Fall For You (11)

4.7K 357 7
                                    

"Kau ini kenapa? Apa tadi yang di dalam sana? Ah, aku tidak terlalu mendengar, tetapi kenapa tiba-tiba kalian memelukku? Oh, ayolah, kalian memang saudara yang menjengkelkan. Aku ini bukan boneka peluk, asal kalian tahu saja."

Youngwoo kini ikut-ikutan mengernyitkan dahi. Merasa ada yang aneh, Youngwoo menghela napas tipis. Ia mulai paham jika Luhan sedang T menutupi kecemburuannya. Dulu Luhan pernah memberitahunya bahwa dia mulai mencintai Sehun. Saat itu rasanya amarah Youngwoo nyaris meledak karena dirinya tahu bagaimana Sehun memperlakukan Luhan dengan amat sangat dingin. Ingin rasanya Youngwoo menggantikan posisi adiknya dengan lapang dada, namun sudahlah. Semuanya mustahil. Lagipula Luhan mencintai Sehun, bukan dirinya. Luhan telah salah mencintai seseorang tentunya.

"Aku pulang dulu, ya? Sehun-ah, selesaikan saja pesananmu jika kau ingin memesan. Kau bisa menyusulku nanti."

Tanpa mau menunggu jawaban, Luhan bergegas beranjak menuju mobil Porschenya dan tancap gas. Tidak mengambil sebuah tolehan lagi untuk melihat salah satu wajah di antara kedua bersaudara yang menatap sesal kepergiannya, bahkan untuk melirik tidak Luhan lakukan.

Luhan sudah merasa cukup untuk ini semua. Badannya lelah, begitu juga dengan batinnya. Biarkan saja Sehun berpikir bahwa Luhan tidak mengerti apa-apa tentang perselingkuhannya. Mengerti akan perselingkuhan Sehun, akan mengantar Sehun mengerti pula bahwa Seulra adalah mantan kekasih Luhan.

Luhan hanya tidak ingin lagi memanipulasi kebahagiaan. Kebahagiannya adalah jika Sehun bahagia. Jika Sehun bahagia bersama Seulra, tiada alasan baginya untuk mengelak.

"Kau tolol."

Merupakan sebuah celaan frontal dari Youngwoo ke Sehun sebelum dirinya turut beranjak untuk kembali pulang. Meninggalkan Sehun dengan emosi yang tertahan. Dan Sehun heran mengapa ia menjadi emosi seperti ini-mungkin karena celaan dari kakaknya?

"Lalu sebenarnya untuk apa aku memeluk Luhan?" Sehun bergumam. Bertanya pada dirinya sendiri.

Kemudian ini mulai terdengar begitu konyol.

.

.

.

.

.

-Fall For You-

.

.

.

.

.

HunHan

.

.

.

.

.

Luhan menggeliat sebelum matanya terbuka sangat kecil. Di kedua jarak belahan mata itu, dia mencoba mengedipkan kedua matanya. Membiasakan semburat cahaya matahari pagi yang menerobos masuk lewat gorden putih kamarnya. Menyilaukan.

Ada sebuah nyeri yang menyerang dari ulu hatinya. Cukup membuatnya terduduk dengan segera. Dirinya baru saja terbangun dari tidur, bukan semangat pagi tapi sakit hati yang di dapatnya. Datang tidak pandang tempat dan waktu. Ia menarik napasnya dalam-dalam, mengurangi rasa sesak yang menyiksa. Kepalanya berdenyut. Otaknya linglung dan dirinya mendesah berat saat dia menoleh ke arah gorden, dirinya tidak mendapati cahaya matahari. Hanya bias kebiru-biruan redup dan Luhan yakini ini masih sangat pagi.

Sial. Luhan baru saja sukses berhalusinasi akan suatu cuaca pagi-padahal ini masih subuh. Terbukti dengan jam dindingnya yang menunjukkan pukul 4.19. Tanpa sadar, tangan kanannya bergerak. Meraba sesuatu di sebelah kanannya. Dan seperti apa yang ia rasakan, tiada siapapun di sana.

Fall For YouOnde as histórias ganham vida. Descobre agora