12. Norwich

35.3K 2.5K 249
                                    

"Ha..halo Kak, Alicia?"

"Halo Tania, ada apa dengan Alicia? Kenapa berisik sekali."

"Ak... Ku hiks." suara Tania terputus-putus tidak jelas.

"Tania, katakan sesuatu?"

"Alicia pingsan. Kami sedang berbelanja di Mall dan tiba-tiba ia pingsan "

"Lalu sekarang dimana kalian?"

"Perjalanan menuju rumah sakit."

"Baiklah. Kakak akan menyusul kalian."

***

Ambulan berhenti di depan rumah sakit tempat Alice dan Tania bekerja. Beberapa Perawat langsung berdatangan membantu petugas Ambulan mendorong Alice menuju UGD. Disana sudah ada Dokter Gaby yang menunggu. Tania ikut masuk ke dalam ruang UGD mendampingi Dokter Gaby.

Dokter Gaby memeriksa keadaan Alice dan ia menemukan sesuatu yang aneh.

"Suster Tania tolong panggilkan Dokter Hendri. Saya membutuhkan bantuan beliau."

"Baik Dokter."

Tania mempercepat jalannya mencari ke ruangan Dokter Hendri. Ia tak peduli bila kakinya akan putus demi menolong sahabatnya.

Tok Tok Tok

"Dokter Hendri, permisi. Saya disuruh oleh Dokter Gaby memanggil anda menuju ruang UGD."

"Ada apa?" Dokter Hendri bangkit dari kursi kerjanya lalu mengikuti langkah Tania menuju ruang UGD.

"Mari Dokter, silahkan " Tania membuka pintu ruang UGD mempersilahkan Dokter Hendri bergabung dengan Dokter Gaby melakukan pemeriksaan pada sahabatnya, Alice.

***

"Makanlah." Tania sudah mengupas sebuah Apel dan memotongnya kecil lalu menaruhnya di atas piring.

"Aku akan kembali ke Norwich." jawab Alice sekenanya. Alice berdiri di depan kaca putih besar yang menjadi dinding utama ruang perawatan Alice. Pemandangan diluar ruangan itu membuat pikiran Alice sedikit lebih tenang meski ia tak berhenti memikirkan kehidupan lain di dalam dirinya.

"Tidak boleh! Kamu akan tetap disini. Ku mohon jangan pergi. Aku akan menjagamu Alicia." tetesan air mata Tania membuat Alice ikut menangis. Diraihnya tubuh Tania dan dipeluk erat-erat hingga kedua napas mereka terasa sesak. Mereka berpelukan seperti ini adalah pelukan terakhir atau bisa dikatakan pelukan perpisahan.

"Kamu sangat baik padaku Taniaaa. hiks. Kamu Sahabat terbaik yang pernah ku miliki. Hiks."

"Aku."

Mereka tak bisa berkata apa-apa lagi hanya sebuah pelukan dengan derai air mata yang berjatuhan begitu saja yang bisa mereka lakukan.

Cklek.

"Jangan pergi Alicia." suara lembut namun tegas terdengar di kedua telinga mereka. Alice dan Tania pun melepas pelukannya dan menghapus air mata mereka dengan cepat.

"Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi di Indonesia Kak Velo. Aku tak ingin mengatakan jika Indonesia adalah sebuah kesalahan besar untukku. Tidak ingin sama sekali. Yang aku rasakan adalah kebahagiaan yang bercampur kesedihan."

"Aku akan mencarinya untukmu. Percayalah padaku."

"Tidak untuk kali ini Kak. Ku mohon berhentilah membuatku semakin menderita. Cukup ia menyakitiku seperti ini. Jangan Kakak. Karena di mataku, Kakak adalah lelaki yang sempurna."

"Kamu mencintainya bukan?"

Alice menggelengkan kepalanya lemah. Tapi senyumnya tidak juga pudar. "Cintaku sudah musnah Kak. Pergi bersama dia yang juga telah menganggapku musnah."

Not My Fault (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang