01: Keep Trying

9.6K 343 1
                                    

   Dea Graceva bersenandung pelan sambil melihat ke kanan dan ke kiri sebelum berjalan cepat menyeberangi jalan ke arah salah satu bangunan bertingkat dua yang berderet di seberang jalan.

   Dea berencana untuk melihat kondisi sahabatnya yang tinggal seorang diri di kostsan. Dea yakin sahabatnya itu sedang mengurung diri di kamar dan menolak untuk makan dan minum.

   Sahabatnya itu adalah Bella Lincoln.  
   Dea khawatir Bella melakukan hal bodoh. Ia baru saja putus dari Ansell Lionel, lelaki yang menurutnya paling sempurna dan paling ia cintai saat ini. Karena itu Dea merasa perlu untuk melihat kondisi Bella. Itu gunanya sahabat bukan ? mendukung dan menghibur satu sama lain.

   Dea berlari-lari kecil menaiki tangga depan rumah tersebut. Ia baru hendak mengetuk pintu ketika tiba-tiba seorang wanita setengah baya keluar dari rumah tersebut dengan senyuman hangat.

   "Dea, cari Bella ya ? ibu bingung, dari tadi pagi dia belum keluar kamar," katanya terlihat murung.

   Ibu Mirna merupakan pemilik kostsan yang ditinggali oleh Bella. Beliau merupakan seorang yang ramah dan juga perhatian. Bagi Bella, ibu Mirna selalu mengingatkannya pada mom-nya yang sekarang berada di Inggris.

   "Aku ingin melihat keadaan Bella, mungkin dia sakit bu," jawab Dea sekenanya. Sebenarnya Dea makin merasa khawatir mendengar informasi bahwa Bella belum keluar kamar sejak pagi.

   "Kalau ada apa-apa, kabari ibu ya," katanya lembut sambil membiarkan Dea masuk.

   Beberapa saat kemudian ia sudah berdiri di depan pintu bercat putih di lantai dua yang letaknya paling pertama dekat tangga. Dea mulai mengetuk pintu dan memanggil Bella untuk membukakannya.

   Pintu baru terbuka setelah Dea mengetuk pintu sebanyak empat kali. Sahabatnya itu terlihat kacau. Tidak seperti biasanya, Bella tidak menggunakan make up, rambutnya berantakan dan masih menggunakan baju tidurnya. Mata sembab Bella makin menegaskan dugaan Dea bahwa ia masih dalam kondisi hati yang hancur dan perasaan tidak menentu.

   "Hai." Dea tersenyum dan mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa.

   Bella menatap sahabatnya itu dengan tatapan malas. "Ternyata lo," gumamnya, lalu kembali masuk kedalam kamarnya dan membiarkan Dea masuk.

   "Ya," sahut Dea singkat sambil menutup pintu dibelakangnya. Dea memperhatikan betapa berantakannya kamar Bella. Tissu tersebar dimana-mana, di tempat tidur, lantai dan meja. Sepertinya semua baju keluar dari lemarinya. Dea tidak menyangka Bella akan sekacau ini.

   "Lo kenapa sih ? Cerita dong sama gue, apa gunanya coba punya sahabat kalau gak bisa dengerin curhatan ?," bujuk Dea dengan nada yang ceria sambil merangkul pundak Bella.

   "Gue nyesel. Seharusnya gue ikut mom dan dad pindah ke Inggris. Seharusnya gue udah dapat pendidikan lebih baik disana. Tapi apa ? gue malah milih buat tinggal demi Ansell. Sekarang apa ? gue dibuang kaya sampah, dari awal dia gak pernah punya perasaan buat gue. Gue ngerasa bodoh banget Dee," cerita Bella panjang lebar.

   Bella tidak lahir ataupun dibesarkan di Indonesia. Sejak lahir ia tinggal dan menetap di Inggris. Seluruh keluarganya tinggal disana. Dad-nya merupakan pembisnis yang sangat sukses dan terpandang, memutuskan untuk membuka cabang perusahaan di Indonesia. Menurutnya ada peluang bisnis besar yang menguntungkan. Dad-nya membawa serta istri dan juga Bella sendiri. Untuk beberapa tahun Bella tinggal dan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dea merupakan sahabatnya satu-satunya. Beberapa minggu lalu, dad-nya memutuskan untuk kembali pindah ke Inggris. Beberapa minggu lalu juga Bella dan Ansell baru saja menjalin hubungan yang lebih dari teman. Karena itu Bella memilih untuk tinggal dan hidup mandiri. Ketika Ansell memutuskan hubungan mereka, Bella merasa sangat terpukul dan menyesal. Mungkin itu yang menyebabkan masalah ini begitu rumit bagi Bella.

   "Jadi alasan lo tinggal cuma Ansell ? bukan gue ?," kata Dea sambil tersenyum. Sedangkan Bella hanya mendengus kesal.

   "Ayolah Bell, Ansell gak pantes buat lo. Kalo hanya Ansell alasan lu tinggal dan bukan gue, kenapa lo gak cari alasan lain ?."

   Bella hanya menoleh sesaat sebelum kembali menatap jendela dengan tatapan kosong "Gw gak ngerti maksud lo."

   "Maksud gue, lo itu cari Ansell baru, cari cowo yang buat lo jatuh cinta dalam artian yang sesungguhnya."

   "Jatuh cinta dalam artian sesungguhnya ?,"  Tanya Dea dengan wajah bingung.

   "Iyah, jatuh cinta yang bukan sementara. Cari cowo yang bikin lo jatuh cinta setiap hari, yang bikin lo nyaman dan ngerasa jadi orang paling spesial," jelas Dea semangat.

   "Hhm... aku pikir-pikir dulu, bisa gak sekarang kita jangan ngomongin ini dulu ? lagian tujuan lo kesini mau ngehibur gue kan ?" kata Bella sambil tersenyum tipis.

   "Okay, okay, apapun buat sahabatku. Btw, tadi gw ketemu sama cowo ganteng dijalan," cerita Dea semangat.

    "Cowo ganteng ? ketemu dimana ?" Bella berkata dengan nada yang datar.

   "Di jalan, kayanya rumahnya disekitar kostsan lo. Tau gak ? cowo itu cool banget tapi gantengnya maksimal."

   Bella hanya mengangguk seakan mengerti. Ia benar-benar tidak berniat untuk membicarakan soal cowo.

   "Hati-hati lo Dee, cowo ganteng itu kebanyakan kaya Ansell."

   "Yaa kali, jangan semua disamain sama Ansell," kata Dea dengan kesal.

   "Iyah, iyah. Besok lo sibuk ? temenin gue ke toko buku biasa bisa ?"

   "Iyah bisa-bisa, lo emang harus keluar dari kamar," kata Dea tenang.

Btw ini cerita pertama gue. Masih absurd dan banyak typo. Well, aku harap kalian suka dan mau tetep baca ;)

Vomment kalau kalian ngerasa cerita gue pantes buat diapresiasi. Kasih saran, ide ataupun kritik ya, gue gak masalah kok.

Bye !
16 Januari 2016

The Way I Love You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang