14

322 63 53
                                    


***


"Lo ngapain sih kesini?" Vita memejamkan mata sebentar guna mengurangi kadar emosinya. Sebesar apapun usahanya menolak tidak akan ada gunanya. Cowok itu justru sudah berada di depan rumahnya, bertengger manis diatas motornya.

Rafi berdehem, tapi fokus pandangannya ke depan. Vita menghela nafas dalam, kesal sekali dengan makhluk di depannya. Dia ingin mengistirahatkan pikiran dan juga fisiknya, tetapi semuanya sekarang sia-sia. Desiran yang tidak ia pahami juga terus menerus bekerja seirama dengan kerja pompa pada jantungnya. Akhir-akhir ini ia menyadari jantungnya sedang dalam mode yang tidak normal.

Rafi membasahi bibir bawahnya, ia memiringkan kepalanya ke kiri memandang cewek yang terkenal judes dan ketus di kelasnya. Mata elangnya bertumbukkan langsung dengan iris legam Vita, cukup singkat namun bisa membuatnya salah tingkah.

"Naik gih," alis mata dan kepalanya mengisyaratkan cewek di sampingnya untuk naik ke motornya.

Kontan Vita membulatkan matanya, "Hah? Ogah!" tolaknya mentah-mentah, tatapannya yang tajam tidak lepas dari Rafi.

Rafi memutar bola matanya, "Ck! Buru naik apa susahnya elah," pintanya yang tersirat sedikit pemaksaan, ke dua tangannya yang tadi memegang stang motor sekarang mengatup rapat tepat di depan wajahnya, "Ayok, please."

Bukan gaya gue kek gini anjir.

Vita bersender ke pagar dan melipat ke dua tangannya, mendadak shock melihat aksi Rafi, "Males ya males, lo ada urusan apa juga kesini sih? Ngomong aja langsung disini," balasnya ketus. Sungguh Vita malas menghadapi Rafi saat ini, mengingat debaran jantungnya yang tidak bekerja normal seperti saat ini. Ia mengira sudah terkena penyakit jantung dadakan.

Rafi menggeram kesal, mengajak cewek ini ternyata membutuhkan tenaga yang ekstra, reflek badannya menjadi tegap.

"Buru naik atau gue paksa naik nih," perintahnya tegas dengan intonasi suara yang cukup tinggi, tercetak smirk di bibirnya. Vita bergidik melihat itu. Beberapa orang yang kebetulan lewat menatapnya penuh tanda tanya.

Vita menghembuskan nafas dalam, "Nggak usah keras-keras juga kali, malu dilihatin orang!" ujarnya yang terdengar standart seperti kebanyakan orang berbicara lainnya, namun bagi Rafi terdengar dingin dan ketus.

"Makanya naik!" perintah cowok itu lagi. Gemas melihat cewek yang batu di hadapannya sekarang.

Vita meruntuki cowok pemaksa itu, sok kenal, sok dekat dan sok segalanya. Semenjak permainan gak bermutu itu, ia harus berhadapan dengan cowok aneh ini. Nggak pernah dekat di sekolah, tapi siapa sangka hubungan mereka terbilang cukup dekat di luar sekolah. Cukup pintar buat mereka berdua menyembunyikan ini semua.

Dengan rasa terpaksa, Vita akhirnya naik ke motor Rafi. Ia sempet menahan nafasnya sejenak saat naik ke jok belakang, entah kenapa sekujur tubuhnya mendadak berkeringat dingin. Desiran aneh itu semakin lama juga semakin kuat ia rasakan. Ia pun menjaga jarak juga saat sudah duduk di belakang Rafi, Vita bersyukur motor Rafi bukan motor ninja, atau motor yang dimodif aneh, hanya motor biasa, sehingga dia bisa sedikit ke belakang duduknya.

Rafi menyadari ada jarak yang cewek itu buat, ia pun melirik dari kaca spion, dilihatnya wajah Vita yang tidak nyaman dan terkesan gugup. Cowok itu nampak menahan tertawanya melihat Vita yang mungkin sedang gugup di belakangnya, ia tidak mempermasalahkannya dan mulai melajukan motornya.

Dalam perjalanan hanya terdengar deru motor dan lalu lalang pengendara lain, hingga laju motor yang pelan membawa mereka menuju danau yang letaknya di dalam sebuah kampus ternama dekat sekolahan mereka dan juga dekat dengan rumah Vita.

The Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang