Chap 13 (Hidup gue berakhir.)

1.9K 114 4
                                    

"Lo tau kan, bahagia itu susah di dapetin. Terus kenapa lo dengan mudahnya ngambil kebahagiaan gue gitu aja? Lo jahat. Dan gue, benci orang jahat."~Naraya
***

Nara menggeliat pelan. Lalu meringsek mencari kenyamanan dari seseorang di sampingnya. Tangannya ingin memeluk sesuatu. Tapi yang ia peluk hanya angin. Kosong.

Nara mengucek matanya pelan, lalu menengok ke arah jam. Pukul 5 pagi. Dia mendudukan badannya, lalu melihat ke sampingnya. Tidak ada Raja, seharusnya ada Raja disini. Mengingat tadi malam Raja yang menenangkan dan menidurkannya.

"Mungkin dia pindah ke kamarnya." ucap Nara acuh. Lalu beranjak mengambil hape di atas nakas yang berada disamping tempat tidurnya. Matanya tiba tiba melihat secarik kertas yang berada di bawah hapenya. Dia mengambilnya. Lalu membacanya pelan.

"Nara, aku pergi dulu sebentar. Aku pergi ke jalan raya Kusuma. Kalo seandainya aku gak pulang pulang, kamu samperin aku ke jalan itu. Aku sayang kamu, apapun akan aku lakuin demi kamu. Raja, 23.30."

Nara melotot sempurna. Lalu dirinya bergegas keluar kamar dan berjalan menuju kamar Raja. Dia membanting pintu kamar Raja, nihil. Dia masuk ke dalam kamarnya, tak ada siapapun. Melihat ke kamar mandinya, tidak ada. Seketika Nara panik. Dia mengacak rambutnya pelan.

Nara lalu bergegas turun ke bawah. Meneriaki nama Raja. Tapi tak ada sautan.

"Mama! Ma!!" teriak Nara panik. Mamanya yang sedang menyiapkan sarapan menyahut.

"Di dapur!" ujar Mama membuat Nara langsung berlari menuju dapur.

"Raja mana?!" Teriak Nara.

Mama mengernyit, "Lho? Emang dia belom pulang?"

Nara mengacak rambutnya, semakin membuat rambutnya kusut berantakan. "Bego! Kenapa gak di tahan?!" teriak Nara tak sadar.

Mamanya sedikit terkejut mendengar cacian dari mulut Nara, "Mama gak tau Ra. Dia cuma bilang mau pergi sebentar." ucap mama lirih.

Nara berkeriak frustasi. "Ambilin jaket sama helm. Cepet!" pinta Nara.

Mamanya kembali mengernyit, "Mau kemana? Kamu gak boleh pergi sama Raja."

"Gimana mau nggak pergi kalo Rajanya celaka! Cepetan ma! Cepetan!" bentak Nara, membuat Mamanya panik dan langsung berlari mengambil jaket dan helm di atas. Bukan hanya panik mendengar teriakan anaknya, tapi juga panik ketika mendengar bahwa Raja celaka.

Nara berjalan dengan tergesa menuju garasi. Dia dengan mantap membuka mantel motornya. Di depannya ada sebuah motor ninja berwarna hitam miliknya. Motor yang pernah tak ingin disentuhnya. Dan untuk kali ini, pengecualian. Biarkan Nara menyentuh motor itu sekali lagi, demi Adik besarnya, kesayangannya.

Mamanya berlari menghampiri Nara. Menyerahkan jaket dan helmnya dengan nafas terengah. Nara menerima dan memakainya. Dia menggas motor yang dulu pernah menjadi kendaraan tersayangnya. Lalu menoleh ke arah mamanya yang sedang memelintir celemek yang di gunakannya, "Jangan kemana mana. Jangan telepon polisi sebelum aku kabarin. Jangan ngasih tau siapa siapa!"

Mamanya mengangguk pasrah, lalu Nara pergi meninggalkan rumahnya dengan kecepatan penuh. Membuat Mamanya khawatir kali ini. Kedua anaknya dalam bahaya. Dan ini berbahaya.
***

Nara memacu kecepatan motornya. Beruntung tadi dia langsung memilih menaiki motor yang seharusnya sudah tak lagi dinaikinya. Dia menyalip segala kendaraan yang berada di depannya. Mengabaikan segala klakson yang memperingatinya.

Dia mengendarai motornya dengan beringas. Seolah dia adalah pembalap yang sudah handal. Dia benci kenyataan itu. Mengakui memang dia dulu adalah pembalap liar. Ketika hidupnya mulai mengalami kehancuran, dia pergi menuju arena balap.

NarayaWhere stories live. Discover now