4. First Night

64.8K 2.7K 94
                                    

Sepanjang perjalanan, tidak ada dari mereka berdua yang ingin memulai sebuah pembicaraan. Entah itu Andres maupun Alice. Keduanya serasa bisu. Apalagi mengingat serangan fajar yang sempat dilancarkan oleh Andres kepada Alice membuat gadis itu bersemu merah.

Bicara soal hubungan, jangan membicarakan hal tersebut. Itu terlalu sensitive untuk dibahas saat ini. Alice memang tak pernah mengharapkan lebih dari seorang Andres Emiliano Mebarak. Tapi dirinya ingin dihargai oleh lelaki itu. Sedikit saja lelaki itu mau melihat ke arahnya. Tapi sepertinya cukup mustahil mengingat Andres yang sangat cuek.

Seminggu sejak perjanjian sex yang mereka buat, Andres tak pernah melakukan Making Love dengan Alice. Tapi lelaki itu hanya melakukan Make Out Saja. Hanya sebatas itu. Entahlah mengapa Alice berpikir sedemikian buruk kah tubuhnya sehingga Andres enggan menyentuhnya. Berbeda dengan wanita - wanita yang selama ini menjadi teman kencan Andres maupun teman tidur Andres. Dada Alice sekejab serasa sesak.

Kriing Kriing Kriiing

Suara ponsel Andres berdering. Andres merogoh saku celananya dan mengangkat telepon tersebut.

"Halo?"

"Halo Andres. Kamu dimana? Semalaman kamu tidak pulang. Kenapa susah sekali ponsel kamu dihubungi? Ada apa sebenarnya Ndres?"

"Mah, Andres di jalan. Sebentar lagi mau ke rumah sakit. Maaf kemarin ada Operasi. Jadi gak bisa pulang. Terus Andres tidur di Apartemen. Kan dekat sama rumah sakit."

"Tapi kan kamu bisa telepon Mama Ndres? Kasih tau Mama."

"Iya Mah. Maaf ya. Andres lupa kasih kabar."

"Mama gak mau tahu sekarang kamu pulang. Jangan ke rumah sakit dulu."

"Iya Mah. Baiklah."

Setelah sambungan telepon itu terputus, Andres kembali menatap jalan seraya memikirkan sesuatu.

"Alice, kita pulang ke rumah Mama ku dulu ya." Sedari tadi Andres tak bicara sekarang giliran bicara, Andres mengajak Alice pulang.

"Kita masih punya waktu 2 jam kan?"

Alice hanya bisa mengangguk pasrah. Ditentang juga percuma. Lagipula Alice sudah cukup memahami sifat Mama Andres. Jadi mau tak mau, bisa tak bisa harus dipenuhi.

"Alice?" Panggil Andres kembali, "Kamu gak keberatan kan?"

"Enggak papa Kok. Kita ke rumah kamu dulu."

Akhirnya mereka membanting kemudi menuju rumah kedua Orang Tua Andres. Tapi entah mengapa baru saja sampai depan rumah, suara teriakan dari dalam membuat Andres sedikit khawatir.

"Andres, ada apa? Kenapa ada yang teriak?" Andres pun sebenarnya juga tidak tahu.

"Sekarang kita masuk aja ya. Lihat apa yang terjadi!"

Karena sedikit takut, Alice meraih lengan Andres dan berjalan di belakang Andres. Pemandangan di dalam rumah sangat mencekam.

Viola sedang menangis menderu berada di pelukan Alena. Gadis itu menenangkan Mamanya yang terlihat terpukul. Aaron melindungi Riany yang ada di belakangnya. Sedangkan Avelo menengahi Aaron dan Milan yang sedang bersitegang.

"Gak! Kalau sampai kamu tetap bersama gadis itu , mulai sekarang kamu bukan anak Papa dan Mama AARON. Tinggalkan gadis itu AARON." teriak Milan.

Urat syaraf tubuh Milan tercetak jelas dari luar. Mungkin efek dari kemarahannya yang begitu besar. Mata Milan juga memerah hebat. Namun Aaron tetap terus menggelengkan kepalanya tak mau.

Not My Fault (Complete)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin