SEBELAS

32.8K 2.3K 143
                                    

"Tuan-- ada yang ingin bertemu dengan anda" suara Jibril membuat Ali yang sedang bercengkarama dengan rekan kerjanya seketika menoleh kebelakang. Keningnya menyeringit saat melihat Pria paruh baya yang berada di samping Jibril, namun tidak lama kemudian ia nampak tersenyum.

"Paman Marcus" gumamnya tidak menyangka. Ali mengenalinya, tentu saja. Walau rambut pria paruh baya itu sebagian sudah memutih ia masih mengenalinya, wajahnya tidak ada berubah sedikitpun hanya saja sekarang lebih keriput karena sudah berumur. Marcus adalah sahabat Daddynya dan sejak kecil ia begitu dekat dengan Marcus, sampai kemudian saat ia berumur 8 tahun Marcus memutuskan untuk pindah ke Spanyol mengurus perusahaannya disana.

Pria paruh baya yang di panggil Paman Marcus itu tersenyum kearah Ali. Kemudian Ali menghampirinya dan menjabat tangannya dengan sopan.

"Bagaimana kabar paman? Oh, yaampun. Aku tidak menyangka kalau paman bisa hadir di pestaku, aku senang sekali. Sudah lama sekali kita tidak berjumpa" kata Ali antusias.

Marcus nampak terkekeh lalu menepuk bahu Ali dengan lembut, penuh kerinduan, walau bagaimanapun Ali sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Di tambah sekarang Ali hidup sendiri sepeninggalan kedua orang tua dan adik semata wayangnya, yang membuat Marcus menyesal sampai saat ini adalah ia tidak bisa menolong keluarga Abraham ketika keluarga itu dalam keadaan terancam karena ketika itu ia sudah tinggal di Spanyol dan saat dia diberi kabar yang membuatnya shock setengah mati bahwa sahabatnya, istri dan juga anak bungsu dari sahabatnya meninggal karena di bunuh. Hingga pada akhirnya ia pergi ke Indonesia dan menghadiri pemakaman keluarga Abraham, masih ingat olehnya bagaiamana terluka dan sedihnya Ali remaja ketika itu, begitu rapuh sekaligus sangat berduka, tidak mau di ajak berbicara dan tatapannya begitu kosong menahan ketakutan. Marcus tidak tinggal diam, ia berusaha menumbuhkan semangat untuk Ali, tidak lah mudah awalnya karena Ali menyimpan duka yang teramat dalam tetapi seiring berjalannya waktu Ali bisa kembali seperti sedia kala dan merasa lega ketika Ali sudah bisa menjalani hidupnya seperti biasanya lalu ia memutuskan untuk kembali lagi ke Spanyol dan baru saat ini ia bisa kembali lagi ke Indonesia menemui Ali.


"Baik, dan bertambah baik saat paman bertemu denganmu jagoan kecil paman dulu yang sekarang sudah tumbuh menjadi dewasa dan begitu tampan" kekehnya menggoda membuat Ali tersipu. "Paman kemari bukan ingin menghadiri pestamu tetapi ingin memarahimu" Marcus menatap Ali dengan serius membuat kening Ali menyeringit.

"Memarahiku?" tanyanya tidak mengerti.

Marcus mengangguk dan menghela nafas, "Digo memberitahu paman kalau kau sudah menikah, dan kenapa tidak memberitahu paman? Itukan hari bahagiamu seharusnya paman ada disana, menggantikan mendiang kedua orang tuamu" lirih Marcus pelan, ia menatap Ali sendu.

Ali menatap Marcus menyesal, "Maafkan aku paman, aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja pernikahanku begitu cepat"

"Begitu cepat?" kening Marcus menyeringit heran, "Jangan bilang kau menghamilinya dulu"

Ali tergelak mendengar tuduhan Marcus, ia menggeleng sambil terkekeh. "Aku bukan tipe lelaki seperti itu paman"

"Lalu?" Marcus nampak bingung.

Ali menghela nafas, ia menatap pesta disekelilingnya sejenak lalu menatap Marcus kembali. "Biar aku jelaskan, kita bicara di ruanganku paman"

****

"Ayo" Gabriel menarik Prilly saat Prilly masih saja bergeming menatapnya, dan kemudian membawa Prilly pergi dari kamarnya sambil menggenggam tangannya. Detik demi detik terasa begitu menegangkan bagi Gabriel. Matanya menatap penuh waspada kesekeliling penjuru, untungnya saat ini lorong kamar Prilly begitu sepi, nampaknya seluruh orang berada di bawah semua, mengurus pesta dan tidak memberikan penjagaan di kamar Prilly.

LOVE BEHIND HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang