Melodies 7 : "Good Night."

9K 947 52
                                    

Hujan yang jatuh akan kembali ke langit, meski entah menunggu berapa lama. Meski harus menunggu bertahun-tahun lamanya, ia mengalir dari celah-celah kecil menuju samudra.

Hujan yang jatuh akan senantiasa menjadi butiran. Meski ia berusaha sekuat tenaga menjadi seperti air terjun. Angin akan menghempaskannya menjadi butiran.

Aku ingat kenapa aku bisa disini, saat itu tepat  seminggu sebelum hari ini. Saat aku berjalan bersama Damia menyentuh kerumunan mahasiswi di lobby utama. Terpampang jelas pengumuman besar-besar bertuliskan "Youth Camp for study business Korean University."

Aku sempat merasa sangat bingung di musim hujan seperti ini? Yang benar saja? Namun keputusan tak bisa diganggu gugat, dan terlebih penjelasan dibawahnya menjelaskan bahwa ini program dari mahasiswa tingkat 5, kepada seluruh tingkatan di jurusan business Korean University. Aku jelas ingat, itu artinya Kim sunbae juga akan hadir. Tentu saja! Pasti ini maksutnya disibukan dengan urusan kuliah.

Pagi ini, kami tiba di Perkemahan Nanji atau Nanji camps.

Perkemahan ini terletak di antara jembatan Seongsan dan Gayang. Tepatnya adalah di dekat Sungai Han. Taman Sungai Han di Sangam-dong, Mapo-gu. Perkemahan ini sering digunakan sebagai lokasi shooting atau variety show juga. Letaknya yang mudah dijangkau dan tak perlu repot membawa tenda membuatnya dipilih sebagai lokasi yang tepat untuk program yang sudah ditentukan pengurus mahasiswa.

Panitia dengan segera meminta semua handphone untuk dikumpulkan.

Baiklah, peraturan pertama yang sangat sederharna, dilarang berkomunikasi dengan orang luar, terkecuali sangat amat mendesak.

"Setiap tingkatan akan dibagi menjadi beberapa kelompok, dan dari setiap kelompok setidaknya memiliki dua pembimbing senior dari tingkatan lebih tinggi." Salah seorang pembimbing menjelaskan dengan sedetail mungkin.

"Maaf aku terlambat." Seseorang muncul dari belakang sang pembimbing. Seseorang yang ditunggu semua orang disini 'mungkin'. Kudengar dia tak mau datang ke acara yang menurutnya kurang penting ini, namun nyatanya dia datang, entah dengan alasan apa, padahal jelas ia akan dibolehkan jika mau tidak hadir.

"Dio!" tawa pembimbing itu menyambut kehadirannya bagai seorang pangeran. Aku sebenarnya senang melihat kedatangannya, jauh sebelum aku harus berlatih berhari-hari bersamanya, lebih seperti penyiksaan, dia hanya menyuruhku tanpa memberi petunjuk ataupun pelatihan sesungguhnya.

Aku pikir akan mudah berdamai dengannya, apalagi saat ia menyuruhku untuk tidak pergi meninggalkannya. Ku kira kami akan baik-baik saja. Namun pada kenyataannya, ia masih Dio yang sama. Dio yang tak banyak bicara. Sorot matanya kini selalu lebih merasa tak suka aku ada disampingnya, namun ada satu sisi yang membuatku tidak bisa membencinya.

Aku lantas mengabaikannya yang berjalan dengan pandangan lurus melewatiku tanpa sedetikpun melirik, sama dia juga mengabaikanku.

Kemudian kami berkumpul memposisikan diri membagi kelompok.

"Senang bisa sekelompok denganmu." kataku pada Damia, ia tikut tersenyum merapihkan tasnya.

"Ah, mimpi apa aku semalam? Bisa dibimbing oleh si tampan−Dio." Kalimat seorang teman yang juga sekelompok denganku. Tidak, ini musibah. Belum saja dia mengetahui Dio itu adalah pria yang menyebalkan.

Kami keluar tenda lagi untuk melaksanakan beberapa kegiatan. Untuk hari pertama ini beberapa kelompok akan mempersiapkan permainan, sedangkan kelompok pertama dan kedua nantinya akan bersiap untuk meyiapkan makanan.

Aku duduk direrumputan, mengacak buku yang ku bawa serta pensil yang kugunakan. Aku suka pensil yang terdapat penghapus diujungnya, karena alasan lebih mudah digunakan, itu saja. Aku tak mendengar secara rinci jenis kegiatannya, karena dari barisan tengah sudah banyak yang mengobrol jadi suara senior itu tak terlalu terdengar sampai belakang.

MelodiesWhere stories live. Discover now