"Duduk dulu ya." Alice dan Tania menurut saja. Mereka duduk di Sofa. "Biik?" Milan memanggil Assistant rumah tangga.

"Ya tuan."

"Tolong buatkan minuman ya untuk kedua teman Andres."

"Baik tuan." Assistant rumah tangga itu pergi dari hadapan Milan, Alice dan Tania. Tak berapa lama 3 cangkir teh hangat terhidang. Milan mempersilahkan mereka meminumnya.

"Sudah tenang?" tanya Milan kepada Alice. Gadis itu hanya diam sambil memandang wajah tampan Ayah dari lelaki yang dicintainya, "Ceritakan apa yang kamu inginkan?"

"Om, Andres dimana? Bi-sa saya menemuinya." tanya Alice penuh ketakutan.

"Ada." Jawaban Milan membuat Jantung Alice berdetak lebih kencang, "Tapi sedang membeli sesuatu di Supermarket."

"Boleh saya tunggu?" tanya Alice spontan.

"Silahkan. Tapi boleh Om tahu ada apa kamu mencari Andres?"

Belum lagi Alice menjawab, sosok yang tidak nampak berminggu-minggu dan sangat dirindukan olehnya muncul. Andres dengan jaket kulit yang melekat di tubuhnya membawa sekantong plastik yang entah isinya apa berjalan menuju ke arah ruang tamu. Lelaki itu duduk di sofa bersebrangan dengan Alice dan Tania. Milan ada diantara mereka.

"Pah, ini." Andres menyerahkan kantong plastik itu kepada Milan. Milan tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Pandangan bengis dari Andres keluar menatap Alice yang sedang duduk di sebrangnya. Alice meneteskan air matanya karena ia begitu terharu melihat lelaki yang dipujanya ada di depan matanya.

"Andress." bisa menyebutkan nama Andres membuat hati Alice bergetar. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ada keperluan apa Dokter-Alicia?" penekanan kata 'Dokter' dan 'Alicia' menjadi tanda jika Andres masih menyimpan dendam dan amarah.

"Andreees... maafkan aku." Bibir Alice bergetar hebat. Lelehan air matanya meluncur begitu saja. Ia tak tahan lagi harus menanggung beban batin yang berminggu-minggu ini dibawanya.

"Andres, ada apa ini?" Milan menatap bingung ke arah Alice dan Andres bergantian. Andres mengepalkan tangannya menahan amarah. Sedangkan Alice sudah lemas dan tubuhnya berada di dalam pelukan Tania.

"Pergilah Nona Alicia. Tidak ada gunanya anda disini." Andres sudah akan bangkit dari sofa tapi Alice terburu berjalan cepat ke arahnya menggapai lengan Andres meminta belas kasih.

"Ak...ku mencintai..dirimu Andres. Tolong maafkan aku." Tania tak menyangka jika sahabatnya begitu mencintai sosok seorang Andres. Sosok lelaki 'Badboy' yang selama ini sangat populer di rumah sakit tempatnya bekerja.

"Tolong maafkan aku." iba Alice. Andres tetap bersikukuh tak menghiraukan Alice sedikitpun. Andres melepas paksa cengkraman tangan Alice di lengannya lalu menghempaskan begitu saja hingga tubuh Alice terjatuh ke lantai.

Takk

"Auuh." kepala Alice terbentur meja kaca yang ada di tengah-tengah sofa yang mengitarinya. Darah segar pun muncul dari kepala Alice hingga membuat Tania langsung membantu Alice bangkit.

"ANDRES!!" Milan begitu geram melihat kelakuan putra bungsunya itu. Ia berdiri di depan Andres dan langsung menamparnya.

PLAK

Pipi Andres langsung memerah dan bagian tepi bibirnya mengeluarkan darah. Menggunakan jemarinya, Andres menghapus darah yang keluar di tepi bibirnya.

"PAPA GAK PERNAH AJARIN KAMU UNTUK MENYAKITI PEREMPUAN! APA YANG KAMU LAKUKAN PADA ALICIA ADALAH PERBUATAN YANG MEMALUKAN DILAKUKAN LELAKI ANDRES!" teriak Milan memenuhi seluruh penjuru ruangan di rumah itu. Akhirnya Avelo, Alena, dan Viola keluar dari kamar mereka.

Not My Fault (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora