Part six (Pendek?)

3K 161 3
                                    

'Bukan Rencanaku untuk bertemu denganmu...' ~Mrs. Pane

***

Brakk!!!
Tiba tiba bantingan pintu mengagetkan Nara dan bibi Eka. Nara menoleh dan mendapati putrinya datang dengan raut wajah kesal. Nara menoleh pada Raja yang berjalan di belakang putrinya. Ia memberi tatapan tanya pada adik besarnya yang di balas kedikan bahu oleh sang adik.

"Ada apa?" tanya Nara pada putrinya.

"Aku kesal dengannya!"

"Nya itu siapa sayang?"tanya bibi Eka penasaran.

"Bocah menyebalkan yang pernah kutemui di dunia." ucap Oel berapi api.

"Bisa kamu jelaskan sayang mengapa ia disebut 'menyebalkan'?" pinta bibi Eka yang di angguki oleh Nara.

Flashback on

"Ayah, aku ingin bermain disana." ucap Oel menunjuk sebuah taman kecil. Ditaman tersebut terdapat sebuah ayunan, perosotan dan jungkat jungkit. Taman tersebut terletak kira kira 400 meter dari rumah Oel. Berdampingan dengan sebuah rumah besar yang menghadap pada perkebunan teh di depannya.

"Baiklah. Ayo kita kesana." ajak Raja pada anak yang memanggilnya Ayah.

Mereka memasuki taman kecil tersebut. Taman itu terlihat damai dan tenang. Embun yang menetes di daun dan besi yang membentuk kursi terlihat begitu sejuk. Terdapat pula beberapa bunga yang tumbuh di taman tersebut. Ada sebuah pohon beringin besar yang tumbuh di tengah taman.

"Nah, Oel. Kamu boleh main. Ayah menunggu di bawah pohon itu ya."ujar Raja menunjuk pohon beringin.

Oel mengangguk, "Heeh." lalu pergi menuju ayunan yang berada di pojok taman.

Oel menaiki ayunan berwarna biru itu. Mengayunkannya beberapa kali hingga membuat ia ikut terayun. Senyum gembira terukir jelas di wajahnya. Sedangkan Raja, ia hanya duduk sambil bersandar pada batang kokoh pohon yang terlihat tua.

"Hei!" teriakan yang terdengar datar membuat Oel menghentikan ayunannya. Ia menoleh dan melihat seorang bocah laki laki memakai jaket berwarna hitam menatapnya.

Oel menjadi takut ditatap seperti itu. Seakan menusuk. Ia mencoba mengeluarkan suaranya, "A.. Apa?"

Bocah itu melangkah mendekat padanya. Lalu berhenti setelah jarak beberapa langkah dengannya. Ia menunjuk Ayunan yang sedang di dudukinnya. "Itu, tempatku bermain. Menyingkirlah."

Mendengar ucapan bocah di depannya membuat Oel berdecak kesal, "Aku pengen main disini. Memangnya kenapa?" ujar Oel menantang.

Bocah itu hanya memasang wajah datar. "Karena itu, milikku."

"Bukannya ini tempat umum ya? Apa kamu nggak bisa main yang lain aja. Aku kan yang duluan disini." ucap Oel keukeh.

"Minggirlah, itu milikku." ujar bocah itu memaksa Oel untuk menyingkir.

"Nggak mau!"

"Dasar pendek! Menyingkirlah!"

Oel terkejut mendengar perkataan bocah di depannya. Pendek? Ia tau ia tak terlalu tinggi, tapi bisakah bocah ini tak menghinanya? Ia juga baru berumur 9 tahun. Ia hanya gadis kecil yang sedang dalam pertumbuhan, bukan model yang harus tinggi menjulang. Ia lalu berdiri dari ayunan. Lalu menatap tajam bocah di depannya.

"Aku tau aku pendek. Nggak usah diberitaupun aku sudah tau, tuan menyebalkan." ucap Oel lalu beranjak pergi menuju tempat Ayahnya berada.

Flashback off
***

"Kamu dikatain pendek?" tanya Nara sambil mengelus rambut lebat putrinya.

"Heeh, aku sadar kok. Aku tau aku pendek bunda, tapi ya nggak usah pake ngehina dong." ucap Oel kesal.

NarayaWhere stories live. Discover now