Fall For You (6)

4.3K 357 9
                                    

.
.
Fall for You
.
.
.
Di taman ini lelaki berwajah tegas itu berdiri tegak. Tepat menatap kolam yang berisi bermacam ikan hias. Sebenarnya dia hendak pulang karena perutnya yang sedari tadi keroncongan dan mulai anarkis di dalam sana. Makanan buatan Luhan tidak terlalu buruk. Dia lebih suka makanan rumah. Tapi, ada suatu perasaan asing yang menyuruhnya untuk tetap diam di posisi itu bahkan hingga matahari nyaris terbenam.

"Noona..." Desisan itu dengan lancarnya terucapkan oleh lidah Sehun. Dia sempat terkejut dengan apa yang baru saja dia ucapkan. "Seharusnya kau sudah kembali," tambah Sehun tetap pada desisannya. Kali ini dia tidak terkejut karena dirinya sadar bahwa yang mengisi otaknya saat ini adalah gadis tersebut. Hal yang wajar dan seharusnya dia memikirkannya jauh-jauh hari.

Aroma wangi menerpa indera penciumannya sekarang. Sehun pikir hanya berasal dari bunga-bunga di sana, namun tidak sebelum sebuah suara lembut membuyarkan pemikirannya.

"Hello, My Prince!"

Sehun sedikit terkejut dan memutar arah pandangnya. Tidak sepenuhnya kaget dengan panggilan mendadak itu, namun panggilan yang disapa itulah yang membuat Sehun sendiri tersentak. Seluruh dunia serasa diberhentikan saat kedua mata elangnya melihat seorang perempuan cantik di hadapannya. Rahangnya hampir saja lolos jatuh ke bawah saat itu. Dia bingung harus berkata apa dan melakukan apa.

"Kau tidak melupakanku, kan? Kau juga tidak melupakan panggilan untukku, kan?"

Astaga, tampar Sehun sekarang juga! Sehun hanya bisa berkedip heran dua kali. Dan akhirnya dia memilih untuk mendekat dan mencium pipi kiri perempuan tersebut, melupakan fakta bahwa dirinya terlambat setengah jam untuk pulang dan bisa saja kemungkinan istrinya yang manis tengah menunggu di apartemen mereka.

Setelah kembali ke posisinya, Sehun memberikan senyum tampan dan jantungnya mendadak bekerja ekstra saat ini.

"Ya, apa yang kauragukan? Aku masih mengenalimu, My Princess."
.
.
.
Fall For You
.
.
.

My Ex Is Yours
Berkas panas berwarna emas terik dari matahari terhalangi oleh pepohonan besar di atas kepala mereka. Kedua tangan itu saling bertaut erat. Menggenggam, seolah tengah menggenggam dunia. Seorang lelaki dan seorang perempuan, duduk berdua di tepi sungai Han. Kepala sang perempuan menyandar di bahu kanan si lelaki. Tak jarang lelaki itu membelai lembut surai hitam panjang bergelombang milik gadisnya. Menghirup dan merasakan bagaimana harum dari aroma rambut kekasihnya yang terbawa angin.

Sudah setahun lamanya mereka menjalin hubungan ini. Percayalah, lelaki itu menyayangi sang perempuan dengan sepenuh hati. Perempuannya sangat manja meski pada kenyataannya dia berumur lebih tua dua tahun dari si lelaki. Itu mengapa sang lelaki sangat posesif dan selalu ingin menjaga kekasihnya. Di saat yang seperti ini, jantungnya masih berdetak aneh seperti orang jatuh cinta. Namun, lelaki tersebut hanya menganggapnya perasaan aneh yang terkadang menghampirinya.

Perempuan itu berdehem kecil, kebiasaannya sejak remaja jika ingin berkata sesuatu.

"Minggu depan, aku akan pergi ke Alaska."

Tangannya menegang mendengar suara lembut yang mengganti keheningan baru saja. Jika dipikir-pikir lagi, apakah kekasihnya tadi menyebut kata 'Alaska'?

"Kau... serius?"

Kepalanya mengangguk kecil. "Maaf," sesalnya dengan nada pelan.

