Chap 11 (Muahh)

2.2K 140 3
                                    

"Aku tidak pernah tau apa sebenarnya definisi cinta."~Jonathan Rivano.
***

Nara sedang duduk di taman sekolahnya. Menunggu Raja datang menjemputnya. Sekolah sudah mulai sepi, siswa siswi sudah jarang terlihat di sekolah. Hanya ada beberapa yang mengikuti ekstrakulikuler. Nara memainkan hapenya serius. Entah apa yang dia lakukan dengan hapenya. Sesekali dia tersenyum, lalu meringis kecil kemudian.

"Woy beb!" Panggil seseorang dari kejauhan. Membuat Nara tersenyum dan melihat siapa yang memanggilnya.

Dari kejauhan, terlihat Daffa dan Vano berjalan berdampingan. Terlihat perbedaan yang cukup mencolok diantara keduanya. Daffa dengan rambut acak acakan, baju kusut dan keluar, lalu tas yang hanya ia sampirkan. Membuat ia terlihat seperti brandalan yang keren. Sedangkan Vano? Rambut yang rapi dan tertata, baju yang keluar namun masih tetap rapi, dan tas yang dikenakan dengan sebelah tangan. Sedangkan tangan yang sebelah di masukannya ke dalam celana. Membuatnya terlihat cool dan keren.

"Hai cewek, sendirian aja?" tanya Daffa sedikit menggoda, membuat Nara dan Vano terkekeh.

"Hai Nara." sapa Vano dengan senyum kecilnya.

Nara tersenyum, lalu menyuruh mereka untuk duduk bersamanya. Daffa mengambil sebelah tangan Nara dan memainkannya. Membuat Vano melihat kelakuannya.

"Ngapain beb?" tanya Daffa.

"Main hape."

Daffa mendecak, lalu mengacak rambut Nara pelan. "Bukan itu maksudnya. Lo duduk disini tuh ngapain?"

Vano yang melihat rambut Nara berantakan dan juga melihat Nara kesusahan merapikan rambutnya. "Maaf ya Ra," ucapnya, lalu membantu Nara merapikan rambut yang berantakan karena ulah Daffa.

Daffa tertawa mendengar perkataan Vano yang kelewat sopan menurutnya. "Lo ngapain minta maaf dah Va?" tanya Daffa heran.

Vano mengernyit, tidak mengerti apa yang di maksud Daffa. Memang apa salahnya dia meminta maaf? Dia hanya tak ingin Nara menjadi tak suka berteman dengannya karena dia memegang Nara tanpa seizin Nara. Itu saja.

"Lo gak usah permisi permisian kalo nyentuh gue. Elah, kesannya gue alim banget." terang Nara. Membuat Daffa menganggukan kepalanya.

"Selow Va. Bebeb lo cipok juga bakal diem bae. Dia kan jablay." ucap Daffa ngawur. Nara menjitak kepala Daffa kencang, membuat Daffa mengaduh pelan.

"Jangan percaya omongan Daffa Va, dia ngawur. Bener deh. Gue gak semurah itu." jelas Nara kepada Vano yang tadi sempat percaya dengan perkataan Daffa.

"Yah, padahal tadi gue mau nyium lo Ra. Gajadi deh." ucap Vano dengan suara yang di rendahkan, agar terdengar menyedihkan.

"Eh?" Nara melotot sempurna. Sedangkan Daffa tertawa dengan ucapan Vano barusan. Ia sedikit Tidak percaya dengan apa yang di katakan Vano. Dia kan kalem.

Daffa menepuk bahu Vano kencang, membuat Vano sedikit kehilangan keseimbangan. "Gaya lo Va. Megang rambut aja bilang permisi dulu. Sok sokan pengen nyipok si bebeb lagi." ujar Daffa kembali tertawa. Membuat Vano mengusap tengkuknya.

"Udahlah, gausah becanda mulu. Gue duluan ya, Raja udah ngejemput gue tuh." ucap Nara lalu menunjuk Raja yang masih bertengger di motornya.

"Woi, King!" panggil Daffa kepada Raja. Membuat Raja menoleh dan mengacungkan jempolnya, tanpa berniat menghampiri mereka.

"Sombong lo! Mentang mentang jadi Yang Mulia! Haha." kekeh Daffa membuatnya melihat Raja menggeleng pelan.

"Udahlah, gue duluan ya." pamit Nara kepada Vano dan Daffa.

NarayaWhere stories live. Discover now