Melodies 4: "Diamond"

12K 1.1K 28
                                    

Mungkin terselip di bebatuan, bercampur bongkahan lainnya, tertutupi kelabu. Yang orang lain belum tentu bisa melihatnya. Hanya jika kau memperhatikannya, ia bersinar. Dia berbeda, dengan caranya memancarkan kilau. Perlu banyak liku untuk mendapatkan dirinya yang bersinar, aku tau. Seperti berlian yang perlu dipotong dan diasah terlebih dulu, juga berlian yang membutuhkan polesan untuk membuatnya terlihat lebih berkilau. Dirinya juga, perlu melalui kehidupan yang mungkin tidak mudah. Dirinya juga, yang terlihat kasar dan tidak perduli. Namun kembali, aku bisa melihat cahayanya.

Terlebih dengan jarak sedekat ini, saat ia mendekatkan wajahnya. Saat ia bertanya dengan kasarnya apakah aku berbohong, saat mata tajam nya seperti menusuk saat bertanya. Aku tetap tidak takut, aku terpesona.

Pintu rumah yang aku masuki itu tiba-tiba saja terbuka bercampur suara hujan dan angin yang menerobos masuk ke dalam. Dalam ritme yang sangat cepat seorang pria sudah masuk kedalam ruang tamu.

   "Dio maaf, aku kehuja−" suara itu.

Aku menoleh memperhatikan dirinya yang kebingungan membuka mulutnya lebar-lebar. Sepertinya aku pernah melihat ekspresi seperti itu, entah kapan.

   "Kim sunbae?" tanyaku yang kini dengan refleks mendorong bahu Dio dengan kencangnya sembari berdiri. Maaf, aku benar tak sengaja.

   "Hyak! Kau membuat lantaiku basah!" teriak Dio kesal sama sekali tidak menghiraukan seranganku barusan.

"Melodi?" sekarang Kim sunbae menerobos masuk mendekati kami, menghiraukan ocehan Dio.

"Hyung, kau ingin menginap lagi?" tanya Dio membuatku membesarkan kedua bola mata. Dia suka menginap disini?

Pria tinggi dengan rambut setengah basah itu hanya mengangguk, sembari perlahan mendekatiku memberikan raut wajah penuh tanya.

Aku segera berdiri, kemudian membungkuk memberi salam, "Kim sunbae, k-kau kehujanan?"

Dia mengangguk tiga kali, kemudian menatapku dan Dio bergantian.

"Kenapa Kim sunbae bisa kesini?" tanyaku sangat pelan. Namun sepertinya dengan jelas mereka bisa mendengar suara kecilku, sekalipun hujan diluar sana sudah semakin deras.

"Apa?" Kim sunbae yang pertama kali memberikan reaksi. Ia tertawa sembari mengacak rambutku dengan cepat, "Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan disini?" kemudian ia menoleh menatap Dio, "Apa kau mengajaknya latihan di rumahmu? It's not your style."

"Ck," Dio berdecak mengangkat sebelah alisnya membalas.

"Jadi kenapa?" tanya Kim sunbae penasaran.

"Aku hanya tidak sengaja bertemu diluar dan menumpang berteduh sekarang." Jelasku, "Kim sunbae, kau sering ke sini?"

Ia segera mengangguk, "Ah, jangan panggil aku Kim sunbae jika bukan diruang latihan. Aku sudah bilang padamu panggil namaku saja."

"Ohya, tapi mungkin aku tidak bisa." Aku segera menggaruk belakang kepalaku dengan malu-malu, rasanya agak sedikit tidak sopan. Walaupun kami sudah lama kenal, entah aku masih menganggapnya senior panutanku.

"Yeol Oppa. Panggil aku itu mulai sekarang." Tawanya sembari mengangkat kedua alisnya.

"Dio Oppa. Haruskah dia memanggilku Dio oppa?" tepat sedetik setelah Kim sunbae berhenti bicara, Dio segera ikut meledek namun dihadiahi tatapan sinis oleh Kim sunbae. "Aku ada di tingkat 4, sedang dia baru di tingkat 3." Lanjutnya.

Oh aku baru saja mendengar kalimat yang cukup panjang dari seorang Dio.

"Pft.." suara tawaku tak bisa disembunyikan, dan ya.. hadiah untuk tawaku adalah tatapan sinis dua orang di hadapanku."Oh, maaf. Jika aku tidak mengenal kalian, pasti sudah ku duga kalian adalah saudara kandung." mereka benar-benar terlihat seperti adik dan kakak yang sedang bertengkar.

MelodiesWhere stories live. Discover now