#2 Pertengkaran Hebat

Depuis le début
                                    

"Rara gak usah ikut campur! Pergi sana! Kembali ke kamar!" Rara tak menggubris, ia hempaskan tangan Raden saat Raden berusaha melepaskan pelukan Rara. Sebisa mungkin ia melindungi Manda.

Saya berhak ikut campur! Karena beliau adalah Ibu saya! Orang yang melahirkan saya! Anda yang seharusnya pergi! Karena anda bukan siapa-siapa saya! jerit Rara dalam hati. Ia tak mampu berkata seperti itu, hingga akhirnya Rara hanya menelan pahit lagi kata-katanya. Manda memeluk erat Rara sambil menangis, Rara mengusap kepala Manda dengan perasaan khawatir. "Mama gak papa?"

Tiba-tiba Raden mendorong Rara dengan keras, lalu menarik paksa Manda. Dan kembali menyeretnya. "Lepaskan saya! Kamu ini kenapa, Mas!"

Rara sangat geram dengan sang Ayah, ia kembali berlari mengejar Mamanya yang terus saja merintih kesakitan.

"Ayah apa-apan sih! Udah Rara bilang, jangan pernah kasar sama Mama!"

Raden terdiam, seperti baru saja tersadar akan sesuatu. Ia melepas jambakannya pada Manda. Lalu menutup kedua wajahnya, terlihat sangat frustasi. Rara segera berlari lagi, dan merengkuh tubuh Manda.

Kali ini Rara menangis, Mamanya terlihat sangat kesakitan. Manda terus saja memegang kepalanya yang sakit. Raden langsung masuk ke kamar dan membanting pintu kamarnya dengan keras. Rara segera memapah Manda, dan membawanya ke kamar Rara.

Tubuh Manda langsung ambruk, ia merasakan sakit dipunggungnya. Rara langsung memeriksanya, dan terkejut saat mendapati bahwa punggung sang Mama memar. "Tunggu disini ya, Ma. Rara ambilin obat dulu."

Manda menahan lengan Rara, "Jangan tinggalin mama sendirian."

*

Rara langsung membuang wajahnya saat air matanya baru saja menetes, mengingat kejadian itu membuat hatinya sakit. Ia segera menyeka air matanya agar tidak terlihat Manda. Bagaimana pun juga, ia ingin bisa menjadi sumber kekuatan untuk Manda. Ia ingin selalu jadi Rara yang bisa membuat Manda tersenyum.

Farel Yudikha : Ra, maaf baru bales. Tadi hp gue di tas. Lo bener gapapa?Syukur deh kalo gitu, besok masuk kan? Gue jemput ya! Sepi banget gilak gak ada lo!

Keyra Amalia. P : Palel bicik ya:"v Iya besok gue masuk.

Farel Yudikha : Ok. L lg ap nh Ra? AD BB Q G DST?

Rara terbahak seketika, ada saja kelakuan makhluk yang satu itu. Untuk yang kesekian kali, Rara merasa bersyukur, ia sangat menyayangi Farel. Ia bahkan tidak mampu membayangkan jika Farel pergi dari kehidupannya.

Farel Yudikha : RA ... BB BKN NH?

Keyra Amalia. P : njr palel gevlek ahh:"v ke kedai yuk? Udh lama ga minum cappucino.

Farel Yudikha : Eh?? Emang lo udah balik?

Mati gue. Rara menepuk jidatnya, ia keceplosan. Kalau saja ia sedang chat via bbm, ia bisa menarik lagi ucapannya. Sayangnya, line belum memberikan fasilitas seperti itu. Rara dapat menjamin, kalau beberapa menit kemudian, Farel akan datang ke rumahnya. Ia tak membalas pesan Farel karena itu akan percuma saja. Terkadang ia bersyukur mempunyai sahabat yang begitu peka padanya, namun kadang pula justru kepekaan Farel menyusahkannya.

* * *

Betul saja. Sepulang sekolah Farel langsung mengecek ke rumah Rara. Apakah ia sudah pulang atau belum. Padahal hari ini ia ada latihan band karena satu bulan lagi ia akan tampil dalam acara festival remaja. Farel adalah seorang vokalis sekaligus gitaris. Pesonanya sebagai vokalis membuat dirinya banyak di kerumuni oleh remaja-remaja perempuan dari sekolah mana pun. Karena Farel memiliki suara yang sangat bagus dan khas.

"Assalamu'alaikum, permisi," ucap Farel sambil mengetuk pintu rumah Rara. Ia berani masuk karena memang ia sudah sering ke rumah Rara. Farel merasa senang, karena dugaannya benar. Rara sudah pulang, terlihat dari tanaman yang baru saja disiram. Tante Manda selalu rajin menyiram tanaman.

"Wa'alaikumsalam, eh ... nak Farel sini masuk," kata Manda mempersilahkan. Farel langsung mencium punggung tangan Manda dengan sayang.

"Makasih tante, loh tante sakit? Kok pucet?"

"Eh? Masa, sih? Tante sehat-sehat aja kok, oh iya, Rara ada di kamarnya, kamu naik aja ke atas," jawab Manda sedikit kikuk. Farel dapat mengerti dengan pergerakan Manda yang sedikit aneh. Lalu ia memohon diri untuk pergi ke kamar Rara.

Dilihatnya Rara sedang melamun di balkon kamarnya. Farel langsung mengendap masuk, dan menyentil telinga Rara. "Anak monyet, lo bohong sama gue!"

Rara langsung terlonjak, ia menatap tajam ke arah Farel. Yang ditatap malah cengengesan. "Farel sialan, kalo gue jatoh ke bawah gimana? Eek, gue kaget ya ampun!"

Farel terbahak melihat ekspresi Rara yang sudah kaget setengah mati, di tatapnya Rara dengan rindu. "Palingan kalo jatoh patah tulang doang! Haha..."

Rara meninju lengan Farel, "Kampret emang lo, ya!"

"Lo kok bohong? Katanya besok masuk."

"Lah, gue gak bohong. Emang besok gue masuk, kan? Lo nya aja yang nggak kasih gue kesempatan buat buktiin kalo besok gue masuk! Lo malah dateng sekarang!"

"Ada apa sih sama lo? Dan ... tante Manda?"

Rara membuang muka, menghindar dari tatapan Farel. "Gak ada apa-apa, emang kenapa?"

"Lo masih gak mau cerita?"

"Apaan sih, Rel? Udah ah, lo kesini mau anter gue ke kedai kan? Lo keluar gih cepetan, gue mau ganti baju!" Kata Rara yang langsung mendorong paksa Farel agar segera keluar kamarnya.

"Iya! Iya! Gue keluar! Buset dah maung Bandung galak amat!"

* * *

A/N : Hallo! Gue bawa chapter 2 nya nih. Gimana? Kecewa kah atau gimana kah? Semoga kalian suka ya sama cerita ini. Makasih buat yang udah baca dan vomment. Gue gak maksa kalian untuk harus vote, atau nargetin chapter ini harus berapa vote baru gue next. Gue gak maksa kok. Yang penting kalian suka aja gue udah seneng:') dan gue sangat mengapresiasi segala tanggapan kalian soal cerita ini:)

@ReftaNiar

Cintapuccino; A Cup Of LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant