Melodies 7 : "Good Night."

Start from the beginning
                                    

Aku hanya mendengar bisik-bisik beberapa orang disampingku sedang asik membicarakan senior tampan yang sedang menjelaskan, atau lainnya sedang sibuk mengeluh kelaparan. Damia yang duduk didepanku menoleh.

"Apa yang akan kau tulis?" tanyanya.

"Hah?" tanyaku tak mengerti.

"Kau tak mendengar, dia bilang kita harus membuat laporan seluruh kegiatan setiap hari. Dan setiap harinya, minimal kau harus memiliki lima impian untuk masa depanmu 5 tahun kedepan. Sulit sekali." kata Damia mengeluh.

"Tentang apa? bisnis atau hanya impian hidup lainnya?" tanyaku bingung.

"Semuanya," katanya membesarkan kedua bola matanya.

"Aku punya banyak," tawaku.

"Ah, impianku sudah tidak ada." keluh Damia sembari membalikkan kembali tubuhnya.

Aku segera memegangi pundaknya, "Pasti ada." bisikku.

Beberapa senior mulai berjalan kebelakang, sembari memberi arahan dan tugas pada masing-masing individu. Aku mulai lelah mencatat satu persatu tugas yang diberikan, dan juga ada beberapa kata yang hilang, aku tak dengar.

Kami menghabiskan waktu setengah hari untuk mendengarkan tugas dan beberapa sambutan dari para senior yang sudah bersusah payah untuk mengadakan acara ini.

Tepat saat matahari bergeser lebih rendah dari posisi sebelumnya. Aku serta kelompokku bergegas menuju dapur umum yang cukup luas dibelakang perkemahan. Jadwal malam ini masakan yang akan kami buat tidak terlalu rumit, namun sudah pasti terbayang seberapa banyak makanan yang akan dimasak untuk ratusan perut diluar sana.

Aku dan enam orang lainnya bertugas memotongi sayuran. Disana, aku dapat melihat Damia bertugas mempersiapkan bumbu masak bersama lima orang lainnya. Sedangkan, dua puluh sembilan lainnya saling berbagi tugas.

Ada empat senior yang mengawasi, salah satunya seseorang yang sedang berjalan menghampiriku. Do Kyungsoo.

"Kau tak bisa memotong lobak?" tanyanya membuatku menautkan kedua ujung alisku. Ia membalas tatapanku dengan menaikkan sebelah alisnya.

Ayolah, apa dia akan bersikap dingin juga disini? Beberapa orang segera menengok dan menatapku menahan tawa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayolah, apa dia akan bersikap dingin juga disini? Beberapa orang segera menengok dan menatapku menahan tawa. Aku meletakkan lobak diatas talenan dengan sangat perlahan, kemudian memotongnya dengan pisau yang ku pegang. Aku sudah berusaha sebaik mungkin.

"Apa seperti ini sunbae-nim?" kataku masih sembari memotong lobaknya.

"Kau memotongnya tanpa berpikir?" tanyanya memperhatikan hasil potonganku, "Ukurannya sangat berbeda satu sama lainnya."

Aku menghela nafasku dalam, berusaha masih menahan emosiku. Aku memperhatikan hasil potonganku dengan sangat amat teliti. Baiklah, memang dalam memasak, bangsa Korea ini memiliki standart khusus, tapi ayolah, aku harus memotong puluhan lobak, apa mungkin aku harus memotongnya dengan penuh perasaan? Atau perlu menggunakan penggaris?

MelodiesWhere stories live. Discover now