Fall For You (9)

4.2K 366 4
                                    

-Fall For You-

.

.

.

.

.

Pemuda bersurai coklat tua itu terduduk di sofa kamarnya. Beberapa jam ini dia tetap bertahan pada posisi yang sama. Mungkin sesekali berjalan ke dapur untuk mengambil camilan. Lalu kembali lagi untuk membuang sampahnya. Tidak dengan kedua mata elangnya yang selalu mengawasi ponselnya di atas meja untuk sekadar berdering.

Sehun terus membuat bola matanya sibuk antara melihat televisi atau mengecek balasan pesan dari seseorang beberapa jam yang lalu. Tepatnya sebelum Luhan, istri lelakinya, benar-benar pergi ke Coffea Café. Rasanya ada yang aneh di apartemen sendirian.

Sehun tidak menghiraukan sebuah kontak tanpa nama yang sedari kemarin berkicau. Selalu menghubungi dan mengirimkannya pesan. Tanpa bertanya pun, Sehun sudah tahu jika sebenarnya itu adalah Jung Yaera. Hanya tawa dalam hati yang dapat Sehun berikan. Yaera akan berguna pada saatnya. Saat ini masih belum diperlukan, jika Sehun boleh jujur. Sehun semudah membalikkan telapak tangan memberi harapan pada orang lain, dan akan menarik secercah harapannya ketika orang tersebut mulai perlu.

Bahkan pada istrinya sendiri.

Merasa tak sabar, Sehun akhirnya menarik ponselnya dan segera menghubungi seseorang di daftar kontak sana.

"Noona, aku sudah mengirimkan pesan padamu empat jam yang lalu."

Masih ada keheningan di antara mereka. Seseorang yang tengah terhubung dengan Sehun tetap belum memberi suaranya.

"Hm ya, Sehun-ah. Aku tahu itu."

Sehun menghela napas tipis. "Lalu, kenapa tidak membalasnya?"

"Aku sengaja."

Dahinya kini berkerut. "Kenapa?"

"Karena aku lebih suka mendengar suaramu. Bukan ketikan dari ponselmu." Dan dahi Sehun yang berkerut digantikan dengan senyum tipis. "Apakah sore ini jadi?"

"Tentu saja, noona. Aku akan menjemputmu."

"Temui aku di seberang jalan, oke? Aku masih mengingat sesuatu untukmu tentang 'tidak menyentuh bahkan berbicara dengan adikku'."

"Kau masih mengingat janji itu selama lima tahun ini?" Sehun mengedipkan kedua matanya, alisnya sedikit bertaut. Sehun keheranan, bahkan dirinya sudah merasa samar dengan janji tersebut.

"Tentu saja. Itu penting, asal kau tahu."

Tanpa sadar, Sehun menganggukkan kepalanya pelan. Matanya melirik jam dinding, 15.19. "Baiklah, sekitar pukul empat sore aku akan menemuimu di sana. Aku menyayangimu,noona."

Sehun hendak mengakhiri sambungan itu, namun suara pekikan sangat keras membuatnya berjengit kaget dan secara tidak langsung juga turut mengurungkan niatnya.

"Ya?" Sehun bertanya lembut, menanyakan alasan di balik pekikan nyaring tersebut. Tidak pernah dia selembut ini. Sehun tidak mengerti bahwa perempuan di sana—yang tengah berteleponan dengannya—sedang memilin rambut gelombangnya sendiri sambil menggigit bibir bawah. Dia berdiri di dekat ranjang. Kakinya bergerak gelisah menahan rasa gembira yang hampir saja tertumpah.

"Bisakah kau berhenti memanggilku noona? Sebut aku seperti biasanya, ya ya?" pintanya manja. Dia bahkan mengulang kata 'ya' berkali-kali sampai Sehun terkekeh geli mendengarnya.

"Kau manja sekali, My Princess. Aku menyayangimu. Kututup teleponnya, oke?"

Di seberang sana, perempuan itu, Kim Seul Ra tersenyum sangat cantik. Sedikit meremat ponselnya karena gejolak dan desiran sejuk mengalir di dalam dadanya saat mendengar sebutan tersebut kembali terucap dari lidah Sehun. "Baiklah. Aku juga mencintaimu, My Prince."

Fall For YouOnde as histórias ganham vida. Descobre agora