LIMA

30.1K 2.2K 65
                                    

Pagi harinya Prilly terbangun dengan mata sembab karena menangis semalaman. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat pegal dan ngilu. Perlahan dengan perasaan gugup, Prilly menoleh kesamping ranjang, ia menyeringit saat tidak menemukan Ali di sampingnya. Kejadian semalam masih membekas di relung hatinya, berubahan Ali yang tidak terduga membuatnya kebingungan dan terasa begitu menyakitkan hati. Dan sekarang berbagai pertanyaan sudah membentuk di benaknya. Bahkan rasa sesak di hatinya semalam, hingga pagi ini masih terasa, dan nampaknya sudah menjadi penghuni baru di hatinya.





Lama memikirkan kejadian semalam yang begitu menyedihkan, Prilly segera bangkit dari ranjang, ia menoleh melihat jam di dinding kamar, sudah menunjukan pukul 8 pagi. Prilly menepuk jidatnya, dan segera bergegas untuk mandi, ia merasa tidak enak saat ini, bagaimana mungkin ia bisa terbangun kesiangan. Harusnya ia bangun terlebih dahulu sebelum Ali bangun, walau semalam hubungan mereka tidak baik namun saat ini ia sudah menjadi seorang istri, dan tugas seorang istri harus melayani suaminya.




Setelah selesai mandi, dengan tubuh yang sudah segar karena siraman air hangat dan aroma sabun yang begitu memanjakan indra penciumannya, Prilly bergegas memakai bajunya, masih dengan perasaan yang kalap karena terlambat bangun, setelah siap Prilly segera bergegas untuk keluar kamar. Mencari Ali, tentunya.





Saat sudah keluar kamar yang pertama Prilly rasakan adalah keheningan di rumah Ali yang begitu besar dan mewah itu, kakinya melangkah menuruni anak tangga, karena di samping tangga terbuat dari lapisan kaca yang kokoh sehingga saat Prilly menoleh kesamping pandangannya bisa menembus ke arah luar. Dia mendesah saat melihat gedung yang semalam digunakan untuk pesta pernikahannya yang memang terdapat di sekitar lingkungan rumah Ali, karena katanya gedung itu adalah gedung milik Ali, gedung itu masih dipenuhi oleh dekorasi pesta pernikahannya kemarin, dan dia masih merasakan kebahagiaan saat Ali resmi menjadi suaminya. Prilly tersenyum lebar mengingat momen yang begitu indah di hidupnya itu namun senyumnya perlahan memudar saat mengingat kejadian semalam. Prilly menggeleng, ia tidak boleh larut dengan kejadian semalam, mungkin semalam Ali sedang kelelahan karena pesta mereka sehingga Ali tidak sadar apa yang sudah ia lakukan padanya.





"Selamat pagi, nyonya"


Prilly mendongak, dan menemukan seorang pelayan tengah membungkuk hormat padanya saat ia sudah menuruni anak tangga. Ia tersenyum.


"Selamat pagi. Dimana Ali?"


Pelayan itu menegakkan tubuhnya, lalu tersenyum sopan pada Prilly "Tuan sedang pergi keluar, beliau sedang ada urusan"




Senyum Prilly seketika memudar, masih belum percaya kalau Ali meninggalkannya di rumah yang sekarang terasa asing baginya. Bukannya mereka pengantin baru yang harus menghabiskan waktu untuk bersama?. Urusan seperti apa yang sedang Ali selesaikan saat ini? Apakah sangat penting sekali sehingga ia lebih memilih untuk meninggalkan pengantin wanitanya?.
Dengan perasaan kecewa yang luar biasa Prilly berdecak, rasa kesal membuatnya tidak tertarik melakukan apapun hari ini sedangkan pelayan tadi sudah berpamitan pergi.





Prilly yang masih belum terbiasa berada di rumah Ali, ia sama sekali tidak tau harus melakukan apa. Kakinya hanya melangkah tidak tau arah, dan matanya disuguhkan dengan interior mewah beserta seluruh fasilitas yang begitu elit memenuhi setiap ruang dan sudut rumah Ali. Rumah ini luar biasa mewah dan elegannya, membuat Prilly berkali-kali berdecak kagum, saat ini ia seperti wanita kampung yang terpesona saat melihat sesuatu yang baru pertama kalinya ia lihat. Walau dulu Prilly dibilang pernah merasakan hidup mewah namun kemewahan yang Ali punya saat ini jauh berlipat-lipat ganda dari kemewahan yang ia rasakan dulu. Prilly tidak bisa membayangkan bagaimana kerja keras Ali sehingga bisa menghasilkan kemewahan yang luar biasa ini.




LOVE BEHIND HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang