11

33.5K 1.8K 7
                                    

Saat sedang serius tiba-tiba ada yang menepuk bahuku, dengan cepat aku langsung menarik tangannya dan membantingnya kedepan, lalu saat aku ingin memukul wajahnya dia langsung menahanku.

"Whoa...whoa...whoa... Alex it's me!!!" ucapnya yang tidak lain adalah Gray.

"Astaga Gray kau ini mengagetkanku saja. Untung wajahmu belum babak belur." ucapku sambil membantunya berdiri.

"Habisnya kau aku panggil tidak dengar, saat aku menepuk bahumu malah aku mau dihajar."

"Maaf itu reflek." ucapku sambil tersenyum malu.

"Ya ya ya" ucapnya sambil memutar matanya.

Saat aku berpaling darinya dan ingin kembali berlatih, ia langsung membalikan tubuhku.

"Ehh...tunggu sebentar. Kenapa wajahmu lebam begini?" ucapnya sambil menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

"Aku bertanding dengan seniorku kemarin." ucapku.

"Ceritakan padaku Alex. Dia sudah membuat wajah cantikmu menjadi seperti ini." ucapnya agak mulai serius. Mungkin.

"Oh c'mon Gray sudah berapa kali sih kau melihatku seperti ini, kau terlalu berlebihan. Itu tidak penting aku malas membahasnya." ucapku sambil melepaskan kedua tangannya dari wajahku.

"Tidak. Ini penting bagiku." ucapnya dengan nada dan tatapan yang sangat serius.

Aduh! Aku pusing sebenarnya kan ini sudah biasa kenapa dia ribet sekali sih. Yaa walaupun aku senang banyak yang perduli padaku, dan aku mempunyai kakak laki-laki. Eh tidak, lebih tepatnya kakak-kakak yang selalu peduli padaku. Walaupun mereka semua terkadang annoying.

"Tanya saja dengan Connor dan Sam mereka sudah tau. Aku malas bercerita lagi." ucapku.

"Tidak. Aku mau dengar darimu langsung." ucapnya lagi.

"Aduh! Aku lelah selalu menceritakannya berulang-ulang dengan semua orang yang bertanya. Lagipula kau berlebihan sekali." ucapku sambil membenarkan lilitan kain ditanganku.

"Aku tidak berlebihan Alex, aku khawatir padamu." ucapnya sambil menatapku.

"Yes I know. But you don't have to worry Gray. I'm fine, you know that." ucapku sambil menangkup wajahnya dan menatap mata abu-abunya yang indah. Jujur saja, aku suka ingin mencolok mata Gray karena aku ingin mata abu-abu yang indah sepertinya, dan dia tidak pernah marah akan hal itu. Dia hanya menghindar.

Gray tidak menjawab apapun hanya diam sambil tersenyum kecil.

"Sudah ya jangan ganggu aku, aku ingin berlatih lagi." ucapku. Tapi belum sempat aku melanjutkan dia sudah berbicara lagi.

"Mm...bagaimana kalau kita latihan bersama?" tanyanya.

"Mm... Ya boleh juga sudah lama aku tidak berduel, apalagi denganmu." ucapku.

"Ya sudah ayo kita mulai." ucapnya.

"Eitss...tunggu dulu. Kau mau duel sungguhan atau hanya sekedar saja?" tanyaku.

"Maksudmu?" tanyanya dengan memasang wajah bingung.

"Ya ampun masa begitu saja tidak mengerti sih." ucapku sambil menepuk dahi.

"Maksudku jika kita duel, kau mau ku pukul sungguhan atau tidak?" ucapku lagi.

"Hm...kurasa tidak. Karena aku tidak mau menambah lebam diwajahmu itu. Sudah cukup lebam yang ada di wajahmu. Aku kasian padamu, nanti wajahmu seperti zombie lagi." ucapnya sambil tertawa.

"Huh baiklah terserah kau saja." ucapku.

Kami pun memulai berduel. Aku menyerangnya terlebih dulu, namun dia bisa menghindar. Dia juga mulai menyerangku, aku pun dapat menghindar. Lalu aku menyerangnya lagi, kali ini tanganku ditangkis dan dipelintir, tubuhku diputar dan tangan besarnya mengalungi leherku. Tidak lama kemudian dia langsung melepasku.

Unexpected Girl [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt