Part 10

906K 43.1K 2.8K
                                    

"Jangan bicara lagi, kau tahu? Aku sudah tidak bisa menahan diri sekarang. Kau tidur saja!!" suruhnya padaku. Dia kembali memeluk pinggangku erat.

"Tidak tahan apa, Sean?" tanyaku heran. Sean tak menjawab pertanyaanku. Dia hanya terus memandangiku dengan mata hitamnya itu. Aih, tak tahan aku dipandangi begitu terus, lantas aku hanya menunduk lirih.

"Sean boleh tidak aku kembali ke keluargaku? Sebentar...saja."

"Apa?" Sean akhirnya membuka mulutnya, seperti biasa dia melototiku saat ini.

"Aku ingin melihat keluargaku, ayah dan ibuku. Aku takut mereka cemas kalau aku menghilang begini.. Aku mohon." pintaku padanya dengan wajah memelas.

"Tidak boleh, aku tak akan biarkan kau pergi kemanapun!"

"Sean, aku mohon sebentar saja..."

"Diam!"

Tiba-tiba dia mencium bibirku liar. Aku tersentak dibuatnya. Lidahnya berusaha merangsek masuk kedalam mulutku tetapi aku tahan. Aku berusaha melepaskan bibirnya itu tetapi kekuatanku tak sebanding dengan tubuh Sean yang kekar. Anehnya, dia sama sekali tidak menghisap darahku.

"Akhhh...hhh."

Akhirnya dia melepaskan bibirku. Aku terkejut, tubuhnya sedang berada diatas tubuhku. Astaga, sejak kapan? Aku tidak sadar.

"Sean, kau mau apa?" Dia menekan kedua tanganku dengan tangannya. Kuat sekali, seperti mau patah tulangku.

"Mmmmlllmmmmm..."

"Sean!!"

Sean menciumi leherku, kadang dikecup, jilat dan digigit-gigit kecil. Tetapi dia tidak sedikit pun menghisap darahku.

"Sean, sakit.." Aku tak tahan tanganku sakit sekali ditahannya, aku pun mulai menangis.

"Akh sudahlah!" Sean pun membanting tubuhku ke lantai dengan mudah. Ya Tuhan, remuk sudah tubuhku.

"Aku ini suamimu ! Apa aku tidak boleh melakukan itu hah!!" ucapnya kesal. Aku terus saja menangis tanpa berkata apa-apa. Dasar iblis Jahanam! Siapapun wanita tidak mau kalau kau kasar begitu!

"Kau tidak usah tidur denganku lagi, tidur dilantai sana! Aku tidak akan kasihan lagi!" bentaknya sambil menarik selimut dan tidur membelakangi aku.

"Sean, maafkan aku.." ucapku seraya memegang tangannya. Dia tidak peduli dan terus saja berpura-pura tidur dengan memejamkan kedua matanya itu.

Aku tidak ingin tidur, pikiranku resah. Bagaimana kalau Sean melakukan yang tidak-tidak padaku? Tetapi sekarang mataku sangat mengantuk. Apalagi ditambah habis menangis, mataku semakin berat. Hah yasudahlah, mungkin ini semua takdir hidupku, Tuhan.. Aku bisa apa? Aku tidak bisa melakukan apa-apa kalau dibawah Sean yang sifatnya sangat otoriter itu. Akhirnya aku putuskan untuk tidur diatas lantai yang sangat dingin ini.

-------"""-------

Hangat dan empuk. Itu yang kurasakan saat ini. Tidak terasa aku tidur di atas ranjang Sean. Aku membuka mataku perlahan. Hmmm, ini masih malam ya? Aku melirik jam diatas nakas, pukul 11 malam. Sejak kapan aku tidur diatas tempat tidur dan diselimuti oleh... Oh Tunggu.
Sepertinya ada yang memelukku dari belakang. Aku pun membalikkan tubuhku, Sean..

Walaupun dia tadi berkata tak akan kasihan lagi, tetapi tetap saja kan dia peduli. Pada dasarnya dia baik tetapi sifat baiknya itu masih ditutupi oleh sikapnya yang kasar. Melihat dia tidur sangat pulas seperti ini, membuatku ingin terus memandangi wajahnya. Aku mengingat kembali peristiwa dari pertama kami bertemu sampai sekarang. Kebanyakan Sean tidak pernah bersikap lembut padaku. Caranya untuk membuatku patuh dengannya, ya.. memaksaku.

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now