TUJUHBELAS

38K 2.6K 231
                                    

Zurich. 5 Tahun Kemudian.

*****

Prilly meregangkan otot lengannya, sejenak. Sedikit lagi. Semua pekerjaannya akan selesai, di liriknya jam tangan di lengannya sebentar, masih ada waktu 20 menit lagi, dengan segera Prilly menyelesaikan pekerjaannya.

Ketika ia larut dengan sisa pekerjaannya, tiba-tiba saja pintu ruangannya terbuka, ia kemudian mendongak dan menemukan Gabriel sudah bediri di ambang pintu, melipat kedua lengannya di depan dada sambil menatapnya dan menggeleng pelan.

"Sudah aku katakan padamu, kau pasti akan sibuk sekali kalau bekerja" Gabriel lalu berjalan menghampiri Prilly, sedangkan Prilly tersenyum kemudian ia kembali fokus dengan pekerjaannya.

"Kalau tidak bekerja, bagaimana bisa aku mencukupi kebutuhanku"

Gabriel duduk di sofa, ia menghela nafas. "Aku selalu mengatakannya padamu, kalau aku bisa mencukupi kebutuhanmu dan..."

"Gabriel..." Prilly menyela, ia mendongak menatap Gabriel. "Kau sudah terlalu lama aku repotkan, dan aku tidak ingin seperti itu terus, bagaimanapun selagi aku bisa bekerja, kenapa aku harus selalu mengandalkanmu?"

Gabriel tersenyum, lembut. "Tapi, sungguh aku..."

"Bahkan di perbolehkan bekerja di perusahaanmu yang luar biasa ini, aku sudah selalu merepotkanmu juga. Sudah 1 tahun aku bekerja di sini, tetapi pekerjaanku selalu berantakan terkadang tidak tepat waktu, maafkan aku" Prilly menatap Gabriel menyesal.

Gabriel terkekeh, ia berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri Prilly. Dengan gemas, ia mengacak puncak kepala Prilly. "Kau ini... Aku bahkan tidak pernah kecewa dengan hasil kerjamu. Kalaupun masih ada kendala, aku mengerti, bagaimanapun kau perlu belajar. Mungkin satu tahun bukanlah waktu yang lama"

"Tapi menurutku itu sangat lama, Gabriel"

"Tidak, lagipula kau sebelumnya belum pernah bekerja di perusahaan, kan? Sudahlah, aku mengerti. Pasti ada waktunya kau akan bekerja dengan profesional" kata Gabriel lembut, suaranya menenangkan hati.

Prilly tersenyum, entah untuk yang keberapa kalinya ia harus bersyukur mengenal lelaki seperti Gabriel. "Terima Kasih" kemudian dengan penuh semangat Prilly kembali mengerjakan pekerjaannya.

Gabriel menatap jam tangan di lengannya, sudah menunjukan pukul 1 siang. "Ya, ampun!"

Prilly mendongak menatap Gabriel. Akan tetapi jarinya masih fokus mengetik. "Kenapa?" tanyanya heran, lalu kembali menatap layar monitor komputer di hadapannya. Masih memfokuskan diri untuk menyelesaikan pekerjaannya, dengan cepat.

"Bukannya kau harus menjemput Angel?"

Seakan tersadar, Prilly terburu-buru menatap jam tangan di lengannya. "Astaga! Sebentar lagi. Pekerjaanku..."

"Sudahlah, lebih baik sekarang kita menjempul Angel, kasian kalu dia sampai menunggu lama. Aku akan mengantarkanmu"

Prilly menatap Gabriel. "Tapi pekerjaanku..."

"Itu bisa di kerjakan nanti" sela Gabriel cepat, ia kemudian menarik Prilly dengan lembut dari duduknya. "Ayo!"

"Ah... Aku lagi-lagi harus meninggalkan pekerjaanku" Prilly membereskan berkas-berkas di atas mejanya, lalu ia mengambil tasnya.

"Tidak apa-apa. Lagipula ini menyangkut Angel..."

Prilly menyandang tasnya, ia menatap Gabriel sambil tersenyum berterima kasih. "Kau selalu manis kalau menyangkut Angel"

Gabriel terkekeh, ia menggenggam tangan Prilly kemudian membawanya berjalan keluar. "Tentu saja, karena aku Daddynya"

Prilly menatap Gabriel, kemudian di cubitnya pinggang Gabriel. "Dasar!"

LOVE BEHIND HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang