"Kay please bertahan. Aku belum bikin kamu bahagia," ucapnya sambil terisak

"I think, I love you so much rik."

"Aku juga kay, please bertahan."

Kanya kembali menyunggingkan senyuman tipisnya, dan kemudian matanya tertutup. Tangannya sangat dingin. Dan Riki tidak bisa menemukan detak jantung Kanya.

Riki terus menerus memanggil nama Kanya. Dia tidak percaya dengan kejadian ini. Kembali di peluknya Kanya dengan erat sebelum dia tak sadarkan diri karna terlalu lelah menangis.

Dan seketika semuanya gelap.

Gelap,

Dan Semakin gelap,

Gubrakkk

Kanya terjatuh dari tempat tidur yang berbalut serba Doraemon itu, dan di tempat lain pun Rizki melakukan yang serupa.

"Awww ... " teriak keduanya bersamaan.

Di tempat yang berbeda namun kejadian yang mereka alami sangat sama.

Kanya maupun Rizki segera membuka matanya dan mengambil jam weker yang terdapat diatas meja lampu kamar mereka masing-masing.

"Jam 7?" pekik mereka bersamaan, langsung mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi.

Masing-masing dari mereka segera mengambil seragam dan memakai seadanya.

Rizki yang biasanya lama ketika merapihkan rambutnya itu sekarang hanya menyisir biasa.
Begitupun Kanya, dia hanya memberi sentuhan jepitan pita pada rambut miliknya itu.

"Telat ini mah," ucap mereka kembali seraya melihat jam tangan masing-masing.

Kanya segera menuruni setiap anak tangga rumahnya itu. Begitupun Rizki.

"Ayah ... Ayah ... " teriak Kanya mencari keberadaan ayahnya.

"Tante Nengsih, tan ... " teriak Rizki mencari keberadaan tantenya.

Bunda yang mendengar teriak anaknya itu segera melesat dengan cepat dari balik dapur. "Ada apa Kanya? Lah kamu sekolah? Bunda kira libur, kan sudah selesai UAS? Ayah sudah berangkat sejak tadi."

"Iya sih bun, tapi masih di suruh masuk sama bu Ijah. Katanya sih ada remedial gitu. Terus Kanya naik apa?" ucap Kanya lemas.

Di tempat yang lain dengan kejadian serupa,

"Den tadi nyonya udah berangkat ke kantor duluan sama den iko. Katanya den Rizki tidak sekolah"

"Aku sekolah mbo, yaudah aku berangkat dulu yah," ucapnya seraya berlari kecil keluar rumah.

"Naik taxi sana, cepet udah jam berapa ini," ucap bunda memberi beberapa lembar uang.

"Gausah bun, naik ojek aja biar cepet. Dah bun," ucap Kanya seraya mencium kedua pipi bundanya itu.

Rizki segera menggoes sepedanya itu dengan cepat. Begitupun Kanya, berkali-kali dia menyuruh tukang ojek yang di naikkinya agar mempercepat laju motornya.

"Pak cepat dong, telat nih," pekik Kanya dengan suara delapan octav nya itu.

"Sabar neng ini juga udah paling cepat," ucap sang pemilik ojek seraya kembali menancap gasnya.

Rizki semakin mempercepat laju sepedanya, meski dia mempunyai sebuah mobil sport, dia malah memilih memakai sepeda, laki-laki yang sederhana bukan.

🐤

Bel sekolah telah berbunyi beberapa saat yang lalu, Rani masih setia menunggu sahabatnya itu dikoridor depan kelasnya. Berulang kali dia melihat ke arah gerbang sekolah namun kanya tidak muncul juga.

PARTNERWhere stories live. Discover now