Chap 8 (Dudududu~)

2.3K 139 1
                                    

"Aku tak perlu mengatakan siapa aku. Tanpa ku beritahupun, suatu saat sang waktu akan memberitahukannya." ~Naraya

***
Nara dan Daffa masih berada di taman. Masih setia duduk bersender, tak perduli dengan perubahan langit yang kian lama menggelap.

Tak ada suara yang keluar dari mulut mereka. Yang ada, hanya suara jangkrik dan kendaraan yang lalu lalang disekitar taman. Mungkin, dengan diam dapat membuat mereka bisa berpikir jernih.

"Ra," akhirnya, setelah sekian lama mereka diam, Daffa memulai obrolan dengan Nara.

Nara yang tengah menatap langit yang sekarang sudah benar benar gelap menoleh, "Apa?"

Daffa menggaruk kepala, bingung akan memulai darimana. Tapi, rasa ini sudah tak bisa ia tahan lagi. "Ehhmm, itu. Ehm..."

"Apa? Ngomong yang jelas dong." ucap Nara.

"Hmm, lo, lo mau gak? Hm. Aduh, gimana ya ngomongnya?" ucap Daffa terbata.

Nara mengernyit, "mau apa?"

Daffa terdiam, beberapa kali dia juga menggaruk kepala. Dia ingin, tapi bingung mengungkapkannya.

Nara mulai jengah, "Daffa, lo mau apa?"

Daffa, terdiam sejenak, lalu yakin dengan keputusannya. Dia menatap Nara, memegang Pundaknya, lalu mulai berkata dengan tegas, "Nara, lo mau makan gak? Gue laper."

Daffa mengatakannya dengan ekspresi seperti orang menahan buang air besar. Membuat Nara tertawa, hal yang sangat amat jarang Nara lakukan. "Lo mau makan? Yaudah, yuk! Mau makan dimana?" tanya Nara, membuat Daffa terlonjak senang.

"Makan nasi goreng aja. Mau gak?"

"Yaelah Daf, kalo nasi goreng, ibu lo juga bisa kali bikinnya." ucap Nara.

"Yaudah, mending kita makan dirumah gue aja. Gimana?" ajak Daffa.

Nara berpikir sejenak. Boleh juga, daripada Nara harus pulang ke rumahnya, mending dia makan di rumah Daffa. Dia juga sudah lama tidak bertemu dengan ibu Daffa.

"Yaudah, yuk. Tapi, sekalian ajak yang lain juga ya. Raja juga. Soalnya dia dirumah sendirian. Biar ntar gue juga bisa ama Raja pulangnya."

Daffa mengangguk, "sip, ntar gua bm yang lain. Kalo Raja, lo yang bm apa gue?" tanya Daffa.

"Lo aja sekalian Daff."

"Yaudah yuk, tapi, kita ambil motor gue dulu di parkiran mall. Bentaran."
Nara mengangguk, lalu melangkah pergi mengikuti Daffa.

***

Daffa melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibukota yang sedang ramai. Sebenarnya, Jakarta memang selalu ramai. Tapi, ada jam jam tertentu dimana saat Jakarta sepi kendaraan.

Daffa berhenti ketika lampu merah menyala. Beruntungnya, mereka berada di paling depan. Sehingga mereka tak merasakan macet seperti kendaraan dibelakangnya. Walaupun urutan kendaraan tak terlalu panjang.

Ketika lampu berganti warna menjadi hijau, Daffa bersiap melajukan kembali kendaraannya. Namun tiba tiba, sebuah mobil menyalipnya dengan kecepatan tinggi, membuat motor yang dikendarai Daffa dan Nara oleng, untungnya tak membuat mereka jatuh.

"Ebuset! Siapa sih yang naik mobil ugal ugalan?! Kalo mau ugal ugalan naek motor aja kali. Masalahnya ini mobil, body-nya gede!" Gerutu Daffa.

"Udahlah Daff, biarin. Lagian udah lewat juga. Ayo jalan, pengen cepet sampe rumah kan?" ucap Nara.

Mendengar kata rumah membuat Daffa kembali ceria. Membayangkan Nasi goreng yang dihidangkan ibunya membuat Daffa semakin mempercepat laju motornya.

NarayaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora