08

432 89 60
                                    

**

Sudah Seminggu masa taruhan berjalan, baik Vita maupun Rafi tampak dari luar biasa saja dengan taruhan yang di buat Rafi tersebut. Rafi selalu mengirimi pesan atau melalui line pagi, siang, malam. Selalu mengucapkan selamat pagi, selamat Siang atau selamat malam, selalu menanyakan sedang apa, sudah makan dan pertanyaan lain yang menunjukkan perhatiannya pada Vita, namun bagi perempuan itu masih terbilang biasa saja, menurutnya apa yang dilakukan Rafi sama seperti yang dilakukan cowok lain padanya, tidak ada perlakuan spesial yang dilakukan.

"Bagaimana bisa dia bikin gue jatuh cinta kalau seperti itu," gumamnya pelan.

"Palingan ntar gue yang menang taruhan," Ia setuju dengan persepsinya sendiri lantas tertawa pelan. Sadar kalau saat ini, dirinya sedang berada di kantin.

Tiba-tiba sekelebat bayangan hadir di pikirannya, perempuan yang tengah menikmati makan siangnya sendiri itu menggigit bibir bawahnya. Ia ingat malam itu, malam dimana lelaki itu dengan lancang menepuk pelan puncak kepalanya. Ia paling tidak suka berkontak fisik dengan cowok, entahlah. Dia benar-benar membatasi semuanya! Ia sebal mengingat kejadian yang berangsur cepat tersebut.

Ddrrt..ddrt..

Lamunannya sirna seketika, saat ponselnya berbunyi, ia pun merogoh ponselnya yang ada di sakunya.

Matanya nampak menyipit, melihat siapa yang mengiriminya pesan.

Rafi : Hai sayang :)

Vita selalu mual saat lelaki yang mengirimi pesan memanggilnya dengan kata-kata 'sayang'. Ia sedikit berpikir, bukannya ini masih jam-jam di sekolah, biasanya lelaki itu akan memainkan taruhannya saat di luar sekolah. Apa dia tidak dicurigai ketiga temannya kalau mainan hp?

"Ah bodo amat, ngapain juga mikirin hal ga penting," gumamnya.

Vita mulai memainkan jari lentiknya ke layar benda persegi itu, terkadang perempuan berwajah mongolia itu juga mengikuti permainan Rafi, asalkan mood nya tidak buruk. Kalau moodnya buruk, ia akan bersikap ketus ke lelaki tersebut. Seperti pada malam itu, tiba-tiba saja lelaki itu menyuruhnya membukakan pintu, sementara saat itu moodnya sedang labil.

Vita : Hai!

Rafi : Ha? Cuma itu aja jawaban lo?

Vita : Apalagi jawaban yang lo harapkan, huh?!

Vita meletakkan ponselnya di sampingnya, ia mulai memakan nasi gorengnya lagi. Ia sempet melirik ponselnya, belum ada balasan.

3 menit kemudian. Ponselnya bergetar kembali.

Rafi : Hm, panggil aku sayang juga donk =)

Vita mendelik, melihat balasan dari Rafi. Namun, ia menormalkan kembali mata bulatnya, menurutnya itu siasat dari Rafi, siasat untuk membuatnya takluk. Sudah sering, ah semenjak taruhan, Rafi memanggilnya layak orang pacaran.

Vita : nggak mau!

Rafi : Hei. Gimana bisa lo nggak mau. Kalau seperti ini terus, lo gak akan bisa buka hati lo pada gue elah, obrolan kita selalu datar aja juga.

Rafi : Coba buka hatimu sedikit saja untukku :)

Eek, sialan ni kunyuk, mencoba merayu gue! Maksa pula. Najis.

Vita : Hah? Knp? Percaya diri lo yg tinggi itu sudah hilang kah? Dan sekarang lo g ykin bsa menang taruhan dengan gue?

Vita tersenyum, balasan pesan buat si Rafi cukup untuk membuatnya menyerah merayunya.

The Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang