Prolog

2.8K 154 80
                                    

Hari ini, hujan turun deras. Keyra atau yang kerap disapa Rara ini hanya duduk sambil menyesap kopi kesukaannya, sesekali ia melirik orang-orang yang berlalu lalang menembus hujan. Kedai ini tetap sama, seperti beberapa tahun yang lalu. Tempat favoritnya ini pun masih sama. Belum ada yang berubah.

"Masih suka aja disini sendirian, boleh gue duduk?" tanya Farel, sahabatnya. Rara hanya menoleh sesaat lalu memalingkan lagi wajahnya pada jalanan, tanpa memerdulikan Farel yang sudah duduk di hadapannya.

"Sejak kapan lo disini?" kata Rara setelah terjadi keheningan selama beberapa menit. Farel berdehem, lalu ia genggam tangan Rara dengan lembut. Rara yang terkejut langsung refleks melepas genggaman itu.

"Maaf," ucapnya halus.

"Lo dari dulu gak pernah ketebak. Gue tau, lo punya beban hidup yang sulit. Dan gue mau lo berbagi sama gue. Gue siap jadi pundak lo disaat lo membutuhkannya, Ra," kata Farel yang membuat Rara malu. Ia tak berani menatap Farel karena kini wajahnya tengah merona.

"Gak perlu repot-repot, Rel. Makasih banyak atas kebaikan lo itu. Lo memang sahabat gue yang paling baik, gue gak papa kali. Lo tenang aja," jawabnya sambil tersenyum manis. Farel hanya menghela nafasnya berat. Lalu menatap dalam kedua manik milik Rara. Ia bisa melihat bahwa ada kerapuhan disana. Rara tak bisa membohonginya walau hanya dari sebuah tatapan saja. Namun, ia tak berani bertanya lebih jauh. Karena bagaimanapun juga, ia harus tetap menghargai privacy Rara.

Satu hal yang membuatnya sedih. Rara masih tetap menganggap perhatian ini hanya sebatas sahabat saja.

Cintapuccino; A Cup Of LoveWhere stories live. Discover now