#2 Pertengkaran Hebat

1K 98 51
                                    

Sudah tiga hari, Rara tidak masuk sekolah. Ia bahkan tidak ada kabar sama sekali, entah sakit atau sedang pergi. Farel dan Myta khawatir, karena nomor Rara juga tidak dapat dihubungi. Bukan karena tidak aktif, tapi karena sang empunya seperti tidak ingin mengangkat atau membalas setiap panggilan dan pesan dari mereka. Farel bahkan sampai tidak bisa tidur, ia sudah mencoba datang ke rumah Rara tapi rumah itu terlihat sangat sepi.

"Lo kemana sih, Ra. Bikin khawatir aja." Farel mengacak rambutnya frustasi, ia terlihat kacau. Myta menghampiri Farel yang tengah melamun sambil mengaduk-aduk es teh manis yang masih utuh.

"Rel!" Myta berteriak tepat di telinga Farel. Membuat cowok itu terkejut maksimal.

Farel mengusap dadanya, jantungnya berdegup lebih cepat. Karena saking terkejutnya.

"Setan lo, Ta!" Umpatnya kemudian. Rasanya ia ingin menjitak kepala Myta, namun moodnya sedang tidak bagus.

Myta terkekeh geli, sedetik kemudian wajahnya terlihat serius. "Eh! RARA LINE GUE!"

Farel langsung menggebrak meja dengan mata yang melotot, ini berkali-kali lipat terkejutnya. "APA?! DIA LINE LO APAAN? DIA BILANG APA? KOK LINE GUE GAK DI BALES?"

Myta menutup kedua telinga, Farel berisik banget. Dan sekarang semua pasang mata tengah menatap mereka heran. "Lo berisik sumpah!"

Farel yang menyadari bahwa sikapnya berlebihan langsung duduk dan tersenyum dengan terpaksa pada semua orang yang masih menatap mereka. "Rara bilang apa?"

"Katanya dia lagi di Bandung, ada urusan mendadak dan gak sempet kasih kabar. Besok juga masuk."

"Terus dia nanyain gue, gak?"

Myta memutar bola matanya, "Iya, barusan. Dia bilang lo suruh cek line."

Farel terkesiap, "Ya Ampun, hp gue di tas! Makasih infonya, gue ke kelas dulu!"

Myta hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tahu betul bagaimana perasaan Farel pada Rara. Walau Farel tak pernah menceritakannya.

Farel Yudikha : Ta, bayarin sekalian, ya! Teh manis sama siomay gue :))) makasih sebelumnya mwah

Myta melotot maksimal saat ia membaca line masuk dari Farel, dan langsung mengutuknya dalam hati.

* * *

Rara sebenarnya sudah sampai di rumah sejak pagi tadi, terlihat sang Ayah sudah berangkat kerja. Ia menatap ke segala penjuru ruangan. Masih berantakan. Hatinya langsung sesak mengingat kejadian tempo hari. Sekelebat bayangan itu muncul lagi.

*

"Kamu kenapa sih, Mas? Pulang kok marah-marah?" kata Manda lembut, ia membuka jas yang di pakai Raden lalu menaruhnya di kursi.

Tiba-tiba Raden mendorong Manda dengan kencang, hingga punggungnya terbentur meja. "Kamu tuh, ya! Gak tau saya lagi capek?!" suara Raden begitu menggelegar. Membuat Rara yang tengah asyik menonton film di kamarnya sampai keluar. Dan menyaksikan semuanya dari tangga.

"Apa salah saya, Mas?" teriaknya kemudian. Raden yang merasa terganggu langsung menyeret Manda. Raden seperti orang kesetanan, tidak jelas apa penyebab ia sebegitu emosinya. Padahal Manda tidak melakukan apa pun. Yang paling menyakitkan, saat rambut Manda di jambak, lalu Raden menyeretnya. Entah mau di bawa kemana.

Teriakkan Manda yang kesakitan membuat hati Rara memanas. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia yang tak kuat melihat orang yang melahirkannya disakiti langsung berlari mengejar. Ternyata Raden membawa Mamanya ke halaman belakang.

"AYAH STOP!"

Raden terlihat sedikit terkejut, namun sedetik kemudian ia menjambak rambut Manda lagi, di hadapan Rara. Tak peduli bahwa Manda sudah mengerang kesakitan. Rara tak tinggal diam, ia langsung mendorong Raden untuk menjauh. Dan langsung memeluk sang Mama.

Cintapuccino; A Cup Of LoveKde žijí příběhy. Začni objevovat