"Apa alasannya? Kau tidak mencintaiku lagi dan ingin meninggalkanku?"

Ah, bodoh. Seharusnya dia tidak bertanya akan hal ini. Pertanyaan yang terlalu tajam menjurus.

"Bukan, bukan begitu..." tandas si perempuan sedikit cemas.

"Lalu apa? Bisakah kau memberitahuku, My Princess?"

Sang perempuan membangkitkan kepalanya dan mengecup pipi tirus lelaki sekilas tanda maaf sebelum dia berbicara. Memandang wajah lelaki tersebut dari sisi kanannya. Benar-benar-tampan. Aku berani bertaruh. Hanya perempuan ini yang paling beruntung dari manusia manapun karena telah menarik perhatian lelaki itu serta mendapat status sebagai kekasihnya.

"Aku perlu melanjutkan kuliahku di sana. Permintaan dari Appa, tukang tuntut. Padahal,Eomma awalnya menahanku. Adik perempuanku juga merengek saat mengetahui aku akan meninggalkannya. Tapi, sialnya, Eomma setuju saat Appa menjelaskan keuntungan belajar di Alaska," jelasnya sangat detail.

"Bukankah Alaska itu terlalu jauh?"

Si perempuan tertegun mendengar pertanyaan kekasihnya. Namun, dengan secepat mungkin dia mengganti dengan senyuman dan anggukan.

"Begitulah. Tapi apa memangnya yang bisa kulawan dari kemauan Appa?"

"Aku paham. Jika alasannya begitu... aku juga tidak bisa melarangmu."

"Dan sepertinya aku tidak menemukan tanda bahwa kau ingin aku supaya tetap di sisimu."

Pandangan lurusnya mendadak pecah dan lelaki itu menatap kekasih yang berada di sebelahnya dengan terkejut. "Astaga, kenapa?! Aku merelakanmu untuk masa depan yang lebih cerah."

Kekehan kecil terdengar dari mulut si perempuan. Dia mengecup lengan kekasihnya dan menyandarkan lagi kepalanya di bahu. "Aku tahu, sayang.."

"Aku juga tahu jika kau hanya bercanda. Dan kau berjanji untuk kembali, kan?" tanya si lelaki serius. Dia juga ingin mendapatkan jawaban yang serius, pastinya.

"Tentu saja, Oh Sehun. Hidupku di Seoul. Hidupku hanya di hatimu."

"Jika hatiku terambil oleh orang lain..." Sehun menggantungkan kalimat dengan maksud tanya. Dan pertanyaan tersebut membuat kekasihnya mengeratkan lagi pelukan di lengan kanan Sehun.

"Sebelum itu terjadi, aku akan mencegahnya."

"Kau pemberani rupanya." Dan Sehun mengacak gemas rambut kekasihnya.

"Hm, kau memiliki adik perempuan?" Tiba-tiba saja Sehun mengalihkan topik pembicaraan mereka. Kurasa dia tidak ingin kelewatan dan terlarut dalam pembahasan dewasa. Sehun baru siswaSHS tingkat 2. Dan Sehun hanya tidak nyaman jika terus-terusan membahas masalah hati dan perasaan. Selalu begitu.

"Ya, berbeda dua tahun dariku. Satu spesies umur denganmu."

"Ah." Sehun mengangguk paham. Bibirnya menyunggingkan senyuman.

"My Prince tidak boleh menyentuhnya sama sekali, ya? Bahkan untuk berbicara dengannya. Kau mengerti, kan?"

Sehun menggeleng tipis. Bagaimana pun dia melindungi kekasihnya ini, tetap saja perempuan itu sangat manja. Tidak sadar juga bahwa dia yang seharusnya bersikap lebih dewasa sebab Sehun patut memanggilnya dengan sebutan 'Noona'.

"Tenang saja, Kim Seul Ra... Saat ini aku hanya milikmu."
.
.
.
.
.

To Be Continued
Makin gj yak makin sedihh eoh?  nanti juga ad NC nya wkwk^^

Fall For YouWo Geschichten leben. Entdecke jetzt