Chap 13 (Hidup gue berakhir.)

Beginne am Anfang
                                    

Dia memacu laju motornya lebih kencang, lalu memasuki sebuah perumahan elit. Motornya menimbulkan suara berisik yang membuat penghuni perumahan mencacinya. Dia lalu berhenti di depan gerbang berwarna hitam yang tinggi menjulang, lalu mengklakson motornya berkali kali.

Hingga seorang perempuan membukakan gerbangnya. Perempuan yang masih memakai baju tidurnya. Dia menggaruk kepalanya pelan, lalu membuka mata untuk melihat siapa yang telah beraninya mengganggunya. Dia melotot sempurna, ketika melihat siapa orang yang tengah mengganggu tidur nyenyaknya.

"Nara! Kok lo balapan lagi!" ucap Dytha protes. Tak menyangka bahwa Nara kembali ke arena.

Nara menggeleng, "Lo cepet ambil jaket sama pake celana panjang, cepet!" perintah Nara.

Dytha mengernyit, lalu menggeleng. "Ogah, gue mau tidur lagi."

"Cepet Dytha!" bentak Nara.

Dytha terkaget, "Lo kenapa?" tau bahwa Nara tidak dalam keadaan baik.

"Raja lagi dalam keadaan gawat. Cepet lo ganti sama ambil jaket!" perintah Nara, lagi.

"Gue mandi dulu Ra. Bentar." ucap Dytha.

"Gak usah mandi mandian! Cepetan anjing!" teriak Nara tanpa beranjak dari ninjanya. Dytha langsung ngacir dan mengganti pakaian kilat. Mengambil jaket yang tersampir di pintu kamarnya dan berlari keluar rumah.

"Ayo!" ajak Dytha.

"Bawa hape gak lo?"tanya Nara, kini dengan nada yang sedikit tenang.

Dytha menepuk jidatnya, lalu bergegas memasuki rumahnya untuk mengambil hape bersimbol apel kegigit itu.

"Cepetan naik!" perintah Nara ketika Dytha telah kembali dengan hapenya.

"Lo sms Daffa suruh jemput Vano naik mobil. Suruh mereka pergi ke jalan Raya Kusuma. Pegangan, bakal ngebut." ucap Nara membuat Dytha memeluk perut ramping Nara. Sempat terbayang di otak Dytha bahwa dia sedang memeluk perut six pack cowok macho.

Dan Nara, benar benar membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Jika ada kata yang bisa menggambarkan kecepatan yang di kendarai Nara selain ngebut saat ini, Dytha pasti akan mengatakannya.
***
Kini Nara tengah menyusuri jalan Raya Kusuma. Berharap menemukan Raja. Nara kalut, dia panik. Khawatir. Takut. Dia tau, Adik besarnya kini sedng tidak dalam keadaan baik baik saja. Dia yakin, Adik besarnya kini tengah kesakitan. Memikirkannya, membuat Nara ingin menangis. Tapi susah payah di tahannya. Dia tak mau air mata membuat penglihatannya kabur.

"Lo ngeliat nggak Tha? Dia pake ninjanya." ucap Nara lirih.

Dytha menggeleng, "enggak. Gue udah sms ke Vano sama Daffa. Biar mereka langsung nyari Raja."

Nara mengangguk. Lalu kembali melajukan motornya pelan. Di dalam hatinya meneriaki nama Raja. Sial, orang yang tengah menyelakai Raja pasti telah mempersiapkan ini sebelumnya.

Sudah setengah jam Nara mencari Raja. Tapi hasilnya nihil. Tak ada satupun tanda tanda keberadaan Raja di sekitar sini. Membuat Nara frustasi. Dia menepikan motornya. Lalu duduk di trotoar jalan sambil menelungkupkan kepalanya. Dia sudah bingung ingin mencari Raja dimana.

Dytha yang melihat kekacauan Nara memgusap rambut kusut Nara. Sadar bahwa kini penampilan Nara sangat berantakan. Rambut kusut, muka yang dia yakin belum di basuh, pakaian yang masih mengenakan baju tidur. Sebegitu paniknya kah Nara?

Perlahan, Dytha melihat bahu Nara berguncang. Pertanda bahwa dia menangis.

"Gue gak tau lagi mau nyari dia dimana Tha. Hiks, Gu.. Gue takut. Takut Raja gak ditemuin. Hiks.." isak Nara dibalik lengannya.

Dytha merangkul bahu Nara. Membiarakan tangannya menyalurkan semangat. "Raja pasti ketemu." ucap Dytha optimis.

"Hiks.. Gue.. Gue takut Tha. Raja adalah orang yang paling berharga yang gue miliki. Satu satunya alasan kenapa gue masih bisa punya rasa cuma dia. Gue, gue takut kehilangan lagi Tha. Gue takut hidup gue berakhir. Gue takut" racau Nara. Dia benar benar takut. Raja adalah segalanya baginya. Jika tak ada Raja, untuk apa dia hidup?

Dytha mengelus bahu Nara. Berusaha memberinya ketenangan. "Gak ada yang berakhir. Raja pasti...

Drrt. Ucapan Dytha teralihkan ketika merasakan hapenya bergetar, dia lalu mengecek hapenya dan melihat bahwa dia menerima satu pesan. Pesan dari Vano. Isinya mengatakan bahwa Raja.

...Raja ketemu Ra! Dia ketemu! Ayo kita kesana!" lanjut Dytha sambil menarik tubuh Nara untuk berdiri. Nara terlonjak, lalu dengan semangat dia berdiri. Menghapus air matanya pelan, dan kembali memakai helmnya. Di susul Dytha yang ikut menaiki jok belakang motor Nara.

Dengan semangat, Nara mengendarai motornya. Dia akan menghampiri oksigennya. Dia menghampiri hidupnya.
***

To be continued

Hai! Saya updet lagi. Maaf kalo feelnya kurang. Saya mah apa atuh. Cuma abege labil yang nyoba nulis cerita gajelas. Vote dan komennya yak. Tolong sempatkan memberi komentar. Saya butuh saran. Maaf atas typo yang bertebaran.

NarayaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt