Bab 6

448K 21.4K 372
                                    

"Aku ingin berbicara denganmu." Sejenak Celin merasa ragu, dia ingin mendengar apa yang akan dikatakan Davian kepadanya tapi ada sebagian ego dalam dirinya yang ingin menolak mentah mentah ajakan laki laki itu.

"Lepaskan tanganku." Celin tidak menjawab dan mengalihkan ke tangannya yang dipastikan akan memerah akibat cengkeraman Davian yang terlau kuat.

"Dengarkan saja aku." Tidak ada tanda tanda dari Davian yang ingin melepaskan genggamannya, sedetik kemudian tatapan intensnya berubah menjadi tatapan lembut, tatapan yang dulu sering dilihat Celin di mata laki laki itu saat dulu memandangnya. "Aku minta maaf. Aku tau kau mungkin sudah mendengar kabar itu."

"Kabar apa?" Celin menyela dengan cepat, dia ingin memastikan dari mulut Davian sendiri bahwa berita yang didengarnya itu bukanlah gosip belaka.

Davian terlihat sulit berbicara, dia memejamkan matanya sejenak dan kembali menatap celin dengan sendu. "Pernikahanku, kau harus tau aku tidak menginginkan pernikahan itu. Aku masih tetap mencintaimu."

Ingin rasanya Celin melempar batu ke kepala Davian akibat ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya beberapa detik yang lalu. Bagaimana dia bisa berkata bahwa dia masih mencintai Celin di saat bersamaan pernikahannya hanya tinggal hitungan jari?

"Mencintaiku?" Celin tertawa sumbang dan kembali melanjutkan, "kau bilang mencintaiku? Dengan tidak memberiku kabar lagi selama setahun terakhir ini kau bilang masih mencintaiku? Dengan tidak menghubungiku saat kau kembali kesini kau bilang masih mencintaiku? Jangan membodohiku dengan kebohongan yang menyakitkan seperti itu."

"Aku sibuk training di perusahan teman papaku di sana, karena itu aku tidak bisa menghubungimu, tapi itu hanya setahun Cel ... sebelumnya aku masih selalu memberi kabar padamu bukan?" Davian melembutkan suaranya yang berbanding terbalik dengan nada suara Celin yang mulai meninggi.

"Kau lupa atau bagaimana? Sebelumnya kau juga tak jauh berbeda. Kau selalu membalas emailku tiga bulan setelah aku mengirimkannya kepadamu, bahkan aku ingin mengajakmu video call tapi kau selalu bilang sibuk. Tapi aku masih sabar, aku mencoba mengerti dirimu, dan sekarang apa? Kau sudah berada di depanku bersamaan dengan berita pernikahanmu yang baru kuketahui beberapa hari yang lalu." Celin meluapkan segala sesuatu yang selama ini disimpannya sendiri, dia sudah berada di ujung tombak, dan dia merasa inilah saat yang tepat untuk menunjukkan pada Davian semua keluhannya itu.

"Dia, Kanya adalah tunanganku. Semenjak aku kecil aku sudah dijodohkan dengannya." Celin menyentakkan tangannya sehingga benar benar terlepas dari genggaman Davian.

"Pergi saja kau ke neraka." Celin tidak memedulikan suaranya yang sudah bercampur dengan emosi. Tunangan dari kecil katanya? Jadi selama ini Davian dengan sadar mendekati Celin dengan status yang sudah menjadi tunangan orang lain? Beberapa waktu lalu Celin baru berpikir bahwa Kanya adalah pengahancur hubungan mereka tapi sekarang Celin harus menerima fakta bahwa dirinyalah yang sebenarnya wanita perusak itu.

Celin melangkah keluar dari lorong itu tapi langkahnya terhenti saat lagi lagi Davian menarik tangannya dan memojokkan tubuhnya ke tembok. "Aku bilang dengarkan aku dulu. Aku tidak mencintai dia, aku hanya mencintaimu, karena itu kau tenang saja. Aku sudah membuat rencana tentang semua ini."

Celin menaikkan alisnya mendengar ucapan Davian. Rencana? Apa maksudnya rencana yang dia sebutkan tadi? Apakah Davian ingin membatalkan pernikahannya, atau Davian ingin membawanya ke depan orang tua Kanya dan mengatakan bahwa Celin adalah wanita yang dia cintai selama ini? Tapi bayangannya pupus saat dia mendengar penjelasan Davian selanjutnya.

"Aku akan menceraikan dia setelah empat bulan menikah. Papaku memberi syarat jika harta warisannya akan jatuh padaku semua jika aku telah menikah dengan Kanya dan sudah mencapai umur 3 bulan lebih."

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang