05: Takdir mungkin ?

2.6K 139 1
                                    

   Tristan telah menggunakan seragam sekolah berbalut jaket kulit hitamnya. Ia menggunakan sepatu kets dan menggendong tas sekolah yang terlihat berat.

Ia sedang menutup pintu masuk utama rumahnya ketika Thomas Turner, ayahnya menyapa. "Tristan."

Ayahnya juga sedang bersiap-siap untuk berangkat menuju kantornya dan sopirnya sedang memanaskan mesin mobil. Ya, perusahaan yang baru dirintisnya perlu dipantau lebih sering dibanding dengan perusahaan lain miliknya.

"Aku berangkat," kata Tristan tanpa menoleh. Ia sedang berjalan menuju gerbang putih rumahnya.

"Kau tidak membawa mobil ?," tanya     ayahnya dengan ekspresi bingung.             
    Tristan yang sedang membuka gerbang seketika menatap ayahnya sambil menarik nafas singkat. "Aku malas menyetir."

Tidak lama kemudian Tristan sudah membuka gerbang tersebut dan menutupnya kembali. Ayahnya masih mematung melihat kelakuan anaknya itu. Thomas Turner bingung bagaimana cara mengubah kembali sikap anaknya. Mungkin untuk saat ini ia hanya harus bersabar.

*****

   "Tris, seneng gue bisa satu kelompok bareng lo," kata seorang gadis sambil tersenyum manis kearah Tristan.

Tristan merupakan salah satu murid popular di sekolahnya. Selain pintar, Tristan terkenal dengan fisiknya yang tampan karena memiliki darah campuran dari barat. Tristan juga merupakan ketua team basket yang terkenal dengan kepandaiannya memainkan musik.

Semua gadis di sekolahnya tergila-gila pada Tristan. Sikap Tristan yang dingin dan datar menjadi nilai tambah tersendiri bagi para gadis tersebut. Tristan dianggap lelaki misterius yang memiliki sejuta pesona, lelaki yang memiliki teka-teki yang harus terpecahkan oleh seorang gadis yang beruntung.

Gadis yang tadi mengajaknya bicara adalah salah satu gadis popular di sekolahnya juga, namanya Vianka. Gadis itu merupakan anak dari pengusaha sukses dan terkenal. Banyak lelaki di sekolah menyukainya, namun tidak dengan Tristan. Gadis itu terlalu palsu dimata Tristan.

Kelas sejarah kali ini meminta semua murid untuk kerja kelompok dalam kelas. Kelompok sudah dibagi dan sialnya Tristan harus satu kelompok dengan Vianka menyebalkan itu.

"Gue gak seneng satu kelompok bareng lo," Jawab Tristan yang baru saja melamun dengan nada datar.

Vianka dan gadis lainnya sudah biasa dengan penolakan seorang Tristan Turner. Vianka hanya dapat menarik nafas singkat.

*****

   "Tris, lo pulang naik apa ? tadi pagi gue gak liat mobil lo," tanya Lucas, salah satu anggota team basket yang juga teman dekat Tristan.

"Gue naik bus, males nyetir," jawab Tristan sambil tersenyum kecil.

"Lo nyetir aja pake acara males. Langit mendung nih, lo gak mau pulang bareng gue ?"

"Gak deh, gue pulang pake bus aja."

"Yakin ?"

"Yakin."

"Yaudah, gue pulang duluan ya bro. Lo hari-hati dijalan, Bye !" kata Lucas seraya berlari kecil menuju mobil sportnya.

Setelah Lucas benar-benar pergi, Tristan segera berjalan menuju halte depan sekolah.

Bus yang ingin ia naiki datang tepat waktu. Tristan merasa beruntung karena ia tidak harus menunggu lama. Ia naik dan duduk di bangku penumpang bagian tengah. Ketika hampir sampai ke halte yang dituju, hujan deras tiba-tiba turun.

The Way I Love You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang