HxH - Ingatan x Perasaan x Pengorbanan

383 31 32
                                    

Base On : Hunter X Hunter karya Yoshihiro Togashi
Central Character : Pakunoda
Time Line : Hunter X Hunter The Series eps Akhir
BGM : Hina vs Meji (Naruto)

INGATAN x PERASAAN x PENGORBANAN

Langit malam begitu kelam diiringi gerimis yang jatuh perlahan. Menyisakan genangan air kemerahan di bawah pantulan lampu di kota terbuang yang tak kalah kelam. Sepatu yang kukenakan menerobos genangan air yang bergemericik bersahutan.

Langit tiba-tiba membisu dan mengehentikan tangisnya. Membiarkanku berjalan hanya diiringi sepoi angin dingin yang menusuk.

Pikiranku mengembara jauh. Menyusuri lembar demi lembar memori yang tersusun rapih di benakku. Kenangan tentangnya--orang yang paling ingin kulindungi dan kusayangi--melintas satu-satu. Namun kini aku sudah tak mungkin lagi bisa bersamanya. Bahkan untuk berbicara dengannya pun adalah suatu hal yang mustahil. Aku menunduk pedih.

Judgement chain yang ditusukkan di jantungku adalah belenggu abadi yang memisahkan diriku dengannya. Mata Merah juga melakukan hal yang sama pada diri pimpinan. Meskipun begitu, akulah yang secara tidak langsung menusukkan rantai itu ke jantungnya. Akulah yang menyetujui persyaratan itu! Meski aku sadar betul, kalau pimpinan pasti tak setuju dengan tindakanku. Namun aku tak ingin kehilangan dirinya. Lebih lagi ... aku tak ingin ia mati.

"Yang penting bukanlah kepentingan individu. Tapi laba-laba!"

Itu yang selalu ia tekankan. Loyalitas tinggi pada Laba-Laba! Menyerahkan semua untuk Laba-Laba! Aku sadar betul ia rela mati di tangan Mata Merah asal Laba-Laba tetap berjaya. Tetapi kami ... ah ... paling tidak aku, tidak menginginkan kematiannya.

Dia adalah orang yang kematiannya paling tidak kuinginkan. Aku hidup untuknya ... kesetiaanku untuknya ... dan ... cintaku juga untuknya.

Angin mendesau lirih membelai rambutku.

"Meoong..."

Kudengar suara seekor kucing mengeong lirih. Di sudut yang gelap muncul seekor kucing putih mungil yang terlihat ketakutan. Aku tersenyum. Rupanya ia tersesat.

"Pus ... sini...!" Aku memanggilnya lembut sembari mengangsurkan tanganku supaya ia mendekat. Kucing putih itu mendekat pelan dan mengusapkan kepalanya yang lembut di tanganku. Aku mengelus dan mengangkatnya. Memeluknya sembari kembali berjalan.

"Kau tersesat, ya? Tenang, aku akan membawamu kembali ke tempat teman-temanmu berada." Aku mengelus-elus kepalanya. Ia mengeong bahagia. Aku seperti melihat diriku sendiri beberapa tahun yang lalu di dalam kucing ini.

Tersesat, tak tahu arah, tak punya tempat untuk dituju di dalam kepekatan kota terbuang, sampai akhirnya ia datang. Menolongku dan membawaku bersamanya. Menjadi salah satu dari delapan orang pendiri Laba-Laba, dan mengangkat ia sebagai pimpinan.

Kucing bermata ungu itu tiba-tiba meloncat dari genggamanku. Menikung di sebuah gang sempit yang gelap. Namun, di ujung gang yang seperti tak pernah dijamah itu, tampak puing-puing sisa taman bermain yang kini dipenuhi kucing-kucing berbagai rupa dengan eongan yang memecah keheningan malam.

Ia telah kembali ke tempat teman-temannya. Seekor kucing hitam menatap anggun dari ketinggian. Duduk dengan gagah dan menatap ke arahku penuh ketenangan. Aku tertegun menatapnya. Sosok yang sangat kukenang ... ah ... mungkin aku terlalu berpikir yang bukan-bukan.

"Meoong!" Kucing bermata ungu itu mengucapkan terima kasih padaku.

"Meoong...," balasku sembari tersenyum. "Selamat kembali, ke tempat teman-temanmu."

Unseen Heart x Derita Fandom PinggiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang