Tapi aku tetap menggelengkan kepalaku. Ia mulai menggunakan kedua tangannya untuk menyakitiku.

Kedua tangan itu ditumpukan di lenganku mencengkramnya kuat-kuat.

"Gak a...da An..dres!" suaraku bergetar menahan isak tangis yang sudah akan keluar dari bibirku.

Entah mengapa akhir-akhir ini aku menjadi sangat cengeng. Padahal aku sudah berjanji untuk tidak menangis di depannya.

"Auh Ndres... sakiiit..." cengraman jari-jari Andres semakin menguat dan rasa perih mulai timbul pada bagian lenganku.

Andres memang orang yang keras. Aku sering ketakutan menghadapinya.

"Argh!" Andres melepas cekalannya di lenganku mengambil gelas yang selalu ada di meja sebelah ranjangku lalu menghempaskannya ke lantai.

Pyaar.

Gelas yang semula utuh di tangannya menjadi serpihan-serpihan kecil dan berserakan di lantai kamar tidurku.

"Andres." air mataku keluar menetes membasahi pipiku. Aku tidak kuat lagi menahannya.

Dari samping tubuhnya, aku bisa melihat wajahnya menampakkan sebuah kekecewaan.

Tapi apakah karena hanya karena aku diam ia begitu marah?

Aku tak memberi jawaban atas pertanyaannya karena memang belum ada kepastian yang ku dapatkan dengan tubuhku.

Kepastian ada sesuatu yang hidup dalam diriku?

"Andres?" aku bangkit dari ranjangku menghampirinya lalu mendekap tubuhnya.

Ku tumpukan kepalaku di belakang punggungnya mencoba menenangkannya. Napasnya terdengar sangat kasar dan bahunya bergetar hebat.

Kedua tangan Andres juga mengepal sempurna, "Maaf."

Dia membalikkan badannya mencekal tubuhku kembali.

Kesepuluh jemarinya mencengkram lenganku kasar. Wajahnya begitu menakutkan. Ia marah.

"SEJAK KAPAN KAMU MULAI SUKA BERBOHONG KEPADAKU hah?" teriaknya.

"Akk... kuu.... Hmpt..."

Belum sempat aku menjelaskan, Andres sudah meraup bibirku mengacak-acak rongga mulutku hingga aku bisa merasakan cairan amis berwarna merah keluar dari tepi bibirku.

"Akkh!" gigi-gigi milik Andres menggigit tepi bibirku. Rasanya sakit sekali. Andres sangat kasar memperlakukanku, "Sak..kiiit Ndreess "

Tubuhku terpental ke ranjang karena dorongan kasar dari Andres.

Ia melepas kaosnya dan mulai naik ke ranjang untuk menggagahiku. Andres berada di atas tubuhku dengan senyuman bengisnya.

"KAMU HARUS DIHUKUM KARENA KAMU SUKA BOHONG SEKARANG!"

Krak....Krak

Dengan teganya, Andres merobek kaos dan celanaku bahkan pakaian dalamku hingga aku telanjang bulat.

"Malam ini tidak ada namanya foreplay Hubbie. Nikmati saja."

Dengan sangat kasar Andres memasuki diriku. Sakit di bagian intimku begitu terasa.

Sekujur tubuhku merasakan nyeri yang mendalam.

Bukan cuma fisikku tapi hatiku. Andres menyakitiku.

Berkali-kali ia meluapkan amarah nya dengan tingkahku yang menurutku bukan hal yang besar.

Kejujuran yang ia minta belum bisa ku katakan padanya. Maafkan aku Andres.

Not My Fault (Complete)Where stories live. Discover now