sudah mengetahuinya melihat dari mereka selalu memeriksa mobil undangan saat akan meninggalkan pesta, jadi hanya satu kemungkinannya, Celin kabur.

Vano marah, sakit dan kecewa. Dulu dia pernah mengalami hal ini dan kini terulang lagi. Lelaki itu berfikir mungkin Celin memang belum siap dan tidak ingin melakukan pertunangan, hubungan mereka saja dibangun atas paksaan orang tua karena perjodohan. Belum ada pernyataan cinta, garis bawahi disini, belum bukan berarti tidak.

Vano berencana akan mengungkapkan perasaanya saat cincin sudah melingkar di kedua jari mereka, tapi harapan itu hanyalah sekedar angan angan belaka.

Vano kembali ke Jerman, jangan pikir dia putus asa. Dia hanya tidak ingin memaksakan kehendaknya. Mungkin jika Vano yang dulu, dia akan mencari Celin dan menyeret wanita itu mau tidak mau untuk melaksanakan pertunangan, tidak peduli jika wanita itu tidak mencintainya. Tapi sekarang, dia hanya ingin menuruti apa yang dilakukan Celin. Jika wanita itu ingin pergi darinya, maka Vano akan membiarkannya, karna mungkin Celin mengingkan orang lain, bukan dirinya.

Vano sudah jatuh cinta dengan Celin, bahkan sangat. Perasaannya memang sakit tapi dia juga mencoba memahami Celin. Bahkan selama di jet dia tidak bisa tidur, dia terus memikirkan apa kesalahan yang dia buat sampai Celin bisa pergi dan meninggalkannya.

Sampai akhirnya Vano terlalu terkejut saat melihat Celin dalam rekaman cctv yang langsung terhubung di laptopnya. Itu memang Celin, dan wanita itu berdiri di tempat yang bisa Vano jangkau dengan mudah hanya dengan menekan tombol di lift.

Apa yang Celin ingin lakukan?

Mungkinkah dia ingin meminta maaf kepadanya? Tapi untuk apa? Permintaan maaf karena ingin memutus hubungan dengan lelaki itu, atau permintaan maaf karena pergi dan meninggalkanya? Bukannya itu sama saja. Hanya itu kemungkinannya. Celin hanya ingin meminta maaf dan setelah itu akan pergi dari hidupnya.

Vano tidak bisa, dia tidak ingin menemui Celin hanya karena asumsi konyol yang dia ciptakan di kepalanya. Dia tidak mau Celin mengatakan bahwa selama ini dia tidak mencintai Vano dan lebih baik untuk berpisah, Vano pasti tidak akan tahan mendengar itu. Maka satu satunya yang bisa dia lakukan hanyalah diam di tempat duduknya dan selalu mengawasi Celin dari mulai wanita itu datang sampai akhirnya dia pulang.

Vano pernah bertanya tanya, apa Celin tidak lelah? Bahkan waktu tidurnya saja bisa dihitung dengan 5 jari. Edmund yang merasa bosnya tidak berkonsentrasi dengan pekerjaan, pernah menegurnya. Bagaimana tidak? Vano lebih memilih untuk berlama lama menatap laptopnya yang terdapat gambar Celin di sana daripada menghadiri rapat penting dengan ketua direksi perdivisi. Lelaki itu dengan tidak sopan ingin menjadwal ulang semua acaranya.

My Perfect CEOUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum