2| The Great Battle Tactic - Part 1

60.7K 3.3K 195
                                    

Perut Farah kelaparan karena istirahat pertama tadi hanya minum air putih dari Rivai. Saat istirahat kedua, dia segera menuju kantin untuk membeli bakso. Elsa tidak menemaninya karena memilih untuk ke perpustakaan. Untuk apa Farah ikut? Di perpustakaan, dia hanya akan menumpang tidur.

"Nafa!" seru salah seorang siswa yang bertubuh bongsor. Dia membawa makanan ringan yang sudah dibuka di tangan kirinya.

"Udah berapa kali gue bilang, jangan manggil pake nama itu!"

Farah tak suka mendengar nama panggilan dari temannya. Dengan lahap, Farah memasukkan potongan bakso ke mulutnya. Gadis cantik itu mengunyah makanan seraya mengerucutkan bibir. Sementara Ardo—siswa yang memanggil Farah tadi—tertawa dan duduk di samping Farah. Dia memakan snack yang dibawanya.

"Lucu banget, sih," ujarnya, sambil menusuk-nusuk pipi Farah.

"Apaan sih, Do!" Farah menepis tangan Ardo dengan galak.

"Nafa ...."

"Panggil yang bener! Gue siram kuah bakso, nih," ancam Farah.

"Nama kamu kepanjangan. Nadira Farah, kalau Nafa, kan, singkat," ujar Ardo, lalu makan lagi.

"Panggil aja Nadira, Gembul. Lagian ngapain sih, deket-deket gue? Sono, gih. Elo tuh, makan tempat, tau?!" Farah mendorong-dorong badan Ardo yang sama sekali tak bergerak.

"Aku kan, sayang sama kamu. Aku nggak mau kamu sendirian. Jadi, aku temenin," tutur Ardo, sambil cengar-cengir.

Farah mendengus saja. Entah Ardo bercanda atau serius, anak itu selalu mengutarakan kekagumannya pada Farah. Awalnya Farah jengah, lama-lama sudah biasa. Karena mengusir Ardo pun percuma. Farah menjadikannya seperti bodyguard. Jika ada yang macam-macam, tinggal menyuruh Ardo untuk menimpakan tubuhnya pada mereka.

"Nadira! Ke mana aja lo?" Siswa lain duduk di depan Farah.

"Makan, nih," jawab Farah, cuek.

"Istirahat pertama tadi," tambahnya.

"Latihan ngaji sama anak-anak rohis," ujar Farah. Dia mendorong mangkuk yang sudah tak bersisa, minum air putih, kemudian melipat tangannya.

"Ngaji? Lo kan, bukan anak rohis."

"Sapa yang ikut rohis?" tanya siswa lain, yang datang dan duduk di samping siswa pertama.

"Denger ya, Aji, Fian. Gue ini diminta Pak Ahmad buat tadarus di acara peringatan Isra Mikraj besok," jelas Farah.

"Lah, terus pulang sekolah entar, kita nggak jadi tawuran?" tanya Fian.

Ardo terkejut dan tak tahan untuk tak bertanya. "Apa? Kamu mau tawuran, Nad?"

"Eh diem lo, Buntelan. Jangan ikut campur!" tegur Fian dengan nada ketus.

"Si Gembul kenapa bisa sama elo sih, Nad? Kalau dia ngadu ke guru gimana?" tanya Aji.

"Tenang. Dia kagak berani," yakin Farah.

"Gini ya, tantangan Si Bolang Baling tetep kita jabanin. Gue udah bikin taktik tawuran, nih." Farah mengeluarkan secarik kertas dari sakunya. Ketiga teman Farah melongo—penuh rasa ingin tahu.

"Hayuk, lah. Kita ke kebon deket perpus itu. Lo pada, panggilin yang lain, oke?" pinta Farah.

"Siap, Nad!" jawab Aji dan Fian kompak.

Kedua siswa itu pergi lebih dulu. Saat Farah beranjak, Ardo mengikutinya.

The Diamond of the RingWhere stories live. Discover now