Chap Five (My little Princess)

3.5K 181 5
                                    

'Kita Ibarat sepasang tali sepatu, Selalu dekat, Dan selalu terikat. Tapi mengapa tak pernah menjadi satu?.' ~Mrs. Pane
***
Mereka sedang menyusuri koridor sekolah yang sudah mulai lengang. Berjalan sambil bergandengan. Sepasang laki laki dan perempuan.

Drttt drttt getaran hape Nara tibaa tiba membuat mereka kaget. Ia lalu mengambil hapenya yang berada di kantung rok sekolahnya. Melihat siapa yang menghubunginya membuat Nara tersenyum lebar. Dytha dan Daffa hanya santai melihat Nara tersenyum lebar. Sedangkan Vano, ia bingung. Mengapa Nara yang notabene orang yang jutek dan cuek bisa tersenyum lebar karena di hubungi oleh seseorang. Apakah dia spesial di mata Nara?

"Daffa" bisik Vano ketika Nara tengah sibuk dengan hape yang masih digenggamannya.

Daffa menoleh, lalu berdehem.

"Kok Nara tadi bisa senyum lebar ya? Bahkan itu terkesan nyengir menurut gue. " tanya Vano heran.

"Oh, itu paling yang ngehubungin bebeb, si Raja." ucap Daffa.

"Raja..." ucap Vano lirih. Lagi lagi pria itu. Vano jadi penasaran siapa sebenarnya orang yang bernama Raja itu. Pria yang bisa membuat Nara terluka karena disakiti pacarnya (oke ralat mantan pacar). Tapi Pria itu juga yang bisa membuat Nara tersenyum lebar. Pria yang katanya sangat di cintai Nara di seluruh dunia. Vano jadi heran, siapa sebenarnya pria itu di mata Nara? Pacar kah? Atau dia sama seperti Vano Dytha dan Daffa, yaitu sahabat? . Dia juga heran, apa hanya Raja yang paling dicintainya? Tak ada orang lainkah di dalam hatinya selain Raja?. Orang tua misalnya.

"Vano!"

Seketika lamunan Vano tentang Nara buyar karena kaget mendengar teriakan dari Dytha. Ia lalu menoleh ke arah Dytha, "Kenapa?"

Dytha memutar bola mata kesal,"Kenapa? Lo yang kenapa? Kesambet ya? Dari tadi ngelamun mulu."

Vano menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal. "Hehe,gue cuman lagi mikirin sesuatu."

"Mikirin siapa sih? Pacar ya?" goda Nara tiba tiba.

"Lo.." Vano refleks menutup mulutnya. Sedangkan Dytha dan Daffa tertawa mendengar jawaban Vano.

"Wah beb, saingan gue nambah nih. Yahh." ucap Daffa di buat sedih.

"Ehh, enggak kok! Maksud gue, ehm.. Ehm.. Ah sayur lodeh! Iya sayur lodeh!" ucap Vano asal. Apa apaan, sayur lodeh?

"Aih? Lodeh?" tanya Dytha.

"Iya, gue tuh lagi ngebayangin sayur lodeh buatan ibu gue. Hehe."

"Aisshh, sangkalan lo nggak bermutu banget sih. Udah lah, kalo mikirin bebeb gue juga gapapa. Yakan beb?" ucap Daffa sambil merangkul pundak Nara.

"Heeh." jawab Nara singkat.

Vano sontak menaikan sebelah alisnya heran. Bagaimana bisa? Setaunya, seorang perempuan jika sudah tau ada yang menyukainya atau tertarik padanya akan menjauh dari orang yang menyukai atau memikirkannya. Tapi Nara? Dia sama sekali tak masalah dengan itu. Bahkan menurutnya cenderung terbiasa. Seolah sudah banyak yang melakukan hal sama padanya. Emang iya?

"Kenapa?" tanya Nara yang seolah sadar akan kebingungn Vano.

"Eh? Nggak."

"Kenapa? Bingung ya? Nyantai aja kali, Bebeb gue mah gitu orangnya! Lo kan cuman mikirin dia. Kalo lo tau gue itu hobi ngapain aja ama bebeb, beuhh pasti kaget." ucap Daffa sambil melirik lirik nakal pada Nara.

Vano mengernyit heran, "Emang Daffa sering ngapain sama Nara Tha?" bisik Vano pada Dytha yang berada di sampingnya.

Dytha menaikan bahunya, "Tauk, tanya aja sama orangnya."

NarayaWhere stories live. Discover now