Sequel Lanjutan: Aku padamu, Sean!

En başından başla
                                    

Hari ini cuaca lumayan mendung, mungkin pada akhirnya turun hujan setelah sekian lama tidak hujan. Apa langit sama sedihnya seperti aku? Siulan burung dari ponselku berbunyi.

Jangan pergi keluar rumah.

Aku tersenyum miris saat melihat pesan singkat dari Sean. Jelas dia belum tahu yang terjadi saat itu. Buktinya dia mengingatkan aku pada hukumannya, bukan meminta maaf karena sudah salah paham. What the hell !!

Ya

Kurasa cukup 1 kata itu, Sean akan tenang.

Rasanya aku ingin menangis dan menghancurkan apapun yang ada di hadapanku saat ini. Sean jahat !!

Sungguh aku tidak menyangka Sean bisa seperti ini. Aku kira Sean tidak akan kasar lagi. Aku lalu menyentuh pelan leherku, dimana dia mencapkan taring tajamnya dan menghisap darahku kemarin. Kadang kala rasanya perih ketika aku menyentuhnya.

Tidak pernah terbayang Sean yang aku puja, satu-satunya dalam hatiku bisa melukaiku seperti dulu. Sikapnya saat itu seolah tanpa belas kasih, bahkan aku sangat lemah saat itu. Wajahku masih cukup pucat hingga saat ini. Terima kasih pada penemu alat make-up. Setidaknya anak kembarku tidak bertanya apa aku sakit atau sejenisnya. Sean juga tidak seolah dia tidak peduli. Dia bersikap biasa tapi rasanya Sean bukan seperti Sean saat menjadi suamiku.

Aku memejamkan mataku sejenak. Mengingat setiap kata yang dia katakan saat itu. Aku selingkuh? Ohh astaga bahkan tidak pernah terbesit sedikitpun untuk selingkuh.

"Sakit..." gumamku mengingat saat dia menancapkan taringnya tanpa ampun, tanpa peduli teriakan ku. Yang dia tau dia meminum darahku dan menciumku setelah itu.

Pipiku basah.

Cih lemah sekali aku, seperti saja aku menangis lagi padahal mungkin saja Sean di kantornya sedang sibuk dengam berkasnya tanpa memikirkan aku kecuali menjemput anak kembarku beberapa jam lagi.

Aku membuka ponselku dan melihat foto-fotoku dengan Sean. Tidak ! Aku tidak ingin melihat hal seperti ini sekarang.

Bruakk

Tanpa sadar aku memukul kaca jendela dan menangis keras. SEAN JAHAT !!

Darah menetes dari tanganku. Aku jamin Sean akan lebih marah melihat hal seperti ini. Rasa sakit di tanganku tidak seberapa dengan rasa sakit saat dia menancapkan taringnya kemarin.

Sungguh aku sangat kecewa dengan sikap Sean yang hanya melihat keadaan dengan 1 sudut pandang.

Entah kenapa hanya seperti ini emosiku meluap, aku ingin marah, aku kecewa atas sikap Sean. Dia janji tidak akan kasar. Dia berjanji.

"Kau janji tidak akan kasar!!" isakku.

Ketukan pintu yang bertubi-tubi tetapi aku abaikan, panggilan para pelayan pun tidak aku gubris.

"NYONYA TIKA BUKA PINTU, NYONYA KENAPA? "

"Pergi aku tidak papa," jawabku. Bodoh mereka mana bisa mendengar teriakanku. Mereka pasti melihat kaca jendela yang pecah dari luar. Apa mereka akan menelpon Sean? Apa dia akan marah lagi?

Darah mulai mengering di tanganku.
Cih miris sekali. Aku mencabut serpihan kaca kecil yang menancap kecil di tanganku.

"I'll pick up these broken pieces till im bleeding if that make you know..."

Aku menyandungkan sepenggal lagu Bruno Mars dengan sedikit mengubahnya. Aku menyandungkan lagi dan lagi sambil memunggut serpihan kaca dan menangis. Tidak peduli tanganku lagi-lagi terluka dan berdarah.

" I'll pick up these broken pieces till im bleeding if that make you know...."

Ya Tuhan seperti inikah rasanya? Tidak pernah sedikitpun dalam pikiranku akan terjadi seperti ini. Aku kira Sean akan menjadi pria romantis dan hangat selamanya.

MINE [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin