Part 7A

25K 2.4K 216
                                    

Ruang tunggu rumah sakit terlihat ramai. Beberapa perawat dan pegawai rumah sakit tampak lalu lalang. Violeta duduk di kursi tunggu, sambil menunggu gilirannya. Hari ini Violeta hendak memeriksakan diri ke dokter karena desakan Bunda. Awalnya Violeta merasa enggan, namun ia merasa tubuhnya sering lemas. Mungkin memang efek karena ia selalu telat makan atau masuk angin. Untunglah Easton Company bekerja sama dengan rumah sakit ini, sehingga Violeta tidak perlu memusingkan masalah biaya.

"Huaaaaa!"

Violeta terkejut saat anak yang sedang berlari di depannya tiba-tiba terjatuh. Anak tersebut langsung menangis tanpa merubah posisinya. Violeta melihat sekitar, mencari orangtua dari anak itu. Namun tidak ada yang terlihat bersama anak itu. Violeta menolong anak itu dan membujuknya agar berhenti menangis.

"Cup cup cup, sudah ya nangisnya. Tante usir sakitnya, nih. Sakit, pergi! Wuuuh!" ujar Violeta sambil berpura-pura mengusir rasa sakit pada dengkul kaki anak itu.

Anak itu perlahan menghentikan tangisannya saat seorang wanita menghampiri mereka.

"Mama, atiittt!" Anak itu langsung memeluk wanita yang ia panggil Mama.

"Makasih, ya," ucap wanita itu pada Violeta. Violeta hanya tersenyum sejenak sebelum matanya terpaku pada perut wanita di hadapannya.

"Mama, kan, sudah bilang, jangan lari-lari di sini. Ayo kita pulang, nanti sambil Mama obatin lukanya."

"Sekali lagi terima kasih ya," ucap wanita itu, kembali menoleh pada Violeta.

"Ah, kamu mau pegang?" tanya wanita itu setelah menyadari kalau Violeta terus menatap pada perutnya.

Violeta terkejut dengan tawaran wanita itu. Ia langsung merasa tidak enak.

"Tidak usah malu-malu. Aku tidak ada masalah, kok, kalau ada yang mau pegang perutku." Wanita itu langsung menuntun tangan Violeta untuk menyentuh perut besarnya.

"Ade Edo kembal, Nte," celetuk anak yang ditolong Violeta.

Violeta hanya terdiam saat merasakan pergerakan dari perut itu.

"Ma, ayooo. Atiiit ni," ucap anak itu smbil menujuk dengkulnya.

"Ah, te-terima kasih," ucap Violeta sambil melepas tangannya.

"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu, ya," ucap wanita itu.

Ibu dan anak itu pergi, sedangkan Violeta masih berdiri sambil menatap interaksi mereka yang semakin menghilang di kejauhan. Violeta masih bisa merasakan kehangatan di telapak tangan kanannya. Tanpa Violeta menyentuh perutnya sendiri degan tangan itu. Ia sudah pernah melihat ibu hamil, tapi ini pertama kalinya ia menyentuh dan merasakan pergerakan secara langsung.

Ternyata rasanya sangat luar biasa. Tidak terbayang jika suatu hari nanti aku juga bisa merasakan hal itu. Mengandung darah dagingku sendiri....Pasti rasanya akan sangat menakjubkan.

Sebuah senyuman terukir di bibir Violeta. Ia kembali duduk untuk menunggu gilirannya. Ia melirik jam yang melingkar ditangannya. Sudah lima puluh menit ia menunggu, namun namanya belum juga dipanggil.

Violeta menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan mata sejenak. Tubuhnya terasa sangat letih, padahal ia tidak melakukan aktivitas berat.

Semoga hasil pemeriksaannya baik-baik saja.

Mata Violeta terbuka saat terdengar dering dari ponselnya. Ia langsung menegang saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Hallo," ucap Violeta.

"Ini sudah pukul sebelas. Apa kamu mau saya pecat?"

"Ma-maaf, Pak. Saya masih di dokter," ucap Violeta.

VioletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang