Game (14)

8.5K 578 14
                                    

Hari ini adalah hari senin. Minggu yang ditetapkan sebagai hari libur telah berlalu dengan tidak terasa. Zira sedang memakai pakaian seragam sekolahnya sambil bersenandung merdu.

"Selamat Pagi Zira. Lo cantik hari ini. Semoga hari lo menyenangkan", ucapnya ke cermin yang menampakkan dirinya seperti pagi pagi biasanya.

Zira mengambil tas yang berada di atas meja belajarnya. Dia berjalan menuruni tangga dengan anggunnya. Saat sampai dimeja makan Zira tersenyum manis ke dua orang tuanya.

"Pagi Mami"

Cup

"Pagi Papi"

Cup

"Pagi sayang", jawab Riana dan Winoga.

"Cie bareng. Co cweet niyeh", kekeh Zira. Zira mengambil piring dan menyondokkan nasi goreng kedalam piringnya.

"Lu sa ae", canda Riana.

"Igo belum balik Mi?", tanya Zira sambil mengunyah nasi gorengnya.

"Belum, katanya sih campingnya selesai hari ini", jawab Riana. Zira mengangguk dan menghabiskan sarapannya setelah Ia sarapan. Zira pamit dengan Riana dan Winoga.

"Hati hati sayang", ucap Riana.

"Jangan ngebut-ngebut ya Zir", ucap Winoga.

"Siap Mi Pi", ucap Zira yang sambil mengacungkan jempolnya. Riana menatap kepergian anaknya.

"Aku belum siap buat kehilangan Zira Pi", ucap Riana sedih.

"Kamu ngomong apa sih. Siapa bilang kita akan kehilangan Zira", ucap Winoga.

"Pi, kamu gak lupa kan tujuan kita pindah kesini apa?. Sekarang aku udah siap. Kita harus memperjelas semuanya Pi"

"Riana sayang, Istriku. Udahlah itu biarkan jadi urusan aku. Percaya sama aku apapun yang terjadi kita gak akan kehilangan Zira.", yakin Winoga. Riana hanya menghela nafas dan menatap lesu piringnya.

Maksutnya apa? Apa maksutnya kehilangan?, batin seseorang penasaran.

•••

"Pagi Fino", Zira mensejajarkan jalan disamping Fino. Fino pun hanya melirik Zira dengan malas.

Ni anak kenapa lagi coba?, batin Zira bertanya-tanya.

"Helaw Fino pagiiii", ucap Zira melambaikan tangan di hadapan Fino.

"Minggir", ucapnya ketus.

Gak boleh terlena gak boleh terlena gak boleh terlena, rapalnya dalam hati.

Argh terlenakan lirik lagu ike nurjanah. Oke oke calm down Fino. Pokoknya lo gak boleh tersepona. Eh bukan bukan. Pokoknya lo gak boleh tergiur. Eh kalo tergiur kayak diiming-imingin dong gue. Ehhhh pok-.

"Fino lo kenapa?", tanya Zira menyadarkan Fino dari lamunannya. Fino hanya diam dan memajukan wajahnya memandang Fino. "Gak panas kok", Zira menyentuh dahi Fino dengan lembut.

Ya Tuhan, ini kenapa jantung gue jadi konser dangdut bunyinya begibang begibung begibung udanya gue gibang lu. Aduh kenapa gue jadi ikutan alay kayak Dino ya. Setelah sekian lama akhirnya virus Dino mempengaruhi gue. Oke back to earth Fino, batin Fino.

"Minggir, gue mau kekelas", ucap Fino ketus.

Ya Tuhan bisa gak dia sebulan aja manis ke gue. Seberapa menit ya kemarin dia manis?, terserahlah pokoknya kemarin gue belum puas dia manis ke gue. Sekarang udah pedes balik. Coba kek asam pedes manis kan enak kalo dimakan. Eh apaan sih Zir ngaur malah ngomongin makanan, batin Zira.

Salah CintaWhere stories live. Discover now