Fall For You (8)

4.5K 364 8
                                    

Dan rasanya Luhan terlihat semakin menyedihkan.

Dengan langkah kecil tanpa semangat, Luhan berjalan menuju garasi. Memakai mobilPorsche putih mereka dan melesat ke daerah Gangnam, di mana bar kopinya berlokasi.

Dia sampai hanya dengan kurang lebih dua puluh lima menit. Membaca kertas putih berlaminating yang tertempel di balik pintu,"Open-Closed : 09.30 - 21.00", tulisnya di sana. Luhan mengulum senyum tipis mengingat kedatangannya yang tidak terlalu lama dari jam buka, lalu tangan kanannya naik untuk menggenggam daun pintu.

Suara lonceng kecil manis terdengar saat Luhan membuka pintu kaca tersebut. Ada pandangan penuh makna yang Luhan berikan ke lonceng kembar itu. Sontak hampir seluruh pandang mata menatap dirinya (sebagian terpesona karena eloknya tampang Luhan). Dirinya dibuat tersenyum tipis lagi dengan pelanggan yang memenuhi setiap meja dengan berbagai macam jenis kopi, teh, dan dessertpesanan mereka. Hiburan tersendiri bagi seorang Oh Luhan. Merasa jika selama ini dirinya cukup sukses.

Latar dinding coklat tua menyelimuti bar, sejenis café khusus hal berbau kopi yang berukuran sedang ini. Lantai putih dengan beberapa dekorasi interior sederhana membuat bar tersebut nyaman dipandang setiap pasang mata. Tidak terlalu berlebihan, sangat lembut untuk beberapa orang yang ingin menghabiskan waktunya dalam ketenangan. Suasana yang juga sangat kental dengan urusan kopi. Dan sepasang mata Luhan menyusuri para pegawainya. Terlihat di ujung, Kim Minseok dengan urusannya bersama kopi-kopi dan teh pesanan pelanggan. Di tengah, tepat di hadapannya dengan jarak sepertinya lima meter, Do Kyungsoo yang dengan ramahnya menyapa dan menanyakan pesanan dari para pelanggan. Bibirnya yang penuh itu kerap membentuk gambar hati yang sangat unik dan berharga. Dia juga mendapati si lelaki ceria, Byun Baekhyun, yang mondar-mandir mengantar pesanan pelanggan dengan senyum cerah. Baekhyun sempat melambai padanya, dengan wajah berseri-seri, begitupula dengan Minseok. Namun, Kyungsoo belum sadar akan kedatangannya. Bukan masalah.

Satu hal lagi—Oh Young Woo, yang kini melangkah ke arahnya.

"Dewi Fortuna, kau datang juga."

Sebuah senyum tipis Luhan berikan. Dia berjalan menuju balik konter dan duduk di kursi sana, dibuntuti Youngwoo. "Sudah tugasku untuk terus mengontrol. Aku tidak ingin ada sesuatu yang luput dari pandanganku."

Youngwoo mengerjap, mengangguk paham. Ada sepercik rasa kagum terhadap Luhan yang memiliki pola pikir dewasa. Dan malang, Luhan menikah dengan lelaki yang memiliki pemikiran seperti anak kecil—Sehun.

"Hyung, kau ingin minum sesuatu?" Kyungsoo yang berdiri di sebelah Luhan bertanya lembut, berharap jawaban pasti dari sang pemilik bar yang selalu menggajinya dengan besar-besaran, sesuai dengan baik atau tidaknya tugas yang Kyungsoo lakukan.

"Tidak, terima kasih. Aku akan membuatnya sendiri, Kyung," tolak Luhan halus dan Kyungsoo memakluminya. Dia sudah begitu paham, Luhan tidak pernah ingin membuat orang lain kerepotan. Jika Luhan menginginkan sesuatu pun, dia yang akan meraih dan menggapainya. Luhan bukannya ingin menjaga harga diri dan menjunjungnya tinggi-tinggi. Bukan itu. Hanya saja, Luhan selalu berujung pada rasa ketidaknyamanan hati setelah membuat orang lain repot, dan dirinya tidak mau larut dalam rasa gelisah.

Kyungsoo mengangguk dan kembali melayani pelanggan satu-persatu.

"Idemu bagus. Kau menaruh lonceng di pintu. Asal kau tahu saja, setiap benda itu berbunyi, kepalaku akan menoleh. Memastikan jika itu—kau." Youngwoo bersuara lagi dan Luhan terkekeh.

Sakit sekali, padahal.

"Lonceng itu sebenarnya adalah lonceng yang Sehun berikan kepadaku saat bulan kedua kami menikah," katanya lembut, berusaha menutupi kesenduan hatinya. Ia teringat lagi bagaimana ketiadaartiannya pemberian Sehun di bulan kedua mereka menikah hingga saat ini. Seakan, Sehun sedang mengoloknya. Memberikan hal kecil yang pantas untuk diinjak dan ditertawakan.

Fall For YouWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu