《7》He's My Brother

3.2K 177 2
                                    

Setelah beberapa minggu Rian mengakuiku sebagai pacarnya, para fans Rian terus saja membully-ku. Mulai dari cacian sampai meletakkan surat kaleng di mejaku. Bahkan sampai ada yang pernah meletakkan kecoak di bangkuku. Kampungan banget sih fans Rian.

Aku juga tahu kalau siswa yang menceburkanku ke kolam renang beberapa minggu lalu itu adalah salah satu fans fanatik Rian yang bernama Vania dari kelas IPS. Menurut informasi yang aku dapat, dia yang paling gencar mendekati Rian padahal sudah jelas-jelas Rian menolaknya di depan semua siswa.

Dia memang tidak pernah membully-ku lagi setelah kejadian penceburan ke kolam renang, tapi dia masih sering menatapku dengan tatapan tidak sukanya saat sesekali aku lewat di depan kelas IPS ataupun saat berpapasan dengannya.

Seperti sekarang, saat akan pergi ke toilet aku harus melewati kelas IPS. Dari jauh aku sudah melihatnya sedang di depan kelas bersama teman satu gengnya. Dia sudah menatapku tajam tapi aku tak menghiraukan tatapannya dan tetap saja berjalan dengan tenang.

Saat sampai di sampingnya, Vania langsung menjegal kakiku dan sukses membuatku jatuh telungkup dan menjadi pusat perhatian.

Semuanya bukannya nolongin malah cuma ngeliatin. Apa gak ada yang berani sama si Vania cabe-cabean ini? Saat aku mencoba bangun, salah satu teman Vania mendorong bahuku sampai aku telungkup lagi di lantai.

“Jangan sok cantik deh lo. Udah gue bilang jangan deketin Rian tetep aja ngeyel.” Dia mentapku merendahkan dan langsung pergi meninggalkanku yang masih dalam keadaan telungkup di lantai.

Emang dia siapa ngelarang gue deket sama Rian. Rian kan saudara gue. Dasar cabe-cabean gak jelas. Kesel banget deh sama Rian. Kenapa coba dia punya fans kayak gitu.

Saat berusaha bangun tiba-tiba ada seseorang yang mengulurkan tangannya -Um, mungkin untuk membantuku-. Saat aku mendongak, terlihat seorang cowok yang gak aku kenal. Sepertinya dia juga anak IPS. Saat akan menerima uluran tangannya, tiba-tiba tangan cowok tadi ditepis seseorang.

“Jauhin tangan lo dari Riana.” Itu suara Luke. Jadi dia yang menepis tangan cowok tadi. Cowok tadi sempat memandang Luke tak suka, tapi akhirnya dia langsung meninggalkanku bersama Luke.

“Sini aku bantu.” Luke langsung mengulurkan tangannya. Tapi aku lebih memilih untuk berdiri sendiri. Apa-apaan dia, tiba-tiba aja dateng dan ngebentak orang yang udah berniat baik denganku.

“Lo gak sopan tau, Luke.” Aku langsung pergi meninggalkan Luke yang masih berdiri di depan kelas IPS.

Kudengar langkah kaki berlari ke arahku. "Kamu kan gak kenal sama anak tadi, Ana. Bahaya tau.” Luke ternyata mengekoriku.

“Lebay lo.” Aku masih tetap berjalan -tanpa menatap Luke- menuju toilet. Saat di depan toilet, aku langsung berhenti dan menatap Luke.

“Ngapain lo? Gue mau ke toilet.”

“Ikut,” ujarnya dengan seringaian jahil dan langsung ku hadiahi dengan pelototan. Dasar mesum. Aku mendengar tawa Luke sebelum masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Saat keluar dari toilet, Luke udah gak ada. Baguslah. Aku berjalan kembali ke kelas karena bel masuk akan segera berbunyi. Aku kembali lewat di depan kelas IPS. Tak ada jalan lain. Masa iya aku harus turun lewat bawah dan memutari gedung untuk sampai di kelasku hanya untuk menghindari Vania.

Menghindari Vania? Hah. Dia kira aku takut dengan ancaman dia. Gak akan.

Aku melihat anak yang tadi mau menolongku sedang bersandar pada pagar dan menatap lapangan di bawah. Aku rasa aku harus minta maaf karena sikap Luke tadi.

“Lo yang tadi mau bantuin gue kan?” aku langsung saja berdiri di sampingnya. Sepertinya dia kaget aku berada di sampingnya. “Gue mau minta maaf soal Luke tadi. Dia emang gak sopan,” kataku to the point. Aku juga ikut memandang ke arah lapangan.

Rian(a) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang