Fall For You (5)

5.3K 415 25
                                    

Fall For You
...

Luhan pernah berniat menyatakan perasaannya pada Sehun. Tetapi, ia rasa itu akan menjadi hal yang sia-sia belaka. Luhan cukup mengerti di balik sifat dingin dan tak acuh Sehun merupakan wujud bahwa Sehun tidak mencintainya. Kepribadian Sehun sangat tidak mampu Luhan tebak pada awalnya. Luhan hanya tidak ingin Sehun terbebani oleh perasaannya. Luhan juga tidak ingin mengemis balasan perasaan jika Sehun mengetahui ini. Luhan mampu menyimpan perasaannya baik-baik dan itu sudah lebih dari cukup. Dia tak ingin menjadi seorang yang egois. Luhan hanya ingin Sehun bahagia dengan kehidupannya sendiri.

Lagipula, jangankan menyuarakan perasaan, untuk membayangkannya saja mampu membuatnya jatuh dalam ketakutan. Hatinya ini masih belum siap. Dia takut jika Sehun justru membencinya setelah perasaannya tersampaikan. Dirinya baik-baik saja selama masih bisa bersama Sehun. Dan sekarang, keberanian dari niat untuk mengutarakan keadaan hati anehnya lenyap. Luhan tidak berani dan seharusnya takkan pernah berani.

Suara pintu apartemen yang terbuka dan menutup dengan cukup kencang itu membuat lamunan Luhan buyar, kemudian menutup kotak cincin yang sedari tadi dia pegang dengan sedikit tergesa. Luhan menaruhnya kembali ke dalam laci lemari dan menutupnya pelan. Mengucapkan sampai bertemu di hari lain pada cincinnya dalam hati.

'Kau terlambat dua jam dari jadwal pulang yang seharusnya...'

Sebuah napas tertekan dia hela dan dengan pemantapan batin, Luhan berjalan ke luar kamar. Baru mengambil beberapa langkahan, kakinya terhenti dan kefokusan penglihatannya hanya tertuju di manik mata suaminya, Sehun yang baru saja pulang dari kuliahnya. "Mandi..."

"Aku akan mandi. Tapi aku sudah makan di luar." Dia setengah tersenyum dan melanjut, "bersama kekasihku yang dulu."

Tuhan, betapa sakitnya Luhan saat ini. Sehun telah menebak jika Luhan akan berucap, "mandi dan turun kembali, makan malam sudah siap." Itu kebiasaan Luhan. Dia menghapalnya di luar kepala. Dan Luhan hanya bisa diam terpaku. Perkataannya tertahan di seluruh penjuru lidah atas apa yang dia dengar barusan. Nyaris saja air hangat mengalir dari kedua obsidiannya, jika Sehun terus berdiri di hadapannya. Beruntung, Sehun berjalan melewatinya terlebih dulu sehingga cairan bening yang hanya mengalir di mata sebelah kanannya tak terlihat oleh Sehun. Bisakah Luhan menarik kemeja Sehun dan membanting kepalanya hingga pemuda itu mengerti perasaannya sedikit saja yang sudah tumbuh liar di dalam dadanya?

Sehun tertawa canggung. "Aku hanya bercanda, Han. Makan saja, aku sudah makan bersamateman-temanku," ucap Sehun seolah mengerti dengan apa yang Luhan pikirkan. Sehun yakin jika Luhan menganggap ini hal yang serius karena Luhan tetap membatu di depan pintu kamar mereka.

Dia hanya ingin setidaknya sedikit menghargai relasi mereka sebagai suami-istri.

Sehun tak ambil pusing dan terus berjalan masuk. Setelah suaminya itu masuk ke kamar dan menutup pintunya, Luhan menghapus cepat air mata yang menganak sungai. Kemudian dia mengendikkan bahunya berusaha terlihat tak acuh dan memilih untuk turun ke bawah. Tepatnya ke dapur. Luhan melangsungkan makan malam sendirian. Rasa aneh yang menghantuinya semakin menjadi-jadi karena perkataan dusta Sehun, "aku sudah makan di luar. Bersama kekasihku yang dulu.".

Sehun yang berbohong, dengan Sehun yang jujur terasa sangat kentara perbedaannya di mata Luhan. Dan Luhan simpulkan, bahwa Sehun tengah berkata jujur tadi. Lagipula saat dia melihat wajah Sehun, terdapat pancaran bahagia di sana. Tidak seperti Sehun yang dingin meskipun tengah bertatapan dengannya.

"Sedikit susah dipercaya kau memiliki banyak teman. Kau... masih berhubungan dengan kekasih lamamu?" Luhan menggumam sangat pelan. Dia tidak menyadari bahwa Sehun tengah menatapnya dari lantai atas. Gumaman Luhan jelas terdengar di gendang telinga Sehun, membuat Sehun sendiri berbatin, 'ya, kau sangat pintar untuk menyimpulkan sesuatu, Han.'

Fall For YouWhere stories live. Discover now