Sayang berarti Cintakah? (28)

Mulai dari awal
                                    

Rina mengepalkan tangannya dengan kuat. Sedangkan Meina berjalan keluar toilet. Saat didepan pintu, Ia menoleh kearah Rina.

"Selamat buat lo bisa dapatin Wendy, tapi gue juga ikut prihatin lo gak bisa dapetin hatinya. Gimana rasanya bisa milikin raganya tapi gak bisa milikin hatinya? Selamat berjuang sahabatku Rina", ucap Meina sambil menyeringai iblis. Setelah mengatakan itu Meina pun keluar dari toilet dengan santai.

"Meina", panggil Zira. Zira langsung memeluk Meina.

"Hey, What's wrong?", tanya Meina. Zira pun menggeleng menahan tangisnya.

"Thank you", ucapnya pelan.

Meina menguraikan pelukan mereka. "Mau bolos?", tanya Meina dengan senyum nakalnya.

"Yuk, gue kangen banget sama lo", ucap Zira.

Mereka berdua berjalan berangkulan menuju rooftop sekolah yang sepi.

Meina duduk terlebih dahulu diujung gedung diikuti oleh Zira. Mereka berdua memandangi pemandangan gedung dari atas sekolah.

"Sebenarnya gue sama Dino-"

"Gue tau", potong Meina cepat. "Gue pulang karna dijodohin Zir", ucapnya dengan memaksakan menyunggingkan senyumnya.

"Hahaha lo lucu", ucap Zira sambil terkekeh.

"Gue gak lagi ngelawak. Gue serius Zirana", ujarnya. "Jadi, karna itu gue ikhlas kalo lo sama Dino."

"Hey, maksut lo apa nyuruh gue sama Dino?", ucap Zira sengit.

"Udah deh Zir jangan bohong sama gue"

"Meina shut up, listen to me", ucapnya. "Gue sama Dino itu saudara"

"Saudara gimana?", tanya Meina yang bingung.

Zira menghela nafasnya. "Gue bukan anak kandung Mami Papi gue, bisa dibilang gue keponakan mereka."

"WHAT?", teriak Meina syok.

"Kok bisa? Jadi lo anak siapa?", tanya Meina. "Wait, jangan bilang lo anaknya orang tua Dino?"

Zira mengedikkan bahunya. "Bisa dibilang iya bisa dibilang enggak.", ucapnya yang membuat Meina makin bingung.

"Gue sama Dino saudara tiri, nyokap kandung gue gak tau dimana sekarang Mei.", ucapnya sedih.

"Zir, kayaknya gue udah ngelanggar janji gue. Maaf ya, gue gak tau pas gue pergi lo banyak masalah dan gue gak ada disamping lo.", ucap Meina yang ikut sedih.

"No problem", ucapnya sambil menghapus air matanya dan tersenyum kearah Meina.

"Jadi, laki-laki mana yang bisa lo dapetin?" cengir Zira menggoda sahabatnya itu.

"Maksut lo apa?", dengus Meina.

"Hahaha just kidding Mei", ucapnya. "Jadi, lo bakalan nikah dong tamat SMA", ucap Zira sedih.

Meina mengangguk lesu. "Maybe Yes", ucapnya.

"Apa gue minta aja ya sama Papa, Mami dan Papi buat jodohin gue?", tanya Zira polos.

Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang