Sequel Lanjutan - Aku padamu, Sean! (versi ketiga)

Start from the beginning
                                    

"Sean kau salah paham." ujarku lagi tapi tetap tak ada tanggapan darinya. Aku yakin dia belum tidur.

"Sean aku tahu foto-foto itu membuatmu kecewa. Tapi..."

"Jadi kau mengakui kalo kamu selingkuh Tika?" Potongnya langsung bangun dan menatapku dengan tatapan mata yang sangat mengerikan.

"Tidak Sean. Aku...." Lidahku kelu untuk sekedar menjelaskan saat mata hitam pekatnya sudah menusuk manik mataku. Aku takut. Aku takut Sean menjadi pria menyeramkan seperti dulu.

"Apa yang kamu inginkan dari lelaki itu sampai kau berani selingkuh dibelakangku hah ?! JAWAB!" Bentak nya lagi sambil kembali mencengkram bahuku kuat.

Rasanya ngilu. Aku hanya menunduk dan menangis. Ayolah Tika bersuara! Jelaskan! jangan biarkan salah paham ini berlangsung lama.

"Bitch," geramnya sambil menatap mataku.

Hatiku mencelos ketika Sean mengumpatku seperti itu. Benarkah Sean menganggapku serendah itu? Serendah itukah aku dimatanya?

Aku kembali menangis dan kali ini hatiku sangat hancur bahkan patah berkeping-keping. Aku menerima amukannya dan aku tidak salah dalam hal ini. Ini hanya salah paham. Aku sudah tak tahan. Aku sangat membencimu Sean.

"Stop Sean! Lepaskan aku!!" teriakku didepan wajahnya. Entah keberanian darimana sampai aku bisa meneriakinya.

"Aku membencimu!"  ucapku dengan suara lantang. Kurasakan cengkraman Sean dibahuku melemah. Tubuhnya menegang.

Kugunakan kesempatan ini untuk lari darinya. Aku sudah tak tahan dengan perlakuan darinya tiga hari belakangan ini. Aku mengambil koper dari sudut kamar dan mulai memasukan semua bajuku ke dalam koper.

"Tika, apa yang kau lakukan ?!" Tanya Sean dengan sigap merebut koperku dan mengembalikan semua pakaian ku ke lemari.

"Untuk apa aku disini kalau kau saja sudah tak mempercayaiku lagi. Bahkan kau meneriakiku sebagai pelacur. Serendah itukah aku dimatamu?" ucapku lirih dengan air mata yang terus menetes.

Hatiku sakit bahkan sangat sakit. Mungkin tindakan nya kemarin masih bisa aku maklumi karena Sean memang emosian dan juga posessive. Tapi kali ini hatiku terasa seperti diremas-remas.

"Maafkan aku sayang, kumohon jangan pergi," ucapnya dengan suara lirih. Sean menahan lenganku yang hendak berdiri.

"Sudah terlambat Sean, tak cukupkah kau menyakiti fisikku? Dan sekarang kau menyakiti hatiku juga ?!" Ujarku lantang.

Hey, ada apa denganku? Kenapa aku begitu berani meneriakinya? Rasanya semua keluh kesahku selama ini sudah plong.

"Tidak sayang, kumohon. Maafkan aku. Aku tak bermaksud begitu. Aku sedang emosi, aku cemburu Tika. Kau bersama laki laki lain apalagi kalian berciuman!" ucapnya emosi.

Good, bahkan dia masih menganggapku berselingkuh. Sean masih tak mempercayaiku.

"Kamu masih tak mempercayaiku? Aku ini istrimu! Mulai sekarang terserah kamu mau percaya atau tidak. Aku tak peduli!"  ucapku masih dengan nada bergetar menangis. Ku tutup koperku lalu menyeretnya menuju pintu. Tapi langkah ku kurang cepat dengan langkah kaki Sean. Dia sudah terlebih dahulu sampai dipintu lalu mengunci pintunya.

"Kalau begitu jelaskan padaku semuanya!"

"Aku lelah menjelaskan berkali kali padamu tapi kau tak kunjung percaya bahkan menatapku saja tidak. Lebih baik kau ceraikan aku saja!!" ujarku setengah berteriak. Tubuh Sean menegang, dia melihatku dengan tatapan tak percaya. Aku bahkan bisa melihat matanya ikut berkaca-kaca.

"Jangan bicara seperti itu! Kamu tahu aku tidak akan pernah meninggalkanmu! Apalagi sampai menceraikanmu! Aku mencintaimu, Tika!" balas Sean emosi. Aku menggeleng kuat.

"Tidak ada gunanya kamu bicara seperti itu kalau kamu tetap tak percaya padaku! Lebih baik kita cerai saja!" ucapku dengan masih menangis deras.

Sangat sakit sebenarnya mengatakan cerai. Tapi aku bisa apa. Mataku buram karna air mata yang terus menetes. Kepalaku tiba tiba pening. Lalu semua jadi gelap.

***

Sean's POV

Apakah aku keterlaluan memperlakukan Tika? Ya, aku sangat keterlaluan, aku sudah melanggar janjiku. Harusnya aku lebih mempercayai istriku dan mendengarkan penjelasannya. Bukan malah menuduhnya yang tidak-tidak. Sekarang istriku pingsan, pingsan karna perbuatanku. Bahkan aku tadi sempat meneriakinya bitch. Kata kata kasar yang sudah melukai hatinya. How stupid you are Sean ! Fool fool!!

Ronald sudah menjelaskan semuanya padaku dan jujur aku sangat menyesal sudah mengabaikan istriku tiga hari belakangan ini. Bahkan dia meminta cerai dariku. Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak akan membiarkan dia pergi dariku lagi. Tidak akan pernah. Karena dia-lah satu-satunya wanita yang sangat aku cintai di dunia ini.

****

Tika's POV

"Sayang bangunlah," ucap suara khas bariton milik Sean. Aku malas membuka mata. Aku takut kalau dia kembali membentakku.

"Sayang, aku sangat minta maaf. Aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku. Aku mohon.." ucap Sean dengan suara lirih. Aku jadi tak tega, perlahan ku buka mataku.

"Sayang?!" Sean langsung memelukku erat sekali seakan takut aku akan pergi meninggalkannya. Aku hanya diam tak membalas ucapannya. Aku tidak marah padanya. Aku hanya kecewa atas sikap nya. Sean masih memelukku erat sampai aku susah untuk bernafas.

"Sean.. sesak," ucapku lemah. Tenagaku belum pulih benar. Sean melepas pelukannya dan melihat ke arahku lalu mengusap rambutku dengan sayang.

"Maafkan aku Tika, aku bodoh sudah tak mempercayaimu. Kumohon jangan tinggalkan aku."

"Janji kau tidak akan menyakitiku lagi ?"Ucapku masih dengan suara parau.

"Yeah sayang, im promise , i'll never hurt you anymore.."

"Jangan diulangi lagi Sean, kau sangat menyeramkan. Aku takut."

"Tidak lagi sayang. Ini yang terakhir. Aku janji,"

Sean langsung mencium bibirku bahkan memagut bibirku dan melumatnya dengan lembut menyalurkan rasa rindu.

" Aku juga mencintaimu sean. Jadi jangan ulangi lagi."

Sean hanya mengangguk dan langsung menindih dan melumat bibirku lagi.

"Papaa!" Panggil Melvin di depan pintu dan juga Kelvin dan Deira.

Sean selalu lupa mengunci pintu. Great !

End

Mampet2 tuh otak :3 udah terlalu overdose kayak lagunya EXO wkwk

Great, emang janji cowok tu gak bisa dipegang ya haha #curcol

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now