Flashback #1

6.2K 282 17
                                    

Lama ya nunggu aku update cerita ini? Harap sabar ya, soal ya aku emang lagi lumayan sibuk urus ini itu. Kalau lagi senggang, aku usahain buat update kok 😀

Siap-siap ngantuk karna bakal sedikit pembicaraan. Kebanyakan gambaran perasaan Ken.

****
Ken POV

Aku buru-buru pulang ke rumah ketika mama menelpon. Ada hal penting yang ingin dibicarakan, katanya. Gak biasanya mama memintaku pulang hanya untuk bicara. Biasanya mama akan memberitahukan apapun itu melalui telepon kalau kami tidak bisa bertatap muka secara langsung.

Suara dari pengeras suara membuatku berdiri dari duduk ku. Panggilan kepada semua penumpang pesawat tujuan Jakarta. Beberapa menit lagi aku akan meninggalkan negara ini, tempat dimana cintaku semakin besar untuknya.

Setelah pengecekan kelengkapan berkas penumpang, aku akhirnya bisa duduk nyaman di pesawat ini. Aku memutuskan untuk tidur sepanjang perjalanan. Mempersiapkan diriku akan kenangan yang bisa kapan saja menghentak pikiranku.

****

Suara pemberitahuan membangunkan aku. Pesawat yang kami tumpangi sudah mendarat dengan selamat di Jakarta.

Jakarta. Tempat pertama kali kami bertemu. Pertama kalinya aku merasakan cinta.

Dia, teman pertamaku di kota ini. Dia, cinta pertamaku di kota ini. Oh bukan, bukan hanya di kota ini. Tapi aku mencintainya, selalu. Hanya saja nasib ku tak seberuntung itu. Cintaku tak bersambut. Dia, hanya menganggapku sahabatnya. Karena itulah aku hanya menjadi pengecut yang terus memendam cinta.

Taksi yang membawaku menuju rumah sudah berlalu. Aku membuka pagar dengan semangat. Akhirnya setelah sekian lama tinggal terpisah negara, sekarang aku bakalan tinggal dengan mama lagi.

Mama, satu-satunya yang ku punya saat ini. Papa sudah lama meninggal. Karena itulah kebahagiaan mama adalah sesuatu yang harus aku perjuangkan. Apapun akan ku lakukan untuknya.

"Maaa" panggilku saat membuka pintu rumah.

"Ken" mama langsung memelukku.

Cukup lama kami berpelukan melepas rindu. Mama terus saja bertanya ini itu mengenai kehidupanku. Wajar saja karena beberapa tahun kami hidup terpisah karena aku harus kuliah dan mengurus cabang perusahaan disana. Sementara mama harus menghandle perusahaan yang disini.

Mulai sekarang aku akan kembali tinggal disini. Perusahaan yang disana sudah stabil. Aku bisa mempercayakannya kepada asistenku. Perusahaan disini akan aku ambil alih karena mama sudah bosan bekerja. Ingin menikmati hidup, katanya.

"Istirahat dulu, Ken. Nanti mama bangunin buat makam malam"

Aku mengangguk lalu pamit ke kamar. Kamar ini masih sama seperti terakhir kali aku menempatinya. Tidak ada debu karena mama selalu meminta asisten rumah tangga untuk membersihkannya.

****

Aku merasa lebih segar sekarang. Sebelum turun untuk makan, aku menyempatkan untuk mandi.

"Ken" mama memanggilku tepat ketika aku sudah menyelesaikan makanku.

"Ya, ma" aku menatap mama. Garis keriput mulai menghiasi wajahnya.

"Mama ingin kamu menikah. Mama ingin punya cucu"

Aku terdiam. Ini pertama kalinya mama memintaku menikah. Selama ini mama tidak pernah membahas hal ini.

"Tapi, ma. Ken belum punya pacar. Apalagi calon istri, ma"

"Mama sudah punya calonnya. Kamu tidak perlu mencari lagi"

Aku mengernyit. Tidak biasanya mama seperti ini. Mama selalu membiarkanku menentukan pilihan untuk hidup untuk. Tapi kali ini mama tanpa bertanya padaku sudah memutuskan sendiri.

"Mama yakin dengan calon istri Ken itu?" Tanyaku memastikan.

"Yakin, nak. Sangat yakin"

Melihat mama yang sangat berharap membuatku mengiyakan permintaan mama tanpa berpikir lama. Mungkin ini sudah saatnya aku melupakan cintaku yang bertepuk sebelah tangan.

****
Mama sudah mengatur pertemuan antar keluarga. Hari ini aku akan bertemu dengan calon istriku dan keluarganya.

Kei nama gadis itu. Lucunya, nama kami hanya berbeda satu huruf. Kesan pertama yang aku dapatkan, Kei adalah perempuan baik-baik. Pantas saja mama sangat yakin untuk menjadikan ia istriku.

Aku dan Kei berjalan-jalan di taman. Mama memintaku mengajak Kei jalan-jalan agar lebih akrab.

Aku memilih untuk jujur pada Kei mengenai alasanku menerima pernikahan ini. Aku ingin memulai semuanya dengan jelas.

"Hmmm Kei" panggilku pada Kei yang sedari tadi hanya melamun.

"Iya?" Jawabnya

"Aku ingin jujur. Alasanku menerima perjodohan ini demi kebahagiaan mama. Apapun yang bisa membuat mama bahagia akan ku lakukan. Mungkin memang belum ada cinta diantara kita. Aku tidak terlalu mengenal hidupmu dan begitupun kamu tidak mengenal hidupku. Jadi, bisakah kita belajar bersama demi pernikahan ini? Demi kebahagiaan orangtua kita. Bisakah kita menjalankan ini dengan normal? Aku tau mungkin kita akan canggung nanti, tapi lama kelamaan pasti bisa terbiasakan?"

Entah setan apa yang merasuki ku hingga aku berbicara seperti itu. Bagaimana bisa aku memintanya untuk menjalankan ini dengan normal sementara hatiku masih terpikat pada perempuan lain.

"Tentu. Aku juga menerima ini demi kebahagiaan orangtuaku. Dan aku sudah berjanji akan menjaga pernikahan ini walaupun tidak didasarkan oleh cinta. Tapi semoga suatu saat nanti cinta datang menyapa kita." Kei menjawab sembari tersenyum menenangkan.

Dan dari sinilah muncul pertemuan-pertemuan kami selanjutnya.

****

Segini aja dulu ya😀

Votment nya jangan lupa yaa 😍

Im not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang