"Kita mau ke pensi kan, ya? tumben banget rapi mau nonton doang"

Cakka tersenyum menanggapi.

"Ya iyalah ke pensi. Kan lo mau manggung, jadi kita sengaja tampil keren biar nggak malu-maluin" terang Agni menutupi jawaban sebenarnya.

"Sejak kapan kalian peduli biar gue nggak malu? biasanya juga pada malu-maluin"

❇❇❇

Rio berjalan menyusuri koridor kelas sepuluh dengan penampilan yang jauh berbeda dari beberapa jam yang lalu, setelan jas dan tuxedo navy membuatnya tampak lebih gagah malam ini.

Dia menghembuskan nafas lelah bersandar di dinding koridor setelah beberapa langkah keluar dari toilet, badannya masih lemas, wajahnya memerah karena kelelahan.

Tadi, dia kembali mengalami pendarahan mendadak, bahkan lebih parah. Lebih dari 30 menit dirinya terpaksa bersembunyi di toilet sekolah sambil mengusap darah yang tidak mau berhenti. Entah dari tubuh bagian mana pasokan darah sebanyak itu, mengalir seperti hujan yang berebutan keluar hingga hidungnya terasa panas dan sakit.

Tidak terhitung lagi berapa banyak tissue toilet yang dirampas habis untuk membersihkan noda di sekitar bibir, belum lagi golakan hebat yang serasa mengoyak sedemikian kuat hingga membuatnya terpaksa mengeluarkan semua isi lambungnya.

Dan satu hal yang paling Ia tidak suka adalah karena kondisi ini dirinya harus berlama-lama di kamar mandi dan pada akhirnya meminta Cakka untuk menjemput permaisurinya, merepotkan sekali.

Rio melanjutkan langkah karena pembukaan akan segera di mulai. Baru beberapa langkah tampak Bu Ira, Pak Duta, dan beberapa guru berjalan keluar dari ruangan

Tanpa mengurangi rasa ta'dhim pada beliau, Rio berjalan mendekati mereka,
"Mari, Bu... Pak..." Sapanya ramah.

"Iya... Sini, bareng aja" Bu Ira menepuk pundak Rio sebentar mengajakanya jalan beriringan.

"Ngomong-ngomong, temen-temen kamu mana, Yo? tumben Alvin belum keliatan? Cakka sama Gabriel juga" tanya pak Duta disela perjalanan.

Rio tersenyum, "Maaf, Pak. Kebetulan saya belum ketemu Cakka, kalau Kak Iyel sedang jadi terima tamu bersama Sivia"

"Oh... Begitu, yaudah yuk..."

---

15 menit lagi acara dimulai, kursi penonton dan undangan sudah penuh. Ify, Shilla dan Agni sudah berada di barisan kiri panggung, menunggu Sivia menyelesaikan tugasnya.

Ify memutar pandangannya ke berbagai arah, dia mulai gusar karena siluet yang dicarinya sejak tadi belum juga terlihat. Dia maklum kalau Rio sibuk, tapi bagaimanapun juga dia yakin Rio pasti sibuknya masih disekitar mereka.

Tapi di sebelah mana? acara akan segera dimulai tapi kenapa laki-laki itu malah sok sibuk dan tidak datang padanya? Tidak cukupkah dengan meminta Cakka untuk menjemputnya? sesibuk apa dia sampai menemuinya sebentar saja tidak bisa? Ish, dasar kapten menyebalkan.

"Ya ampun kemana sih sohib lo, Cakk? Nggak peka banget jadi pacar, udah tahu gue mau manggung. Bukannya nyamperin, semangatin, ngapain kek! Ilangan mulu" dumel Ify pada Cakka yang sedang berdiri disamping Agni, disebelahnya ada Shilla sedang Alvin pergi entah kemana.

"Gue juga nggak tahu, Fy! palingan tuh orang masih ngurusin ini itu, ya... lo tahu sendiri dia batu banget"

"Udahlah, bentar lagi juga dia dateng, secara acaranya udah mau mulai. Mending lo siap-siap gih, tampil yang keren" sambung Shilla menenangkan.

Agni mengangguk, "Shilla bener tuh, kita support dari sini"

"Iyadeh"

---

Rio merebahkan badannya di salah satu bangku kosong yang ada di ruang ganti pemain, sejak tadi badannya belum juga membaik, membuatnya ingin terus berbaring. setengah jam lagi acara dimulai, Ia menyilangkan sebelah tangan guna menutupi sebagian wajah, berniat istirahat sebentar, dari podium terdengar seruan petugas yang sedang melakukan cek sound. disaat yang sama ponselnya berdering

Alyssa calling...

Rio menatap display handphonenya sebentar kemudian menekan tombol silent. bukan apa-apa, dia hanya tidak ingin membuat Ify panik jika melihatnya lemas begini, tidak lucu kalau sampai dia diseret kerumah sakit oleh gadis itu.

Cklek...

"Tuh kan? bener dugaan gue. Noh, si Ify nyariin lo udah kayak polisi ngejar buronan tahu nggak!" Alvin mencak - mencak sesaat setelah membuka pintu ruang ganti dan menemukan seseorang yang sejak tadi dicarinya keliling panggung.

"Iya, gue tahu"

"Yaudah samperin!" suruh Alvin

"Iya, Iya, nanti gue samperin..."

"Terserah deh, gue nggak nanggung ya kalo tuh macan betina ngamuk terus lo diapa-apain..."

Rio menghela nafas lelah, "Yaudah sih, nggak usah berisik, mending lo temenin gue sini" pintanya kemudian, dan seperti biasa tidak ada yang bisa menolak permintaan si somplak ini. Finnaly, setelah Alvin duduk disebelahnya, Rio memilih bersandar pada badan tegap itu sebentar, berharap dengan demikian badannya berangsur membaik.

"Kok malah tidur lagi sih, lo!"

"Gue masih lemes, ntar kalau Ify udah naik panggung bangunin gue, oke?"

Skakmat.

Alvin seketika diam, membiarkan tubuh itu bersandar penuh kearahnya, sampai beberapa menit kemudian dia menyadari sesuatu, dia bisa merasakan tubuh itu bergetar disertai panas menguar menyentuh kulit, jangan lupakan ritme nafas yang serasa berkejaran.

'Please, jangan sakit! jangan buat gue takut'


[2] BAHASA RASAWhere stories live. Discover now