《12》New Friends

2.9K 149 6
                                    

Cukup jadi diri sendiri. Jangan pusing dengan penilaian orang lain. -Tere Liye-

--

Sial. Hari ini aku bangun kesiangan, Rian gak bangunin aku juga. Ralat, Rian juga bangun kesiangan. Ini gara-gara semalem sih. Udah tahu hari ini masih sekolah. Pulang makan malam—double date—Rian sama Luke masih ngajakin bergadang buat nonton film Star Wars. Akhirnya kami semua baru tidur jam 2 pagi di ruang tamu apartemen Rian. Saat bangun tadi, Luke sama Faye udah gak keliatan lagi.

Dan lebih sial lagi waktu dateng ke sekolah, pintu gerbangnya udah ditutup. Menyebalkan. Ingatkan aku nanti buat ngehajar Rian sama Luke yang punya ide buat nonton semalem.

“Lo sih Yan sama Luke pakek ngajak nonton segala. Telat nih.” Omelku setelah memohon pada satpam botak buat bukain gerbangnya. Dasar satpam botak emang, nyebelin banget gak mau bukain gerbang. Aku kan telatnya gak sampe 5 menit. Sekarang yang piket Pak Sultoni lagi, reputasiku sebagai murid baik yang biasa-biasa aja di sekolah bakal tercemar gara-gara catatan pelanggaranku hari ini.

Suara mobil lain yang sepertinya juga murid yang telat terdengar dari arah belakangku. Saat aku lihat ke belakang ternyata Faye sama Luke. Faye langsung menghampiriku dan menatap tajam ke arah Luke dan Rian. Biar tau rasa si Rian.

“Kalian yang telat ayo ikut ke lapangan sekarang.” Eh Itu kok suara Bu Vivi. Kenapa malah Bu Vivi? Bukannya hari ini guru piketnya Pak Sultoni. Bu Vivi itu lebih bencana dari pada Pak Sultoni. Kalo Pak Sultoni tinggal ngisi catatan pelanggaran, dapet poin, udah masuk kelas. Kalo sama Bu Vivi bakal lebih panjang urusannya.

Mau gak mau aku, Faye, Rian, Luke dan beberapa siswa yang telat mengikuti Bu Vivi ke arah lapangan.

Setelah kami semua berbaris rapi, Bu Vivi memulai ceramahnya dengan semangat. Sedangkan semua siswa yang telat sudah jengah mendengarkan ocehan guru yang gila hormat itu.

“Kalian dihukum membersihkan seluruh lapangan yang ada di sekolah ini sampe bersih. Kalau belum bersih kalian tidak boleh masuk kelas....”

Pak kepala sekolah berjalan di koridor sebelah lapangan basket dengan dua orang murid cowok dan cewek. Aku rasa mereka murid baru di sini. Dilihat dari badge-nya mereka berdua sepertinya satu angkatan denganku.

“...setelah kalian selesai, pergi ke ruang BK mengisi catatan pelanggaran dan pengantar untuk masuk kelas.” Setelah dibagi siapa-siapa aja yang ngebersihin lapangan mana aja, Bu Vivi langsung ngacir balik ke ruangannya.

Sekarang aku berada di lapangan basket bersama Rian, Faye, Luke dan beberapa murid telat yang kebagian membersihkan lapangan bagian tengah gedung. Lapangan tengah gedung ini ada 3 lapangan, lapangan basket, lapangan voli, dan lapangan bulu tangkis yang biasanya juga digunakan untuk upacara bendera.

Aku baru sadar ada Vania dan sidekick-nya yang juga telat. Vania menatapku dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Risih, benci, dan ... takut? Mungkin dia takut kalau aku bilang kelakuannya selama ini pada Rian.

Sekarang aku harus menyapu lapangan basket ini. Karena aku ceritanya lagi marah sama Rian dan Luke, akhirnya aku dan Faye menyapu bagian lapangan basket dari tengah ke sisi kanan, sedangkan Rian dan Luke dari tengah ke sisi kiri. Lapangan lain sudah ada bagian yang membersihkan termasuk Vania cabe-cabean.

Aku cepat-cepat menyelesaikan pekerjaanku dan hendak ke ruang BK bersama Faye, tapi Luke dan Rian malah menghadang jalan kami.

“Bantuin dong.” Kata mereka kompak.

“Bagian kita berdua udah selesai.” Jawab Faye sedikit ketus lalu menarik tanganku untuk pergi dari hadapan mereka berdua.

“Ingetin gue buat ngebunuh lo berdua nanti.” Kataku sebelum benar-benar meninggalkan mereka.

Rian(a) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang