3. Breakfast

53.5K 2.7K 58
                                    

"Hmm Macaroni nya enak sekali." lengkingan suara yang keluar dari bibir Suster Tania membuat angan-angan Alice kembali ke masa lalu.

Dimana lelaki yang ia puja begitu menajubkan.

Bagaimana tidak, ketika semua orang mengejeknya anak yang manja dan kekanankan justru ia membuktikan dengan seloyang besar Macaroni Panggang.

Lengkap dengan Keju Mozarella diatasnya. Dan lebih menyenangkan lagi karena rasanya sungguh luar biasa enak.

Hidangan itu dibuatnya ketika kampus mengadakan acara pesta Hallowen.

"Dokter.... anda melamun?"

Sapaan Suster Tania dengan melambaikan kelima jari kanannya tepat di depan wajah Alice membuat Alice sadar.

"Em maaf Suster. Saya memang melamun."

"Entahlah perasaan saya saja atau benar adanya, jika Dokter lebih suka melamun dari pagi tadi. Kemarin-kemarin rasanya tidak?" Suster Tania mengerutkan keningnya tanda ia kebingungan.

"Maaf Sus. Saya lagi banyak pikiran."

"Dokter sakit?"

"Tidak. Hanya sedikit demam saja. Nanti juga sembuh." Suster Tania melahap satu sendok besar Macaroni Panggang yang sangat lezat di depannya saat ini.

Alice merasa senang dengan makan siangnya yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Ia merasa memiliki teman, "Em boleh saya mengatakan sesuatu?"

"Silahkan Dokter." Suster Tania menghentikan aktivitas makannya dan melihat wajah Alice yang pucat.

"Emm bisakah kita berteman? Entahlah mengapa saya merasakan sendirian di kota ini. Meski kedua Orang Tua saya juga ada di kota ini, tapi saya tidak memiliki teman sama sekali. Saya lahir di Norwich. Sejak saya lahir hingga usia 15 tahun, saya habiskan disana. Usia 16 tahun kami pindah ke Indonesia. Tepat di kota ini. Tapi hanya beberapa bulan saja, akhirnya saya harus ke Rotterdam untuk mencapai cita-cita saya. Lagipula ku rasa usia kita tak jauh beda kan?" Suster Tania mengangguk pelan.

"Teman?" Alice mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Tania.

"Teman." Tania tersenyum.

"Jika diluar jam kerja, kita teman. Jangan ada panggilan Dokter atau Suster lagi. Bisa?" tanya Alice kembali. Sebelah matanya mengerling sempurna.

"Em baiklah." Tania membalas kerlingan Alice kembali.

Saat mereka sama-sama tertawa bahagia karena pertemanan baru yang terjalin, seseorang datang dengan segelas jus lemon ditangannya.

"Hei bolehkah aku ikut berteman dengan kalian?" Alice dan Tania sama-sama mengerutkan dahinya.

"Dokter Deval?" Tania merasa Dokter Deval begitu aneh.

Apakah ia mengetahui pembicaraan mereka? Tiba-tiba datang minta berteman?

"Iya. Bolehkah aku berteman dengan kalian? Aku tidak pernah punya teman perempuan. Hanya Ibu teman baikku?"

Deval Alexander Brawijaya. Putra kedua dari Mario Alexander Brawijaya. Kakak pertamanya adalah Reus Alexander Brawijaya.

Kedua Kakak beradik itu beda profesi. Jika Deval seorang Dokter. Beda dengan Reus yang aktif di dunia Politik dan Entertain. Sejatinya ia adalah pengusaha.

Tapi wajah tampan nya sering menjadi tamu undangan di banyak acara televisi. Tentunya dalam bidang perfilman dan politik.

Seorang Deval tak pernah memiliki teman baik seorang perempuan. Entah mengapa jika Deval dekat dengan makhluk berjenis hawa, Ibunya selalu protes.

Not My Fault (Complete)Where stories live. Discover now