Letting Go

6.7K 386 23
                                    

Kelupaan kalo janji bakal update next chapter dalam minggu ini. Berhubung besok bakal keluar kota, jadinya aku update hari ini ya :D

****

Aku mengernyit ketika merasakan sakit di kepala. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk kepalaku. Perutku pun terasa kram.

Aku memperhatikan sekeliling. Merasa ganjil dengan ruangan ini, karena seingatku tadi aku sedang berada di kamar rawat daddy. Sekarang kenapa malah aku terbaring di tempat tidur dengan selang infus yang tertambat di tanganku.

Suara pintu yang terbuka membuatku melihat kearah pintu. Ada Stef disana bersama om Indra.

"Stef, kamu disini? Kapan datang?" Tanyaku

"Aku baru aja dari bandara, Kei. Langsung kesini" Stef tersenyum padaku. Tapi ada yang aneh dengan senyumnya. Bukan senyum yang tulus, terasa seperti senyum yang dipaksakan atau senyum sedih.

"Om, daddy gimana? Udah sadarkan? Dan kenapa aku disini sih?" Aku mengalihkan pandangan ke om Indra.

Lama om Indra terdiam lalu saling berpandangan dengan Stef. Aku merasa heran dengan keanehan mereka. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan dariku.

"Kei, ada yang harus om sampaikan ke kamu. Tapi om minta kamu harus tetap tenang ya" om Indra menatapku dalam. Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu disini karena tadi kamu pingsan. Jadi om minta dokter buat periksa kamu. Kata dokter, kamu kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Kamu harus kuat Kei, untuk calon anak kamu. Karena kata dokter, kamu hamil"

Aku terkejut mendengar berita itu. Tapi aku sangat bahagia. Aku bakalan punya anak, dan segera menjadi seorang ibu. Walaupun tanpa suami, tapi aku akan tetap kuat demi anakku. Aku terus tersenyum sambil mengelus perutku.

"Kei.." aku mendongak ketika om Indra dan Stef mendekat kearahku.

"Daddy kamu... daddy kamu sudah tiada, Kei. Kamu... harus bisa mengikhlaskan, biar daddy kamu tenang disana. Doakan yang terbaik untuknya, Kei" lanjut om Indra

Aku termenung untuk beberapa saat. Jadi, yang tadi itu bukannya mimpi. Tadi, aku merasa ada yang bilang kalau daddy sudah meninggal. Tapi aku mengira itu hanya mimpi.

Air mata mengalir di pipiku. Ini yang terbaik untuk daddy. Kei ikhlas daddy. Daddy pasti sudah bahagia disana bersama mommy. Tunggu Kei, daddy. Jika sudah tiba saatnya, Allah pasti akan menyatukan keluarga kita lagi. Kita akan bertemu di surga, dan daddy akan ketemu dengan cucu daddy. Kei janji akan kuat menjalani ini semua. Demi anak Kei, demi daddy dan mommy.

Aku meminta om Indra dan Stef mengurus pemakaman daddy. Aku ingin daddy dimakamkan di Indonesia. Bersebelahan dengan makam mommy.

Untungnya tidak ada masalah serius dengan kandunganku. Jadi aku bisa balik ke Indonesia. Ada beberapa urusan administrasi yang harus diselesaikan, karena itu jenazah daddy baru bisa dibawa besok pagi.

****

Kami tiba di Indonesia pada sore hari. Om Indra sudah menyiapkan segala sesuatunya. Jenazah daddy akan langsung dibawa ke pemakaman untuk dimakamkan.

Aku memaksa ikut dengan mobil yang membawa daddy. Aku ingin berada di dekat daddy selagi bisa. Setelah ini, aku tidak akan bisa melihat daddy lagi.

Di pemakaman sudah ada beberapa kerabat dan rekan kerja daddy. Aku meminta om Indra dan Stef untuk tidak memberitahu Ken dan keluarganya mengenai ini. Tetapi aku melihat mama Ken disini. Entah siapa yang memberitahunya, aku tidak begitu memikirkannya. Sekarang ini fokus ku hanya pada daddy.

Prosesi pemakaman berlangsung dengan lancar. Aku memandangi kuburan daddy. Tempat peristirahatan daddy selanjutnya. Aku menaburkan bunga. Berharap kesedihan ini bisa berkurang.

Daddy, Kei janji akan berjuang untuk bisa bahagia. Kei akan kuat demi anak ini. Kei akan selalu mencintai daddy dan mommy. Daddy dan mommy jagain Kei ya dari sana. Kei gak bakalan kesepian disini, sebentar lagi baby bakal nemenin Kei disini. Mommy juga sudah tidak kesepian lagi, ada daddy yang menemani.

Aku menatap sekali lagi makam mommy dan daddy sebelum melangkah meninggalkan area pemakaman. Mama Ken menunggu di dekat mobil. Aku menghampirinya. Walaupun sudah tidak bersama anaknya, tapi aku tidak ingin memutus hubungan silaturahmi dengan mama. Mama begitu baik denganku.

"Kei, kamu yang kuat ya nak. Ikhlaskan. Daddy kamu pasti sudah bahagia disana"

Aku tersenyum lalu mengangguk. Suaraku rasanya enggan keluar.

"Maafin anak mama ya, Kei. Dia lagi sibuk banget ngurusin kerjaan kantornya. Sampai-sampai istrinya lagi berduka gini dia gak datang. Nanti mama bakalan marahin dia. Mama udah coba hubungin tapi teleponnya gak aktif"

"Gak papa, ma. Kei baik-baik saja. Hanya butuh istirahat. Kei sudah ikhlas daddy pergi" Aku pamit pada mama. Aku ingin secepatnya pergi dari sini. Terlalu banyak kenangan pahit yang berkeliaran di pikiranku jika aku terlalu lama disini.

"Sudah?" Tanya Stef padaku ketika aku masuk kedalam mobil.

Aku mengangguk. "Langsung aja, Stef. Aku... tidak bisa terlalu lama disini"

"Ke bandara ya, pak" Stef berbicara pada supirnya.

****

Hai, udah panjang lho ini updatenya hehe. Jangan lupa vote & comment nya ya

Mungkin, Kei nya bakalan istirahat dulu. Jadi nanti jangan kangen sama Kei ya. Ketemu sama Ken aja dulu. Yang mau keroyok Ken, siap-siapin goloknya di next chapter ya haha

Im not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang