Chapter 2 : Photoshops get real!

7.5K 295 4
                                    

            Rasanya nyaman sekali setelah sejam tubuhku kaku  karena kemacetan, kujatuhkan tubuhku pada sebuah sofa berwarna merah di ruang keluarga. “Duh...nyaman sekali,” dan tanpa sadar mataku mulai terlelap. Meskipun begitu aku tak sepenuhnya tertidur, pikiran bahwa suamiku tak mencintaiku selalu membuatku terjaga. Lalu kudengar bunyi pintu terbuka, dan langkah kaki mendekat kearahku. Mungkinkah ia akan mencekikku hingga mati karena membuatnya mengalami hidup yang mengerikan karena keegoisanku.

            Aku merasa dipandangi seseorang, membuat wajahku memanas, aku merona. “Berhenti menatapku,” ucapku pelan kemudian bergerak membelakanginya. “Maaf, Bu-“ aku langsung melonjak kaget. “Reihan! Ngapain kamu disini!” bentakku. Wajahnya terlihat tak nyaman.

            “Hehehe...tuh si Jackson mabok,” katanya sambil cengengesan. Pria ini sekretaris suamiku sekaligus sahabatnya. Aku segera keluar dan memang benar ternyata, “Tadinya mau kubawa sendiri kekamar kalian, tapi takutnya ada hal yang tak seharusnya kulihat seperti tadi,” kujitak kepalanya.

            “Kamu tuh ya! Dasar!” aku melihat Jackson yang tertidur, “Angkat aja sendiri, bisa kan? Taruh aja di kolam renang biar dia mati sekalian! Mabok aja nyusahin apa lagi gak maboknya,” aku bicara sesukanya membuat Reihan memandangiku dengan pandangan menyelidik.

            “Separah itukah hubungan kalian?” Reihan terlihat mengunci mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya setelah kulemparkan tatapan mengerikan lalu berjalan meninggalkan mereka berdua. “Aku lagi gak mau debat, Rei...” aku berbalik, “yang tadi cuma bercanda, tolong bawa dia ke kamar tamu aja...tolong ya...terima kasih,” aku langsung melangkah masuk.

            Berat memang jika sekretaris adalah orang yang kenal kita dengan baik, berpotensi menjadi tempat curhat yang strategis atau lebih parah, tempat curahan benih, dalam hal ini suami dan sekretarisku.

            Rasanya tubuhku lemas sekali karena seharian ini rasanya tak selera melihat makanan apalagi memakannya. Terima kasih untuk suami dan sekretarisku yang sukses membuat napsu makanku hilang. Dan selagi Reihan membawa Jackson kekamar, aku mengambil roti dan melahapnya kemudian mandi.

            “Evelyn, gua cabut yaa...” teriak Reihan dari bawah. “Iyaa...thanks yaa,” balasku berteriak dari atas. Setelah selesai mandi, aku berjalan menuju kamar tamu tempat Jackson.

            Kumengenakan lingerie kesukaanku, warna cokelat muda, sekilas membuat aku tak mengenakan selembar kainpun, meskipun aku yakin Jackson takkan menyentuhku, tetap saja aku tak segan-segan mengenakannya tiap malam. Kubuka pintu kamar tamu perlahan memastikan tak ada suara yang akan membangunkannya. Mataku sedikit redup memandang ciptaan Tuhan yang terlihat sempurna, suamiku, membuat rasa rindu sebagai seorang isteri kembali merundungiku.

            Langkah demi langkah dengan sangat hati-hati menuju ranjang tempat ia tertidur, kuperhatikan rambutnya yang acak terlihat lucu, juga wajahnya yang tenang, bau alkohol begitu menyengat, “Berapa banyak kau minum agar bisa melupakannya?” tanyaku pelan sambil menelusuri rahangnya dengan jari telunjukku. Kami tak pernah sedekat ini. Aku tersipu. Dia begitu dekat, sangat dekat, tapi sampai detik ini aku masih tak sanggup menggapainya.

            Kemudian aku beralih pada sepatunya kemudian melepasnya, lalu tali pinggangnya, lalu membuka kancing kemejanya. Dia membuka mata perlahan membuatku kaget, aku sudah akan berlari tapi dia menahan pergelangan tanganku, membantingku kesampingnya, lalu menindihku, “Kenapa kau menolakku, Lina??” hatiku seperti ditusuk sebuah pasak, begitu menyakitkan. Mataku memanas.

            Jackson menciumku dengan keras, tangannya bergerak menggerayangi tubuhku, “Kau...cantik sekali, Lina...” ucapnya membuatku menangis lagi. Hatiku benar-benar sakit. Tapi aku menginginkannya. Benar, aku sudah gila! Aku tetap bertahan meskipun saat mencapai puncak kenikmatan, nama Lina-lah yang disebut, bukan aku.

Moonlight SonataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang