Pergi

5.3K 248 6
                                    

Aku menggeliat ketika merasakan sinar matahari menusuk indra penglihatanku. Ken tidak ada disampingku. Mataku menyusuri kamar, mencari keberadaannya.

Aku mendengar bunyi pintu terbuka. Segera saja aku menoleh ke arah kamar mandi.

"Lho kamu udah rapi, Ken? Kok kamu gak bangunin aku?" Aku bertanya ketika melihat Ken sudah rapi dengan kemeja serta celana bahannya.

"Gak papa, Kei. Kamu istirahat aja lagi. Nanti supir kantor yang bakalan jemput aku" Ken berjalan kearah kopernya. Semalam aku sudah menyusun perlengkapan untuk Ken pergi keluar kota selama beberapa hari.

"Aku... gak boleh ikut ngantar kamu ke bandara?" Aku bertanya karena sepertinya Ken tidak ada niatan untuk mengajakku ke bandara.

Ken terdiam sejenak.

"Kamu istirahat saja, Kei. Semalam pasti kamu capek banget. Kita bahkan baru tidur jam 3 subuh, itu berarti kamu baru tidur 4jam"

"Aku sebenarnya gak papa, Ken. Lagian aku bisa tidur lagi nanti setelah mengantar kamu. Tapi kalau memang menurut kamu tidak perlu, ya sudah aku dirumah saja"

Sebenarnya aku ingin sekali ikut mengantar Ken. Ada rasa tidak rela melihatnya akan pergi meninggalkanku untuk beberapa hari. Aku sudah terbiasa tinggal dengan Ken. Beberapa hari tanpanya mungkin tidak akan menyenangkan.

"Muka kamu pucat, Kei. Kamu istirahat aja ya. Nanti kalo udah di bandara, aku telepon kamu"

Aku akhirnya mengangguk menuruti kemauan Ken. Ken lalu mencium keningku dan berlalu membawa kopernya turun kebawah. Aku tidak ikut mengantar Ken kebawah karena memang kepalaku agak pusing. Lebih baik aku melanjutkan tidur.

****

Dering handphone membangunkan tidurku. Nama daddy muncul di layar.

"Halo daddy, sudah sampai di Tokyo?" Kemarin daddy berkata akan pergi ke Tokyo untuk mengurus bisnisnya disana.

"Sudah, Kei. Ini daddy lagi di rumah. Kamu apa kabar, nak?"

"Alhamdulillah Kei sehat. Daddy gimana disana?"

"Daddy sehat, nak. Kamu harus bahagia ya disana, Kei. Apapun yang membuat kamu bahagia pasti daddy dukung"

"Daddy, kei bahagia kok. Tapi Kei kangen daddy" Walaupun sedikit heran dengan topik pembicaraan daddy tapi aku tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Daddy juga kangen sama Kei. Daddy juga kangen sama mommy. Sebentar lagi, nak. Sebentar lagi daddy akan pulang"

"Iya daddy, Kei juga kangen mommy. Nanti kalau daddy sudah pulang, kita ke makam mommy ya"

Kami bercerita mengenai beberapa hal, lalu akhirnya daddy memutuskan telepon karena harus segera menghadiri rapat. Kemudian aku memutuskan untuk mandi karena badanku terasa lengket.

Setelah selesai mandi, aku meminta Bi Minah membawakan makan siangku ke kamar. Kepalaku masih terasa sedikit sakit jadi aku memilih makan dikamar saja.

Aku mengecek handphone tetapi tidak ada satu pun panggilan masuk dari Ken. Apa Ken lupa menghubungiku? Atau dia langsung ke kantor cabang sehingga tidak sempat mengabariku.

Aku menelpon Stef karena ada panggilan tak terjawab darinya. Stef mengangkat teleponnya pada nada sambung ketiga.

"Ya Kei?"

"Kamu tadi nelpon aku? Kenapa Stef?"

"Oh itu, aku cuma mau pastiin aja lusa kamu jadi pergi sama aku ke nikahannya Rein?"

"Jadi Stef. Jemput aku jangan telat ya" Aku mengancam Stef lalu terkekeh.

"Iya Kei bawel. Yaudah aku mau lanjut kerja lagi. Bye bawel"

Belum sempat aku protes, Stef sudah memutuskan begitu saja panggilan teleponnya. Awas saja dia, akan aku balas nanti.

***
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tetapi Ken tidak juga menelponku. Aku menelpon Ken untuk menanyakan kabarnya.

"Ya, Kei?" Suara Ken terdengar lelah.

"Aku cuma mau tau kabar kamu, Ken. Soalnya kamu seharian ini gak ada ngabarin aku"

"Iya, ada beberapa masalah yang terjadi. Aku terlalu sibuk memikirkan solusinya, Kei. Maaf aku jadi lupa mengabarimu"

"Tidak apa-apa, Ken. Ya sudah, kamu jangan telat makan ya. Jangan terlalu dipaksakan Ken, istirahatlah kalau kamu sudah lelah"

Aku memutuskan sambungan telepon. Tidak ingin menganggu waktu Ken. Dia pasti sedang banyak pikiran saat ini.

***

Hai, akhirnya update lagi setelah disibukkan dengan beberapa urusan.
Sampai disini dulu updatenya ya, biar hati Kei nya disiapin dulu buat part berikutnya

Jangan lupa votment nya ya, terima kasih

Im not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang