Melodies 11 : "King and Queen"

8.2K 991 112
                                    

Aku tersenyum. Itu caraku menghias luka.
Aku tertawa. Itu caraku untuk sembuyi.

Pagi ini aku berada di sebuah aula besar di jantung ibu Kota Korea Selatan. Dengan dirajam gelisah pada jarum jam yang tak mau bergerak lebih cepat dari yang aku harap.

Sesegera mungkin ingin ku bangunkan tubuhku dari tempat ini, bukan karena resah tak bahagia ada di tempat ini. Sungguh berada disini adalah impianku, namun dengan siapa aku berada disini membuatku jengah.

Saat ini aku ingin melompati waktu. Awan seperti membaca gelisahku dan kemudian menggodaku, jutaan tetes air terpelanting ke bumi dengan keras. Handphone ku bergetar, terbaca nama yang selalu ada untukku.

Sebuah pesan darinya,

"Matahari disini tak tampak, apa itu karena seorang pemiliknya sedang menangis?"

Aku tersenyum membacanya. "Kau benar, matahari tak datang menyemangatiku. Hujan menemaniku dengan rintiknya ia berseru seolah ikut merasakan gelisahku."

"Ia beseru agar aku selalu bisa menjadi tempat kau berteduh.
Tidakkah kali ini aku berhasil menghangatkanmu.
Aku sangat merindukanmu, maaf tak bisa menyinarimu pagi ini." 

Seketika aku merasakan kehangatan, aku curiga ada seseorang sengaja mematikan AC ruangan. Tapi nyatanya, abjad yang ia susun di layarlah yang berhasil menembus dinginnya hati ini. Aku ingin marah, mengapa aku belum bisa merasakan sesuatu yang ia rasakan?

Aku segera membalasnya, "Rindumu berhasil menembus nadiku, kini berlayar di jantungku yang kekeringan. RIndumu bagai kehangatan yang memasuki pori-pori tubuhku hingga aku tak merasakan dingin lagi."

"Ku harap hujan membuatmu menulis namaku di setiap kaca basah yang kau jumpai."

Aku tersenyum membacanya, andai saja hujan itu bisa ku sentuh saat ini, mungkin ia bisa merasakan, aku bahagia dia hadir di hidupku, mungkin aku egois karena menjadikannya alasanku untuk tersenyum di pagi ini.

"Dan ku harap kau bisa melihatnya dari langit. Ada lengkungan dibawah kedua titik yang ku gambar karenamu."

"Disini aku berharap agar Malaikat mau menendangku sampai melambung jauh dan kemudian jatuh tepat di pelupuk matamu, agar aku bisa melihatnya dari bibirmu, bukan hanya gambarmu."

"Aku akan disini, kan ku ikat kaki ku pada akar agar tak pergi berlalu, menunggu mu hadir."

"Ku rasa aku telah berhasil membuat senyuman di pagi mendungmu." Balasnya.

Dalam diamku, kuketik kembali balasannya. "Dan ku harap, kau tak pernah lelah untuk sekedar mengusir kelabu itu ditiap waktu yang ku miliki."

"Jangankan waktu, tiap hembusan yang ku hempaskan, dengarkah kau siapa nama yang ku hirup? Namamu."

Aku terdiam membacanya. Aku sungguh ingin sekali menatap wajahnya saat ini, seseorang yang memiliki senyum meneduhkan itu sudah berhasil menularkan senyumannya.

Aku tak sempat lagi membalasnya karena seorang crew baru saja memberiku selembar kertas susunan acara serta beberapa detail kegiatan.

"...Untuk acara selanjutnya, saya akan menjelaskan urutan acara yang akan di bawakan diacara nanti...." Lanjut seorang crew mejelaskan berbagai macam acara yang akan diadakan. Aku kembali melirik seseorang yang jauh duduk di depan sana. Terlihat serius mendengarkan.

"...semua urutan sudah dibacakan, mohon untuk membuat kelompok sesuai dengan bagian masing-masing. Selamat bekerja keras dan semangat menanti Asian Song Festival in South Korea 2016."

Ya, acara yang menjadi impianku terwujud selangkah lagi, sebulan waktu persiapan. Aku memang tak bernyanyi sendirian, akan ada kelompok paduan suara dari berbagai Universitas di Korea yang akan bernyanyi bersamaku. Sebagai perwakilan dari Universitasku, dan juga membawa nama Negaraku, aku sangat bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin.

MelodiesWhere stories live. Discover now