Flashback #2

5.8K 287 26
                                    

Iya part sebelum ini memang sedikit karena aku ngetik dari handphone dan ternyata enggak nyaman. Kali ini aku update lumayan panjang. terimakasih buat komentar positif kalian di part sebelumnya. Dan buat yang komentarnya sedikit "nyelekit", makasih juga. Semoga dikemudian komentarnya lebih positif ya ;) Aku berusaha banget buat luangin waktu untuk update cerita ini karena aku menghargai kalian yang masih nungguin cerita ini. dan aku harap kalian juga menghargai usahaku untuk update ya :)

Enjoy! :* 

****

Hari ini aku resmi menjadi suami Kei. Akad nikah berlangsung dengan lancar. Tidak begitu banyak tamu yang hadir karena baik keluarga ku maupun keluarga Kei tidaklah banyak. Aku mengetahui dari mama kalau orangtua Kei adalah anak tunggal. Mommy nya yang merupakan teman mama sudah lama meninggal.

Resepsi diadakan pada malam harinya. Acara pun berlangsung dengan megah dan ramai. Banyak kolega berdatangan. Mama sangat mahir menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahanku. Tidak ada yang terlewat.

****

Aku memutuskan untuk membeli rumah sebelum kami menikah. Alasan yang sederhana, karena aku tidak ingin ada yang mengusik rumah tangga kami. Aku ingin kami terbiasa tinggal berdua. Belajar untuk menjalankan rumah tangga ini. Tetapi aku tidak melarang jika orangtua kami ingin berkunjung ataupun jika Kei ingin mengunjungi daddy nya.

Namun malam ini kami memutuskan untuk menikmati fasilitas hotel yang disediakan untuk kami. Esok harinya barulah kami akan menempati rumah baru. Ketika aku mengatakan pada Kei bahwa aku menginginkan pernikahan yang normal, maka aku juga menginginkan hak ku. Bagaimanapun juga aku membutuhkan pelepasan untuk hasrat ini. Dan juga aku menginginkan keturunan. Masalah cinta, aku pikir itu bisa dibahas nanti-nanti. Semoga saja cinta segera hadir kepada kami.

"Morning" aku mencium bibirnya sekilas. Pagi ini dia terlihat sangat menggemaskan.

"Morning too" balasnya. Aku melihat pipinya memerah. Apa itu karena menahan sakit atas apa yang kami perbuat semalam? Karena kata orang-orang, perempuan akan merasakan sakit ketika melakukan itu untuk pertama kalinya.

"Apa itu... sakit? Kalau sakit, biar aku gendong kamu ke kamar mandi" Aku menawarkan bantuan.

"Aku bisa sendiri kok" ia tersenyum lalu bangkit dari tempat tidur. Namun aku melihatnya mengernyit. Seperti menahan sakit. Langsung saja aku menggendongnya ke kamar mandi. Dan meletakkannya dengan hati-hati di bathup. Aku takut ia merasakan sakit kembali, karena itulah aku berusaha untuk berhati-hati.

Kei keluar dari kamar mandi setelah memakai dress motif bunga-bunga berwarna pink. Sangat manis dan menggemaskan.

"Sayang, hari ini kita langsung balik ke rumah ya. Mama udah siapin tiket honeymoon buat kita. Nanti malam kita berangkat" Aku memberitahunya mengenai ide mama untuk honeymoon kami.

"Kita mau kemana Ken?" Tanya nya.

"Kita bakal ke Jepang. Mama ingin kita mengunjungi Sobo* di Kyoto. Sobo ingin melihat cucu menantunya. Dia sudah terlalu tua jadi tidak bisa bepergian jauh"

Ia pun mengangguk dan segera memasukkan barang bawaan kami ke koper kecil. Tidak begitu banyak yang kami bawa ke hotel. Hanya beberapa pakaian.

****

Honeymoon kami berjalan dengan lancar. Aku sangat menikmatinya, dan semoga saja Kei juga begitu. Aku merasa kami semakin dekat. Terimakasih untuk mama karena sudah merencanakan honeymoon ini. Sobo pun langsung akrab dengan Kei. Sobo terlihat menyayangi Kei, dan Kei pun begitu tulus menyayangi sobo. Sampai saat ini aku tidak menyesal sudah menerima permintaan mama untuk menikah dengan Kei.

Kami sudah kembali ke Jakarta. Dan aku sudah kembali disibukkan dengan urusan kantor yang beberapa hari ini aku tinggalkan. Kei bilang kalau dia sudah resign dari kerjaannya. Dia ingin belajar menjadi istri yang baik seperti mommy nya. Menurutku dia sudah menjadi istri yang baik. Sangat baik bahkan.

Pagi-pagi sekali dia sudah bangun untuk menyiapkan sarapan. Lalu dia akan membangunkanku dan menyiapkan pakaian yang aku kenakan. Begitu aku pulang dari kantor pun dia sudah rapi dan wangi. Makanan pun sudah tertata di meja makan. Harus aku akui kalau makanan buatannya sangat enak. Karena itulah aku sering memintanya untuk membuatkan bekal makan siang untukku.

Seperti hari ini, aku sudah menantinya daritadi. Sudah tidak sabar untuk menyantap makan siangku. Aku mendongak ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Kemarilah sayang. Aku sudah lapar" aku dengan semangat memintanya mendekat.

"Makan disana atau di meja kamu?" dia menunjuk ke arah sofa santai tempat kami biasa duduk bersama setelah makan.

"Di mejaku saja sayang. Aku sudah sangat lapar"

"Baiklah, suamiku" Ah begitu manisnya istriku ini.

Kei menyusun makanan yang dibawanya. Aku memperhatikannya dalam diam. Setelah selesai, dia memberikan porsi untukku. Kami makan dalam diam.

"Terima kasih untuk makan siangnya, sayang" aku berjalan kearahnya kemudian memeluk dan mencium pipi Kei. Mungkin hanya inilah yang bisa aku lakukan untuk membalas semua sikap manisnya. Aku merutuk hatiku yang belum juga bisa mencintainya. Walaupun aku sadari, akhir-akhir ini Rein tidak lagi mendominasi pikiranku.

"Permisi pak, ada tamu yang mau ketemu. Tapi belum buat janji." Arda, asistenku masuk setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

Aku mengernyit. "Siapa yang mengangguku di jam makan siang seperti ini? Apa dia tidak tau kalau aku sedang bersama istriku". Setahuku aku tidak punya janji temu hari ini.

"Sudahlah Ken, kamu temui saja dulu. Mungkin klien penting. Aku pulang dulu, ada janji mau temenin mama belanja" Kei memaksaku untuk menemui tamu ini.

"Baiklah, sayang. Kamu hati-hati ya. Salam sama mama." Aku tersenyum padanya.

Kei mengangguk lalu menciumku. Aku bertanya pada Arda siapa yang ingin bertemu denganku.

"Namanya Rein, pak"

Aku terdiam. Terlalu terkejut ketika mendengar nama itu. Dia kembali. Kenapa baru sekarang dia kembali? Sungguh aku tidak tau apakah aku bisa menatapkan hatiku untuk tidak berpaling padanya lagi. Selama ini, dialah pusat duniaku. Seseorang yang sangat aku prioritaskan selain mama.

Dia masuk ke ruanganku. Dengan langkahnya yang anggun. Dan ketika dia menyapaku dengan senyumnya itu. Duniaku serasa berputar. Tuhan, tolong aku agar tidak jatuh padanya lagi. Aku tidak ingin menyakiti siapapun.

Im not the only oneWhere stories live. Discover now